Diyah Eko Adi Kristianti, S.Pd.M.Pd

Diyah Eko Adi Kristianti, S.Pd. M.Pd. Guru SMAN 1 Kramat Kab.Tegal Jawa Tengah ...

Selengkapnya
Navigasi Web
GELISAH (15)
Tagur 530

GELISAH (15)

GELISAH (15)

Nina kakaknya masih saja terus menyalahkan Risa sebagai penyebab bangkrutnya usaha Budi. “Aku bilang apa, sudah berkali-kali aku sampaikan Risa jangan boros, masih saja terus bagi- bagi uang,” Nina nerocos. “Nggak di jalan nggak di rumah. Terus saja keluarin uang untuk bagi- bagi,” lanjut Nina. “ Lho mbak, apa hubungannya ini sama sekali tidak ada hubungan antara Risa dan perusahaan.” Kata Budi. Kakak beradik itu terus berdebat. Budi tak mau istrinya dianggap sebagai penyebabnya. Karena justru yang dilakukan istrinya berimbas kebaikan bagi keluarganya. "Masalah perusahaan selain sebagai ujian dari Allah, karena juga kondisi Negara saat ini yang sedang tak menentu, semua bidang usaha mengalami penurunan," Pikir Budi.

Sambil menunggu perbaikan kondisi saat ini keluarga Budi tetap yakin mampu bangkit kembali, asal jalani dengan sabar. Pasti akan dimudahkan jalan.

Ketika Budi dimarahi kakaknya, dia hanya diam. Namun ketika istrinya yang disalahkan, dia tak rela karena tahu persis yang diperbuat istrinya. Perdebatan menuju pertengkaran terus berlanjut perpecahan seakan terjadi anata kakak beradik tersebut, hingga Ridwan berusaha melerainya. Kedua anaknya memang segan kepadanya. Hingga dengan satu kata yang keras saja, diaaaam....Nina dan Budi pun terdiam. “Apa si yang kalian ributkan? Kamu juga Nina kenapa kamu selalu saja membenci Risa, padahal dia sudah sangat baik pada kita.” kata Ridwan. “Bapak lihat selama ini kamu selalu saja mencela yang dilakukan Risa, padahal yang dilakukannya menurut Bapak tidak ada yang salah,” lanjut Ridwan. “Harusnya kamu bersyukur punya adik ipar seperti dia, yang selalu perhatian terhadap orang lain tanpa pilih- pilih. Baik dari keluarganya sendiri maupun keluarga kita,” kata Ridwan terus berusaha menasihati anak perempuannya. Sedari tadi Risa hanya diam menyaksikan semuanya. Di tak bisa berkata apa-apa.

Kata-kata bijak keluar dari mulut lelaki tua itu, Ridwan Bapak Budi yang selama ini memang jadi panutan anak-anaknya. “Sudahlah yang penting kita semua dalam kondisi sehat, rezeki pasti akan segera Allah beri,” Katanya. “ Kita saling mendokaan saja semoga badai yang menimpa keluarga kita segera berlalu,” lanjutnya. “ Kita pasrahkan dan yakinlah bahwa Allah SWT akan selalu bersama hambanya yang sabar dan bertakwa, dan semoga keluarga kita akan mampu melalui ujian ini dengan sabar dan tawakal,” kata Ridwan. Semua diam bagaikan krupuk disiram air, mlempem semua tak terkecuali Nina.

Tanpa disangka tiba-tiba Nina mendekati Risa, langsung meminta maaf dan memeluknya sambil menangis, karena selama ini seolah memusuhinya. Padahal Risa sangat menyayangi keluarganya. Nina sadar pada saat seperti ini memang sebaiknya satu keluarga bersatu untuk saling bantu. Kalaupun tidak dalam bentuk materi juga bantu dukungan dan support agar semua bisa melaluinya. Menerima ujian dariNYA. Risa pun dengan senang hati membalas pelukan Nina. Tidak ada dendam di hatinya. Merekapun hidup dalam kebersamaan yang indah. Pelangi kembali menampakkan diri di langit yang tak menangis lagi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen yg istimew bu dyah. Salam literas

16 Feb
Balas



search

New Post