ditta manullang

WORKSHOP LITERASI PONTIANAK PAMONG BELAJAR BP-PAUD DAN DIKMAS SUMUT ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Andifa

Andifa

Gemuruh petir yang sambung menyambung dengan angin kencang membuat hujan yang datang semakin deras.Aku berlari di deras hujan itu mencari tempat berlindung di luar kamar mandi umum yang ada ditengah-tengah taman itu.

Sambil berdiri mendekap tubuhku yang kedinginan aku bergumam dihati. Disini tempat aku dan dia pernah berteduh juga dari hujan. Saat itu hujan yang sama derasnya turun dan membuat tanah yang kupijak basah tergenang air.

Tapi dingin yang kurasakan saat hujan ini tidak kurasakan waktu bersama dia. Banyak hal yang kami bagi dalam cerita dengan berbagai macam topik tentang masa depan.

Dia mengajarku bermimpi dan berharap, katanya kau harus optimis tidak ada yang tidak mungkin, waktu pasti akan memberikan jawaban untuk semua mimpi dan harapan-harapanmu.

Aku hanya tersenyum saat dia berusaha menguatkanku. Hanya untuk menghargai usahanya, padahal di dalam hati tidak secuilpun harapan kubiarkan tumbuh dihatiku.

Aku bahagia saat itu walau kutau harapan tidak mungkin ada. Aku bahagia karena memiliki dia yang sangat peduli menjaga semangatku untuk tetap tegar berdiri walau apapun yang terjadi.

Sambil menghela nafas panjang aku berusaha menahan tangis saat ini, aku rindu bisa bercerita dengannya seperti saat itu. Berbagi tawa dan kekuatan untuk menyatukan kepingan-kepingin mimpi yang hancur. Berdiri berteduh dibawah atap kamar mandi umum tanpa peduli air hujan sudah mengenangi kaki kami.

Waktu itu berlalu begitu cepat,sudah 11 tahun yang lalu dan saat ini aku hanya bisa mengenangnya dan mengingat kembali cerita-cerita dan mimpi-mimpi kami. Aku berbahagia saat ini, dia telah membuktikan padaku kata-kata yang menjadi kekuatan bagiku...tidak ada yang tidak mungkin Andifa waktu akan menjawab harapan dan mimpimu.

Ketidakmungkinan yang kupikir saat lampau ternyata menjadi kenyataan yang bahkan lebih dari mimpiku yang pernah kubagi dengannya. Sebenarnya aku selalu merasa berhutang motivasi dan harapan dengannya. Sesungguhnya aku selalu salut dengan semangat juang yang dia patri dihatiku. Seharusnya dia bisa berbagi juga rasa bahagia ini denganku, berbagi kesuksesan dan berbagi semangat juang yang tidak pernah padam.

Tetapi...waktu jugalah yang menjauhkan aku, dia dan taman ini.

Hmmmmhh...ingin rasanya kembali ke waktu itu waktu aku dikuatkan oleh dia walau tanpa harapan aku memiliki dia sumber semangatku, tempat aku menangis mengadukan sakit yang tidak terperi. Mimpi yang menjadi kenyataan yang kumiliki saat ini, itu mungkin bukti dari doa-doanya waktu itu untukku. Aku rindu candanya yang selalu bisa membuatku berhenti menangis, dia selalu mengatakan Andifa...kau mau cepat-cepat jadi nenek ya, dengan keriput dimana-mana. Atau Andifa menangislah yang kuat aku belum dengar suaramu. Ahhhh...aku rindu segala-galanya tentangmu.

Hujan akhirnya reda juga, aku berjalan perlahan meninggalkan tempat itu. Kakiku berusaha melompati genangan air yg tertinggal ditanah sebagai bukti bahwa air sudah menikamkan butir-butirnya menjadi genangan.

Kenapa tanah selalu diam ya saat butir-butir air menikaminya? Bahkan tanah bersedia menjadi tempat air singgah walau hanya sesaat saja karena air pasti akan mengalir terus mencari tempat terendah atau air pasti memilih berlari menguap bersama udara.

Begitu juga wahai dirimu yang pernah menjadi bagian dalam hidupku...mengapa dirimu hanya bersedia menjadi kenangan tempat aku menikamkan kesedihanku...mengapa dirimu hanya bersedia menjadi seorang di masa lalu yang selalu berusaha membuatku bermimpi dan berharap...mengapa dirimu hanya bersedia menjadi korban pelampiasan kekecewaanku.

Sekarang kau sudah pergi seperti air menguap bersama udara...tidak memberikan kesempatan sedikitpun untuk aku bisa melihatmu walau dari kejauhan, bahkan bayanganmupun kau berusaha cabut paksa dari ingatanku. Kau torehkan luka dihatiku untuk membuat aku tetap bahagia dengan pilihanku. Ya...kau sengaja membuat aku membencimu...kau sengaja membuat jarak yang jauh denganku sehingga akupun tak mampu mendekatimu. Tetapi kau mungkin tidak pernah tau bahkan mungkin sampai kapanpun tidak akan tau bahwa akulah Andifa yang akan selalu mencintaimu, akan selalu berusaha menjaga kenangan dan cerita kita. Kau akan tetap menjadi bagian dari hidupku, jejak-jejak cinta yang pernah kau bagi akan tetap terpatri kuat dihatiku.

Tenanglah kasih... ditempat terindah bersamaNya Sang Pemilik Hidup.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post