Saat Anak Menjadi "Tentor"
Tulisan ini berangkat dari keprihatinan penulis terhadap kondisi anak-anak saat ini yang semakin jauh dari Al-Quran. Padahal, banyak manfaat yang bisa kita petik dari mempelajari, memahami, membaca dan/atau menghafal Al-Quran.
Penulis yang pada tahun pelajaran 2017-2018 mendapat amanah sebagai wali kelas kemudian memikirkan cara bagaimana agar anak-anak bisa lebih dekat dengan Al-Quran. Maka, setiap ada 'masalah' di kelas, hukuman pertama yang diberikan adalah membaca Al-Quran.
Saat dipraktikkan, ternyata siswa yang melanggar peraturan belum lancar sama sekali dalam membaca Al-Quran. Oleh karena itu, penulis berinisiatif untuk membawa buku iqro' serta meminjam dari perpustakaan.
Anak-anak kelas VII yang diasuh penulis termasuk anak-anak yang luar biasa 'aktif'. Sehingga tak jarang mendapat teguran guru atau dipanggil ke BK. Walau orangnya hanya itu-itu saja, sebagai wali kelas tentu harus bertindak agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Penulis yakin bahwa dengan mendekatkan diri pada Al-Quran, maka sikap anak-anak akan menjadi lebih baik. Berdasarkan keyakinan itu, di satu pertemuan, penulis melakukan tes baca quran.
Hasilnya terdapat satu kelompok yang masuk Iqro 1, dua kelompok masuk kategori Iqro 2, sementara sisanya masuk kategori sudah mampu membaca Al-Quran.
Kelompok yang dapat membaca Al-Quran penulis bedakan lagi menjadi kelompok dasar dan kelompok terap/mahir. Siswa-siswa yang masuk kategori terap/mahir kemudian penulis bagi untuk membimbing rekan-rekannya yang masih di tingkat dasar dalam membaca Al-Quran. Sementara yang kemampuannya di atas tingkat dasar namun belum sampai ke tingkat terap/mahir, penulis tugaskan untuk membimbing teman-teman dalam kategori Iqro'.
Awalnya, penulis sempat khawatir bahwa anak-anak kelas akan enggan untuk mengaji. Namun, Jum'at, 27 Oktober 2017 pada saat penulis datang ke kelas, anak-anak sangat antusias untuk segera mengaji. Ada yang izin untuk berwudhu, bahkan ada yang langsung mengambil Iqro' dan Al-Quran yang sudah disiapkan.
Penulis hanya memerhatikan betapa seriusnya anak-anak yang hiperaktif dalam belajar membaca Al-Quran. Setiap tentor yang selesai mengajari/mengoreksi bacaan temannya, wajib melaporkan sejauh mana kelompok yang jadi tanggung jawabnya belajar Al-Quran. Setelah itu, para tentor pun mengaji di hadapan penulis.
Ternyata pembelajaran ala tentor ini cukup efektif untuk kelas yang anaknya hiperaktif.
Semoga, apa yang kita lakukan saat ini dan beberapa waktu ke depan, akan menjadi bekal berarti untukmu, Nak.
Wali Kelas VII-H
SMPN 1 Cipeundeuy, Subang
Ditta Widya Utami, S.Pd.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wow, Keren ta, di sekolahku mah, mengaji biasa aja, tanpa ad pengkoreksian kyak gitu, tapi ya alhamdulillah paling tidak semuanya bisa dilaksanakan dg tertib.. Intinya mah ya, pengen jd pribadi yg baik itu dekatkan ke agama ya
Yep... Betul Ta... :) Makasih dah berkunjung n ninggalin jejak ya.. hhe...