527

Diyah Eko A.K.

GELISAH (13)

Terik mentari tak dirasakan Budi ketika berjalan menyusuri jalan menuju kantin di seberang kantor barunya. Meski kecil Budi memulai usahanya dari kantornya. Sedikit karyawan yang direkrut Budi, karena dengan berbagai pertimbangan.

Dengan penuh semangat Budi terus berusaha dengan keras.

Lambat laun usahanya mulai berjalan...hingga lambat laun semakin menanjak. Perjalanan usahanya pun mulai menampakkan hasil. Budi pun mulai menambah banyak karyawan.

Senja hadir dengan keindahan jingganya. Diiringi senja Budi melaju dengan kuda besinya untuk segera sampai ke rumahnya untuk bertemu anak-anak. Disambut istrinya meski capek, Budi tambak ceria.

"Wah capek ya mas," tanya Risa yang menyambut suaminya pulang dan kelihatan payah. "Yah begitulah," jawab Budi. "Seharian di kantor banyak sekali yang harus dipikirkan dan dikerjakan," lanjut Budi. "Bagaimana anak-anak baik- baik saja kan?" Tanya budi pada Risa. "Yaaa biasa anak laki-laki.....nggak pernah pada bisa diam ," jawab Risa. "Tapi aku seneng kok bersama anak-anak, merekalah semangat kita, ta kan?" Tanya Risa. "Bener si, karena mereka aku ikhlas dan senang jalani semua ini," jawab Budi sambil berlalu segera ingin peluk, anak-anak. Begitu juga Risa tetap semangat membantu Budi meski hanya dari rumah.

Mereka bersinergi saling bantu. Risa kerjakan pekerjaan rumah, Budi di kantor. Hari terus merangkak, tak terasa waktu berjalan begitu cepat.

Dua tahun sudah Budi merintis usahanya sedemikian rupa hingga cukup membawa keuntungan.

Namun tak terasa juga kalau ternyata ada karyawan yang berkhianat. Merekapun sama sekali tak menyangka kalau orang yang dipercaya berkhianat.

Sebuah pukulan berat seakan kembali menyapa kehidupa keluarganya.