DIMAS WIHANDOKO

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MENJADI GURU CERDAS PENGGILAS HOAX

MENJADI GURU CERDAS PENGGILAS HOAX

Menjadi seorang guru dengan segala tugas dan tanggung jawab yang diamanahkan kepadanya bukanlah hal yang mudah, terlebih dalam urusan pengembangan karakter siswa, yang saat ini sedang digaungkan oleh pemerintah pusat dan dikemas dalam pendidikan karakter. Sosialisasi bagi guru dari tingkat pusat hingga ke daerah pun dilakukan dengan harapan dengan program pendidikan karakter ini akan lahir generasi emas yang memiliki sikap atau karakter yang baik dan merupakan bagian dari upaya revolusi mental karakter yang diharapkan diantaranya adalah , religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Implementasi program ini tentu bukan sepenuhnya tanggung jawab mutlak seorang guru, namun lebih kepada tripusat pendidikan, yakni pemerintah, sekolah dan masyarakat. Ketiga pilar pendidikan ini merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak bisa dipisahkan demi tercapainya tujuan nasional pendidikan.

Pada pelaksanaan oleh pihak sekolah, strategi jitu perlu disusun dalam misi untuk mencapai tujuan mencetak generasi gemilang seperti yang diharapkan oleh program pendidikan karakter, mulai dari hal yang bersifat sederhana hingga kepada hal yang lebih kompleks, sasarannya tentu adalah semua warga sekolah, baik guru, karyawan dan siswa dengan target adalah seluruh siswa. program penguatan pendidikan karakter ( PPK ) ini tidak merupakan program tunggal yang dicanangkan pemerintah dalam mencetak generasi gemilang, program yang telah diimplementasikan sebelumnya adalah gerakan literasi sekolah ( GLS ) tujuan dan fokusnya adalah untuk seluruh warga sekolah, tidak hanya siswa, guru dan karyawan pun terlibat pada program GLS ini, karena pada hakekatnya literasi bukan hak ikhwal menulis saja melainkan lebih ditekankan pada kemampuan menulis, membaca, berbicara, mengkomunikasikan, serta mempresepsikan informasi dan menggambarkan informasi berdasarkan pemahaman dan pengambilan keputusan pribadi, dan literasi sendiri dapat berupa literasi budaya, literasi lingkungan, literasi keuangan, literasi perpustakaan dan yang paling dominan pada saat ini adalah pentingnya literasi teknologi dan literasi media.

Literasi media dapat diartikan adalah kemampuan untuk mengetahui dan memahami berbagai bentuk dan jenis segala media yang ada , seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), serta masif dalam hal tujuan penggunaannya. Selain itu yang memiliki peran penting pada saat ini adalah literasi teknologi karena sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.

Kedua pemahaman literasi di atas merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan, mengingat saat ini pengguna media digital menjamur dari berbagai kalangan usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa, tidak terkecuali juga siswa sekolah dasar yang sudah lihai memainkan jari jemari lentiknya pada layar smartphone mereka, oleh karena itu peran serta tugas dan tanggung jawab guru pun turut bertambah seiring dengan berkembangnya media digital. Karena telah diketahui bersama informasi yang beredar di dunia digital beragam, mulai dari hal yang bermanfaat , hingga membawa pada arah yang sesat. Juga termasuk informasi yang bersifat predator dan berita bohong ( hoax ). Berita bohong yang tersebar pada masyarakat umumnya beragam, mulai dari berita bohong tentang politik, ekonomi, keamanan, budaya dan yang paling banyak adalah mengenai berita bohong tentang kesehatan, berdasarkan hal tersebut maka pada implementasinya guru dapat secara langsung berperan memerangi penyebaran berita bohong ini, karena selain dapat merusak sendi-sendi ilmu pengetahuan juga berpengaruh pada persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara. Upaya memerangi hoax ini juga datang dari berbagai kalangan, menggunakan jargon “ turn back hoax” yang memiliki makna menyerang balik hoax sedikit menginterpeasikan bahwa hoax merupakan musuh maya yang berimbas pada dunia nyata yang merupakan ancaman bagi masyarakat Indonesia, hal ini semakin memberikan penguatan bahwa guru tidak sendirian memerangi hoax. Oleh karena itu guru hendaknya memberikan edukasi kepada keluarga dan siswa dalam memahami langkah untuk memerangi hoax ini, yang pertama ketika suatu saat mendapatkan informasi hendaknya diuji terlebih dahulu kebenarannya, diuji validitasnya berdasar berbagai sumber yang ada, mulai dari studi literatur dan dokumentasi yang ada, bila tidak ada sumber yang mendukung, juga belum pasti kebenarannya bisa jadi informasi tersebut fitnah dan tidak perlu disebarkan kembali atau share dengan orang lain, misalnya saja , sering beredar luas di media digital pada sosial media whatsapp mengenai kesehatan, disebutkan bahwa banyak minuman dan makanan yang mengandung lemak hewani tidak halal, kemudian berbagai macam minuman dan makanan yang memicu penyakit dalam,informasi ini tentu tidak serta merta guru bagikan kepada orang lain, namun alangkah lebih bijak dikaji lebih mendalam dengan sumber yang terpercaya. yang kedua bila saja informasi itu benar berdasar studi literatur dan studi dokumentasi namun informasi tersebut tidak memiliki nilai kebermanfaatan bahkan hanya memicu keresahan pada masyarakat dan menimbulkan pergunjingan maka hendaknya informasi tersebut tidak disebarkan, contoh dari hal ini adalah berita mengenai kehidupan selebriti yang selalu diekspose di media, hal ini bisa benar adanya , sumbernya pun langsung dari yang bersangkutan , namun guru cerdas tidak akan membagikan informasi ini, karena merupakan tindakan yang kurang etis, kemudian yang ketiga bilamana informasi tersebut benar berdasar studi literatur dan studi dokumentasi serta memiliki nilai kebermanfaatan yang tinggi maka informasi tersebut dapat disebarluaskan, tentu dengan menyebutkan sumber yang bisa dipertanggung jawabkan. Misalnya pada waktu akhir – akhir ini sedang ramai menjadi bahan perbincangan dan telah tersebar dari media digital satu ke yang lainnya tentang pentingnya regristasi ulan g sim card sebelum 31 Oktober 2017, dengan mencantumkan NIK dan KK. Hal ini bermanfaat dan penting karena berdasar sumber kementrian komunikasi dan informasi telah mengumumkan secara resmi hal tersebut.

Maka berkenaan dengan tujuan mencetak generasi gemilang sesuai harapan yang ada pada program pendidikan penguatan karakter dan dalam tujuan melindungi serta menjauhkan siswa dan keluarga dari penyebaran berita bohong atau hoax sudah semestinya guru lebih melek akan informasi dan teknologi . lebih memahami secara holistik literasi media dan literasi teknologi. Bijaksana dalam membagikan informasi dengan telaah berbagai studi. Berada di garda paling depan memerangi kebohongan dengan menjadi guru cerdas penggilas hoax.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

terima kasih sudah membaca pak soni..saya masih pemula taraf belajar menulis pak...

24 Oct
Balas

mantap opininya Pak Dimas

24 Oct
Balas



search

New Post