#TantanganGurusiana ( Hari ke 2 )

Pentigraf

Sudah berulang kali aku melirik jam dinding, menatap langit - langit rumah dan menghembuskan nafas kuat. Sudah pukul 11 malam, kabar baik yang aku tunggu belum juga ada. Tiba - tiba nada panggil hp ku berbunyi, aku langsung menggeser layar hp dan menjawab " Assalammualaikum bang, gimana?" aku langsung to the point bertanya, tapi jawaban yang aku dapatkan membuat mataku terasa panas, dadaku sesak dan menangis.

Aku seorang ASN, yang kata orang merupakan pekerjaan dengan gaji dan tunjangan besar. Tanpa orang - orang tahu, aku harus jadi tulang punggung keluarga besarku, atau perduli ketika aku harus membiayai kehidupan keluarga kecil adik laki - laki ku yang sedang di penjara, atau perduli ketika aku 3 kali dikhinati teman saat mencoba membuka usaha, apalagi saat aku ditinggal pergi suami pertama bersama hutang - hutang dan ketiga anaknya yang masih usia sekolah.

Saat ini aku hidup dengan suami keduaku yang hanya seorang supir truk. Laki - laki yang berani menikahi aku dan menerima ketiga anakku. Pendapatannya yang cukup selama ini tidak pernah membuatku merasa sesak seperti ini. Sampai akhirnya corona menguasai dunia, mendapat satu trip perjalanan saja susahnya minta ampun. Hutang - hutang mulai menumpuk, uang kontrakan menunggu, janji - janji mulai di tebar, aku putus asa. Aku sapu air mataku pelan, mengangkat kepala yang tadi aku tangkupkan di kedua telapak tangan. Mataku langsung tertuju pada seutas tali di rak televisi, imajinasi menyerah mulai hadir, lama aku terpaku pada sebuah titik. Tapi kemudian anak bayiku menangis, berteriak kencang menyadarkan, cepat aku bangkit dan berjalan mendekati tempatnya berbaring dan berbaring di sampingnya sambil menepuk - nepuk pantatnya untuk menenangkan.

Padang, 5 Juni 2020