(MASIH) TENTANG "KIDS JAMAN NOW"
Tulisan ini hadir sebagai buah dari keprihatinan penulis terhadap realita yang melekat pada "Kids Jaman Now". Ditujukan secara khusus bagi diri sendiri sebagai renungan, serta para pembaca pada umumnya.
Realita saat ini
Anda mungkin pernah melihat, mendengar atau bahkan mengetahui bahwa anak-anak usia sekolah di zaman sekarang sudah banyak yang merokok, pacaran secara berlebihan (bahkan terlalu dini), malas belajar, sukanya nongkrong, main game dengan penguasaan bahasa yang kurang sopan dan perilaku yang tidak santun. Itu baru 'beberapa' contoh saja… Belum ditambah beberapa kasus yang tak disebut...
Sebutan "Kids Jaman Now" sebetulnya bisa bermakna positif. Mereka, dengan kecanggihan teknologi saat ini mampu menyerap banyak informasi dengan cepat tanpa batas waktu dan batas wilayah. Dengan segala fasilitas jaman now, mereka juga mampu mempelajari berbagai hal dengan lebih baik melalui film dokumenter, power point, e-jurnal, e-book, virtual lab, simulasi dll.
Pengalaman Penulis terhadap Berbagai Karakter Siswa
Penulis telah terjun ke dunia pendidikan formal (read: mengajar) sejak tahun 2012. Selama enam tahun mengajar, penulis telah banyak menemui anak-anak yang luar biasa. Mulai dari anak-anak dari sekolah dengan segudang prestasi, kemudian lanjut ke sekolah dengan siswa yang umumnya berasal dari kalangan konglomerat, hingga masuk sekolah yang anak-anaknya bahkan harus ikut jualan di pasar atau jadi tukang parkir di hari libur hanya untuk tetap bisa sekolah.
Jika kamu, Kids Jaman Now merasa malas belajar, penulis pernah bertemu dengan orang yang suka tidur di kelas, tapi jika diminta menjawab soal pasti selalu bisa menjawab dengan jawaban yang tepat. Penulis juga pernah bertemu dengan anak yang setiap hari harus minum obat karena punya penyakit jantung, tapi tetap memiliki semangat belajar yang tinggi bahkan anak tersebut mampu menjadi salah satu yang terbaik di kelas.
Jika kamu, Kids Jaman Now merasa tidak perlu sekolah hingga sering melanggar aturan, penulis pernah mengajar anak yang hobinya balapan liar, berteman dengan orang-orang yang suka merokok bahkan minum minuman keras, tapi dirinya tidak pernah ikut-ikutan merokok dan minum miras! Anak tersebut masih tetap bisa berteman sekalipun punya prinsip untuk tidak merokok.
Jika kamu, Kids Jaman Now hobinya suka adu jotos, bully lewat medsos atau maen keroyokan atas dasar solidaritas, penulis juga pernah bertemu dan mengajar anak-anak yang demikian bahkan beberapa sampai harus berurusan dengan polisi. Tapi… toh mereka tetap masuk kelas. Penulis juga pernah bertemu dengan anak yang gak pinter-pinter amat, tapi… sayang dan ngejagain adik-adiknya, buakan malah ngebully yang lemah.
Jika kamu, Kids Jaman Now merasa sudah sangat pintar, sehingga tidak perlu lagi mengerjakan tugas guru atau belajar di kelas, penulis pernah bertemu dan mengajar anak-anak yang jago banget di pelajaran kimia, biologi, fisika, matematika, bahasa inggris, agama, dll. Tapi… mereka tidak pernah menyepelekan gurunya, tetap mengerjakan tugas dan tetap berperilaku santun, paling tidak saat dihadapan guru.
Jika kamu, Kids Jaman Now merasa sudah sangat kaya sementara gurumu tidak demikian lantas kamu merasa tenang karena masa depan kamu sudah jelas dapat warisan… Ketahuilah bahwa penulis pernah bertemu dan mengajar anak yang saat ayahnya meninggal, ia dapat warisan sebuah hotel, yang pernah modif mobil dan motornya hingga belasan juta rupiah, yang bahkan hadiah agar mau sekolah bukan lagi sekedar hp, tapi mobil! Tapi toh, mereka juga masih masuk kelas, belajar dan mau mendengarkan gurunya.
Jika kamu, Kids Jaman Now merasa tidak punya kemampuan apa-apa, merasa jadi orang yang kurang pintar di kelas, ketahuilah bahwa penulis pernah bertemu dan mengajar anak yang kemampuan IPA-nya biasa-biasa saja, tapi suatu hari ia pernah datang tergopoh-gopoh dengan celana penuh lumpur sambil membawa bawang merah dalam pot untuk praktik… See??? Ada semangat dalam dirinya untuk belajar.
