GELISAH (12)
518
Diyah Eko A.K.
GELISAH (12)
Senja mulai berjalan perlahan menunggu malam. Meski malam terlihat galau, wegalau hati Budi yang tak kunjung menemukan penyebab merosotnya perusahaan tempatnya bekerja. Namun begitu sampai di rumah lenyap sudah galau di hatinya. Melihat buah hatinya memberikan pencerahan. "Anak-anak papa gantengnya, papa kangeen deh," kata Budi kepada Putra dan Doni buah hatinya. "Baik-baik ya, "lanjutnya. Sejenak Budi lupakan pekerjaan kantornya. Dia ingin habiskan waktu istirahatnya dengan Putra dan Doni. Dia tak mau tinggalkan kesempatan bersama anak-anaknya.
Perusahaan dalam masa menuju kebangkrutan, karena semakin merosot. Budi berfikir keras. Namun mentok, tak menemukan penyebabnya karena memang bukan dari intern perusahaan. Hal yang menimpa perusahaannya memang dialami oleh perusahaan- perusahaan lainnya. Kondisi negara memang sedang tak menentu dari bidang ekonomi maupun perdagangan. Hingga berimbas pada perusahaan tempatnya bekerja.
"Sabar ya pah, berusha dan terus berdoa pasti ada jalan," kata Risa berusaha menenangkan suaminya. "Rasanya hampir putus asa, tak tahu lagi harus bagaimana selanjutnya," keluh Budi. "Pengin risain aja apa ya, coba usaha sendiri,"lanjutnya. Risa tak menanggapi keluhan suaminya. Dia hanya menenangkan agar bersabar dengan keadaan ini.
Hari demi hari, minggu dan bulan pun terus merangkak hingga berganti tahun. Hingga Budi sampai pada titik jenuh bekerja di perusahaan tersebut. Dan akhirnya dengan tekad yang bulat berusaha untuk mengajukan pengunduran dirinya.
"Mah aku tak risain aja ya, rasanya sudah tidak tahan lagi, tak coba berusaha sendiri," kata Budi mengawali pembicaraan dengan istrinya, Risa. "Apa tidak dipertimbangkan dulu yang matang?" Kata Risa. "Sudah tak pikirkan masak- masak, sepertinya ke depan bahkan akan ada PHK besar-besaran. Sebelum itu terjadi lebih haik aku mulai merintis usaha sendiri," kata Budi. Risa pun hanya bisa mendukung keputusan suaminya. "Kalau memang sudah dipertimbangkan masak-masak, apapun keputusanmu, aku dukung pah." Yang penting kita semua sehat." Kita bisa usaha yang lain," lanjut Risa.
Keputusan Budi untuk risain dari tempat kerjanya sudah bulat.
Kini Dia mencoba merintis usaha baru. Di masa yang tak menentu, tertatih Budi menjalankan perusahaan barunya, belum banyak kliennya. Hatinya kembali gundah namun dia tetap semangat demi anak-anaknya, ikhlas menjalani garis hidupnya .
Bersambung
Tegal, 3-2-2022
Kamis
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi