GELISAH
484
Diyah Eko A.K.
GELISAH
Dalam hening malam, langit dipenuhi awan hitam. Tak ada senyum rembulan, tak ada kerlip bintang. Kala Risa sendiri menyepi. Risa termenung memikirkan masa depannya. Risa gadis belia yang usianya belum genap dua puluh tahun, dan harus berjuang membantu kedua orang tuannya yang hidup serba kekurangan. Sebenarnya dia memiliki seorang kakak perempuan dan dua orang kakak laki-laki, yang semuanya sudah berkeluarga.
Ayah Risa, Pandu tidak punya tabungan, karena dengan gaji pas-pasan harus menghidupi dan menyekolahkan keempat anaknya. Kini ketiga anaknya telah menikah, namun ketiganya masih belum memiliki kehidupan yang mapan. Sementara Pandu sudah mulai sakit-sakitan karena tensi tinggi yang dideritanya. Ibu Risa, Ratih hanya pekerja pabrikan yang hasilnya pun tak seberapa hanya cukup untuk uang jajan anak- anaknya saat itu.
Kini kedua orang tua Risa sudah mulai tua. Hingga Risa berpikir agar dia bisa membantu orang tuanya.
Risa meninggalkan tempat duduk yang sedari tadi di dudukinya sambil termenung. Seolah mendapat ide dan segera ingin disampaikan kepada ayahnya.
"Yah bagaimana kalau Risa berhenti sekolah saja dan bekerja untuk memenuhi kita sehari-hari," kata Risa sambil menunggu jawaban sang ayah. Pandu menjawab dengan pertanyaan, "kerja..?kerja apa...? emang kamu bisa apa?"
Bersambung
Tegal, 30-12-2021
Kamis
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih, salam