Dodi Indra Bernas

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
DARI RIAU MENUJU KEMILAU
BUNDA ISTI

DARI RIAU MENUJU KEMILAU

DARI RIAU MENUJU KEMILAU

DODI INDRA

ALUMNI MWC 2 PARUNG DEPOK

Memang benar kata pribahasa “ Bila ada kemauan disitu pasti ada jalan”. Pribahasa inilah yang kini saya rasakan dan alami.

Berawal dari niat sederhana untuk sekedar dapat menulis, saya langkahkan kaki menuju Mediaguru Writting Camp. Kegiatan ini ditaja oleh Pusat Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kependidikan ( P4TK ) Bahasa Jakarta, bekerja sama dengan Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. Berlangsung dari hari Sabtu tanggal 21 April 2017 sampai hari Senin tanggal 23 April 2017. Kegiatan MWC ini dilaksanakan di Pusdiklat Kemendikbud Parung Depok.

MWC 2 kali inia dihadiri oleh guru – guru pilhan yang berasal dari seluruh propinsi di Indonesia. Peserta terdiri terdiri dari guru, kepala sekolah, pengawas, dosen, dan widyaiswara.

Hari pertama sebelum acara dimulai, Bapak Muhammad Ihsan memberikan motivasi sekaligus inspirasi kepada para peserta. Penuturan Pak Ihsan membakar kemalasan dan rasa enggan yang selama ini membelenggu. Aura positif yang diviruskannya mulai menyerang sanubariku. Hasrat untuk menulis pun muncul tampa bisa terbendung. Hidayah indah tak terkira menyelinap dalam pikiranku. Sebuah ide muncul.

Iya. Ide untuk menulis sebuah novel. Perlahan ku raih tas warna hijau pemberian panitia yang dari tadi kuletakkan di atas meja. Ku keluarkan pena dan notebook. Segera ku tulis ide – ide yang ada dikepalaku. Ku tulis apa saja yang terlintas dari pikiran ku itu. Aku kewalahan karena ide yang bermunculan tidak secepat gerakan tangganku menulis. Kata -kata indah pak ihsan bersaing dengan ide yang mengalir lancar dikepalaku. Pena diatas kertas menari – nari melukiskan ide yang ku tuangkan. Saking indahnya tulisan itu sampai aku sendiri susah untuk membacanya. Kubaca kembali tulisanku. Kususun dan ku urutkan menjadi alur sebuah cerita. Alhamdulillah outline sebuah novel tercipta.

Disela – sela acara pembukaan, tak sabar ku raih labtop. Mulai ku tekan tombol – tombol huruf di labtopku. Kata demi kita mengalir syahdu dilayar. Aku terbuai. Aku merasakan atmosphere cerita yang kutulis. Cerita yang ku karang sendiri merasuki jiwaku. Aku tak menyangka dari mana datangnya ide di kepalaku ini. Jari jemariku tak sanggup mengejar laju ide yang melesat.

Pak Eko mulai memberi inspirasi. Beliau memberi contoh – contoh artikel yang membuat para editor minum bodrek sampai sepuluh butir. Aku tiba – tiba ragu dengan apa yang telah ku tuangkan dalam ceritaku. Aku masih penulis pemula yang baru pertama kali ini menulis novel. Tidak. Aku tak mau surut. Sesampai dikamar Rajawali 4A aku kembali membuka labtop dan meneruskan ceritaku.

Hari pertama berlalu. Dihari kedua kami, para peserta mulai dituntut untuk menulis. Aku mulai ciut. Terlintas pikiran bahwa aku tak akan sanggup bergabung dengan guru – guru yang tidak hanya hebat tapi juga dasyat. Sebagian besar dari peserta sudah menelorkan buku – buku bagus. Mereka sudah menulis pada penerbit terkenal di Indonesia. Bahkan ada ya yang telah menjadi penulis buku best seller. “Tuhan. Bagaimana dengan aku?” Aku hanya bayi yang baru lahir. Pemula dari kampung kecil di Riau yang memberanikan diri datang dan ikut program menulis MWC.

Pak Eko membagi dua peserta berdasarkan buku yang akan dibuat. Kelas buku populer dan kelas buku teks dan sastra. Aku memilih kelas buku teks dan sastra. Kelas itu akan dipandu dan dibimbing oleh ibu Istoqomah Almanaky. Tapi sebelum aku pindah ke aula dua tempat kelasku, kuberanikan membawa laptopku mendekati ibu Istiqomah. Aku ingin konsultasi dengan pakar menulis itu. Ternyata bukan hanya aku yang ingin konsultasi. Sudah panjang antrian yang ingin berkonsultasi dengan beliau. Aku sabar menunggu. Akhirnya kesempatan ku datang.

Ibu cantik itu mulai menanyai ku. Gemetar dan juga harapan berkecamuk menjadi satu. Aku menceritakan ideku. Oh my God. Ibu Isti meresponku. Tak kus angka tak ku nyana. Aku yang lagi mentok untuk mengakhiri ceritaku mendapat solusi yang sungguh menakjubkan. Beliau menantangku. “Selesaikan ceritanya!”

Di aula dua mulai kurangkai lagi ceritaku. Ku ingat – ingat ide cemerlang yang dituangkan Ibu Isti. Sesekali aku ikut mendengarkan percakapan Buk Isti dengan peserta lain yang sedang berkonsultasi. Tak lama aku tersentak.

“Siapa yang menulis tentang bono?” Buk Isti berkata sambil mengedarkan pandangannya ke seluruuh peserta.

Aku mengacungkan tanganku. Buk Isti menyuruhku menceritakan isi cerita yang ku tulis.

“Ceritakan dengan ringkas lalu bacakan ending ceritanya!”

Aku mulai bercerita. Terbata – bata dan gemetar bibirku menceritakan ideku. Kubacakan ending cerita yang telah dituntun Buk Isti sebelumnya. Beliau memuji tulisanku. Aku kepanasan dalam dinginnya ruang berAC. Beliau kembali menantangku.

“Selesaikan ceritanya cepat! Isinya harus mengigit.”

Tekadku makin bulat. Ku mulai mengedit kata perkata yang ku tulis. Mengedit penulisan dan tata bahasanya. Apalagi tadi Bu Isti mengomentari tentang penulisan ku. aku tidak bisa membedakan antara mana yang kata depan dan mana yang imbuhan, terutama di sebagai kata depan atau di yang sebagai imbuhan.

Semngat juangku kembali berkobar. Aku kembali mengedit dan membaca ulang tulisanku. Pokoknya buku ku harus terbit. Aku harus kerja keras. Tantangan Buk Isti yang mulai malam itu ku Panggil bunda akan menjadi cambuk untuk mengingatkan ku menyelesaikan buku.

Di perjalanan menuju bandara halim, aku membuka smartphone. Ku tatap photo - photo selama dua hari di acara MWC. Ada photo narsis ku dan Bunda Isti. Segera ku posting photo itu di Facebook dengan judul “With Bunda Isti. Di Pusdiklat Kemendikbud Parung Depok”

Kembali, anugrah itu datang. Tak percaya aku membaca komentar dari Bunda Isti.

“The next habiburrahman”

Romaku berdiri. Terima kasih bunda. Tak bosan dirimu memberiku motivasi. Aku akan selesaikan editing novelku. Besok akan ku kirimkan ke email mu. Itu balasan komentarku. Semoga apa yang selama ini tak pernah ku sangka. Jangankan kupikirkan, terlintas pun tidak ada sebelumnya. Semoga akan menjadi nyata. Semoga kedatangan ku dari Riau akan menjadi kemilau. Seindah kemilau sinar pagi yang membias diriak – riak sungai kampar.

“Thanks to Bunda Isti atas inspirasi dan motivasimu”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hebatttt...lanjutkan pak..dan tetap semangat

28 Apr
Balas



search

New Post