Nurul Izzah adalah anak sulungku, lahir di kota ini, tepat pada hari ini, 15 tahun yang lalu. Rasanya baru kemarin dia belajar berjalan dan berlari, belajar mengendarai sepeda sampai masuk ke parit, berlari - lari di depan rumah sampai terjatuh dan bahunya patah, menangis - nangis memintaku segera memasukkannya ke SD karena di TK menurutnya hanya menyanyi dan menggambar, dan itu membuatnya bosan.

Nurul Izzahku yang tumbuh dewasa tanpa di temani sosok seorang ayah. Mantan suamiku, ayah dari anak - anakku, tidak suka anak - anak, lebih tepatnya tidak begitu dekat dengan anak - anak nya sendiri. Jadi, begitu aku berpisah dengan ayahnya, anak - anakku, termasuk Nurul Izzahku, bersikap biasa saja. Masih teringat kata - katanya ketika dia tahu ayah dan mamanya hidup berpisah. " Kakak suka keadaan sekarang, mama dan ayah gak ada ribut - ribut lagi. Kayak gini aja terus ma." pintanya kepadaku.

Tapi, mulai dia masuk kelas 2 SMP, Nurul Izzah ku merindukan kehadiran ayahnya. Pernah sekali aku minta ayahnya menjemputkan rapornya ke sekolah, dengan bangga dia memeluk ayahnya di depan teman - temannya. Bergelayut manja di lengan ayahnya berjalan menuju kelasnya. Hari itu dia menangis, serasa rindunya terlepaskan oleh pertemuan yang sebentar itu. Tapi, sama sekali ayahnya tidak peka terhadap perasaannya. Dia langsung mengantar pulang Nurul Izzahku yang masih merindu, setelah rapor dibagikan oleh wali kelasnya.

Sudah tahun ke 3, dimana ayahnya sudah tidak perduli. Sekedar mengucapkan selamat ulangtahun pun tidak. Nurul Izzahku hanya memelukku ketika aku mengucapkan selamat ulangtahun untuknya, tanpa kesedihan, tanpa air mata. Doaku, semoga Nurul Izzahku sehat selalu, bahagia selalu, jadi anak perempuan yang kuat, dan berhasil meraih cita - citanya, aamiin.. .

Padang, 19 Mei 2020

Selamat Ulang Tahun Sayangku