Dodi Indra Bernas

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BERPRESTASI TANPA MENYONTEK

BERPRESTASI TANPA MENYONTEK

BERPRESTASI TANPA MENYONTEK

B

udaya menyontek sebenarnya bukan hanya dilakukan oleh pelajar zaman sekarang saja, tetapi telah ada sejak zaman dahulu. Cara dan sikap yang diperlihatkan pelajar zaman sekarang dengan zaman dahulu sangatlah berbeda. Pelajar zaman sekarang menganggap menyontek bukan perbuatan dosa. Mereka malah merasa hal itu wajar dilakukan. Justru tidak wajar jika mereka dilarang menyontek.

Pada zaman dahulu pelajarnya menganggap menyontek merupakan perbuatan dosa sehingga hanya sedikit sekali yang berani melakukannya. Itu pun karena dalam kondisi terpaksa. Bila ketahuan atau tertangkap basah sewaktu menyontek, pelajar zaman sekarang malah tertawa-tawa kesenangan tanpa menunjukkan sikap malu sedikit pun.

Kalau pelajar dahulu, belum pun ketahuan sudah gemetaran tubuhnya sampai berkeringat dingin. Apalagi jika ketahuan, sakitnya tak seberapa, tapi malunya ini luar biasa! Untuk memperoleh nilai tinggi, banyak cara atau tipu muslihat yang dilakukan pelajar sekarang dalam menyontek. Misalnya, ada yang berlindung di balik tubuh temannya dari pandangan pengawas ujian agar tak terlihat saat merunduk membaca catatan.

Ada yang berpindah duduk ke bangku temannya yang lebih pintar. Ada juga yang dari rumah telah menulisi catatan dalam kertas super panjang dan digulung rapi sedemikan rupa. Bahkan ada yang nekat secara terang-terangan menyalini jawaban temannya. Yang lebih unik dan sungguh keterlaluan, pelajar wanita melakukannya dengan cara menulisi catatan di paha mulusnya. Luar biasa!

Begitulah cara-cara yang sering dilakukan pelajar dalam menghadapi ujian di sekolahnya belakangan ini. Mereka telah membuang rasa malu dengan menebalkan mukanya setebal tembok hanya demi mendapat nilai yang bagus. Apakah mereka melakukan perbuatan tidak jujur dan tercela itu karena mereka memang bodoh atau karena malas belajar? Pada dasarnya mereka tidaklah sebodoh yang kita bayangkan. Tak ada manusia di dunia ini yang bodoh.

Yang ada hanyalah malas! Karena malas belajarlah membuat mereka nekat menempuh cara instan yang tak wajar untuk meraih nilai yang diinginkannya. Mereka sering mengatakan, buat apa capek-capek belajar kalau dengan menyontek semuanya menjadi mudah?

Seorang pelajar hendaknya selalu menyadari bahwa menyontek dalam ujian merupakan sebuah sikap pembodohan diri. Memanjakan otak dengan menyontek dapat merugikan diri sendiri seketika itu juga. Misalnya, guru atau pengawas akan langsung memberi sanksi berupa penarikan lembar jawaban atau mengeluarkannya dari ruang ujian.

Pengawas menyilang lembar jawaban dan langsung memberinya nilai nol juga merupakan dampak ketahuan menyontek. Ada pula pengalaman teman penulis, seketika itu pengawas menyuruhnya mengunyah lembar jawaban hingga lumat selama berlangsung ujian ketika ia tertangkap basah sedang menyontek.

Kerugian lain yang akan dialami pelajar yang terbiasa menyontek akan membuat masa depannya suram. Ia tak memiliki daya kreativitas dan daya inovatif dalam berbagai bidang pekerjaan. Menyontek yang sudah mendarah daging akan sangat sulit mengubahnya dalam jangka waktu singkat, sebab sikap malas itu telah berkembang menjadi akut di dalam dirinya.. Cara berpikir pelajar pemalas umumnya selalu negatif. Di dalam dirinya tak ada motivasi untuk hidup berkembang dan ingin maju. Itu pula dampak dari kebiasaan menempuh segala masalah dengan cara instan yang tak jujur dan tak terpuji itu.

Bagi pelajar pemalas, ujian merupakan beban yang harus diakhiri dengan cara instan yakni dengan menyontek. Dengan demikian, pelajar pemalas akan lebih sering dikucilkan masyarakat dalam kehidupan sosialnya di kemudian hari.

Selain karena malas belajar akibat kurangnya motivasi serta kuatnya pengaruh negatif lingkungan, faktor pengawas ujian ikut pula memperbesar peluang menyontek di kalangan pelajar. Ada kalanya pengawas sering berpura-pura tak tahu dengan segala kecurangan peserta ujian, bahkan sengaja membiarkan siswanya menyontek atau bekerja sama dengan temannya. Mereka tak mau direpotkan dengan tugas-tugas seperti layaknya seorang inteligen. Akibatnya, gairah belajar si pelajar itu semakin melemah karena dipicu terbukanya peluang menyontek itu.

Pelajar yang berprestasi pada umumnya tak akan mau memanfaatkan kelonggaran pengawas ujian. Mereka akan tetap tegar menjawab semua soal ujian dengan jujur dan apa adanya sesuai kemampuan yang dimilikinya. Begitu pula dengan pengawas ujian yang tahu kewajibannya tak akan mau meracuni siswanya dengan memberi peluang menyontek atau bekerja sama. Mereka sadar bahwa meracuni siswa akan membuat masa depan mereka menjadi suram dan mati. Sikap kejujuran dan kesadaran seperti itu sejatinya harus bersinergi selalu agar kualitas pendidikan di republik ini dapat terangkat di tataran dunia. Semoga ( Dodi Indra 2017) )

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post