Penulis juga pernah bertemu dan mengajar anak-anak yang meski butuh waktu lama, mereka tetap mau belajar untuk menyelesaikan soal. Bayangkan saja, dalam waktu 80 menit soal yang mereka kerjakan hanya 2. Tapi toh, mereka tetap semangat belajar, bukan?
Penulis pernah bertemu dan mengajar anak-anak yang kemampuan nalarnya rata-rata semua, tapi mereka kompak… kalo ada yang gak bisa ya mereka nanya ke guru atau ke temen dan serunya teman mereka pun mau mengajarkan. Pokoknya bisa-nggak bisa, mereka kerjain tuh tugas.
Lalu… Apa yang Harus Dilakukan Murid?
Banyak hal yang sepatutnya dilakukan oleh seorang murid terhadap gurunya. Jika ingin tahu lebih dalam, Anda yang saat ini masih menjadi murid, bisa membaca buku tentang adab seorang murid dalam menuntut ilmu seperti yang tercantum dalam kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Ghozali atau kitab Ta'lim Muta'lim karya Syekh Az-Zarnuji.
Hal lain yang penting adalah kamu sebaiknya bersyukur karena masih ada guru-guru yang mau datang ke kelas sekalipun kalian sering bersikap cuek, membuat jengkel, tidak mengerjakan tugas, dll. Padahal yang penulis sadari, secara kompetensi, para guru tersebut BISA mengajar di sekolah yang JAUH lebih baik kualitasnya baik dari segi siswa maupun fasilitas bahkan finansialnya dan meninggalkan antum semua. Tapi toh, mereka tetap bertahan di sini, bukan? Hanya untuk mendidik kalian...
Jangan pernah melukai hati guru/membuat guru marah agar tidak hilang keberkahan ilmu dari mereka dan ingatlah… (sesuai perkataan teman penulis) bahwa hukuman terberat dari seorang guru adalah ketika sang guru sudah tidak peduli lagi pada muridnya.
Apa yang Harus Dilakukan Guru/Orang Tua?
Prof. DR. M. Mutawalli asy-Sya'rawi menuturkan dalam bukunya, Anda Bertanya Islam Menjawab bahwa dalam mendidik anak, tidak bisa hanya dilakukan oleh seorang saja atau satu aspek saja. Mendidik anak harus menyeluruh, meliputi jasmani, rohani, akal, kasih sayang, dan ilmu pengetahuan. Masing-masing ada yang menanganinya.
Pendidikan orang tua pun sangat penting, sebab sifat-sifat baik dari seorang anak tidak hanya terlahir dari guru saja. Sifat-sifat yang ada pada diri anak terbentuk sejak telinganya mulai bisa mendengar, sejak matanya mampu untuk melihat, dan sejak timbul kemampuan merekam segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya dengan kata lain saat anak masih berada dalam kandungan! Semua itu melekat erat pada dirinya dan kemudian membentuk sifat dan tingkah laku sang anak.
Meski sifat dan tingkah laku anak yang terbentuk berasal dari proses yang sangat panjang, seyogyanya seorang guru tidak pernah menyerah terhadap murid-muridnya. Sebagaimana pesan dari Menteri Pengajaran Indonesia pertama, Ki Hadjar Dewantara : Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan kita memberi contoh); Ing Madya Mangun Karso (ditengah membangun prakarsa dan bekerjasama); dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi daya-semangat dan dorongan).
Kelakuan Kids Jaman Now memang kerap kali membuat kita (baca: para guru) naik pitam. Namun, semoga… saat amarah menguasai diri, kita tetap mampu mengucapkan dan mendoakan yang terbaik untuk anak-anak kita sebagaimana marahnya Ibunda Imam Besar Masjidil Haram, Abdurrahman As-Sudais yang ketika marah, justru mendoakan anaknya saat kecil (lewat kata-kata marahnya) untuk menjadi imam di Haramain.
Sampai detik ini, penulis tetap yakin bahwa setiap anak dilahirkan istimewa. Itu pula yang sering penulis tekankan pada anak-anak. Tiap orang itu cerdas meski di bidang yang berbeda. Oleh karena itu, sekalipun mereka memiliki kekurangan dalam mata pelajaran yang saya ampu, saya selalu menyemangati mereka untuk tetap berusaha. Paling tidak, dengan begitu mereka akan belajar untuk tidak mudah menyerah terhadap tantangan/masalah yang ada dalam kehidupan mereka.
Penulis :
Ditta Widya Utami, S.Pd.
Guru SMPN 1 Cipeundeuy – Subang
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar