DOES ICHNATUN DWI SOENOEWATI

Helo, saya Does Ichnatun Dwi Soenoewati. Saya guru biasa yang ingin berbuat sesuatu yang luar biasa....

Selengkapnya
Navigasi Web
Are You Illiterate? (Apakah Anda Buta Huruf?)

Are You Illiterate? (Apakah Anda Buta Huruf?)

Are you illiterate (Apakah Anda buta huruf? Hey, jangan marah dulu. Mungkin Anda merasa dihina ketika mendapatkan pertanyaan di atas. Tapi benarkah Anda tidak buta huruf (literate)? Mungkin Anda seorang magister, atau bahkan post graduate student. Bagaimanakah Anda menerapkan pendidikan yang Anda terima dalam kehidupan sehari-hari? Sepatutnya, semakin tinggi pendidikan kita, semakin literate kita. Namun faktanya, pendidikan tinggi tidak serta merta membuat kita literate.

Coba saya tanya, apa yang kita lakukan ketika kita mendengarkan adzan, khotbah, atau pimpinan sedang berbicara dalam rapat. Apakah kita mendengarkannya ataukah asyik menggunakan telfon seluler bahkan mengobrolkan sesuatu yang lucu-lucu sambil saling dorong, cubit, bahkan kejar-kejaran? Ketika kita terburu-buru ke tempat kerja atau tempat lain, kita berada di persimpangan jalan dan lampu hijau sudah berganti kuning, apakah kita berhenti, atau jalan terus? Ketika kita kesulitan mencari tempat parkir, lalu kita hanya menemukan tempat kosong di dekat tikungan, akankah kita mencari tempat lain, atau memarkir mobil di sana? Ketika kita memarkir mobil mewah di bawah tanda ‘Dilarang parkir’, lalu kita berswafoto dan mengunggahnya di media sosial, apakah kita merasa lucu? Apakah ketika kita merokok di area bebas rokok atau ruang berAC, apakah kita merasa keren? Ketika kita membuang sampah ke jalan dari dalam mobil mewah, apakah kita masih merasa literate? Sungguh, kita betul-betul illiterate.

Sesungguhnya, semua perbuatan di atas, dan mungkin masih banyak lagi, menunjukkan bahwa Anda buta huruf (illiterate). Bagaimana bisa? Mari kita ikuti tulisan selanjutnya.

Dictionary.com mendefinisikan illiterate seperti berikut 1) tidak bisa membaca dan menulis, 2) memiliki atau menunjukkan sangat sedikit tidak ada pendidikan, 3) menunjukkan kurangnya budaya, terutama dalam bahasa atau sastra, 4) menampilkan kurangnya pengetahuan di bidang tertentu. Nah, mungkin Anda tidak tergolong nomer 1, 2, atau 3 tapi saya yakin Anda mewakili nomer 4. Memang hanya satu nomer (25%) dari seluruh definisi tersebut, tapi dampaknya luar biasa.

Sesungguhnya banyak sekali tingkah laku dan perbuatan kita sehari-hari tanpa sengaja menunjukkan bahwa kita illiterate. Saya tidak akan membahas apa yang kita lakukan di luar kedinasan kita. Mari kita bahas bagaiman kinerja kita. Jika Anda tahu, menyusun perangkat pembelajaran sendiri adalah tugas pokok guru, tapi Anda suka mengkopi karya teman, maka itu namanya Anda illiterate. Jika Anda tahu, meninggalkan kelas tanpa izin, atau tanpa alasan yang kuat, itu Anda illiterate.

Mari kita perbaiki kinerja kita. Tentu kita tidak ingin dikatakan illiterate. Maka, lakukan sesuatu sesuai yang seharusnya. Jika setiap pemberkasan untuk pencairan tunjangan profesi guru kita menulis ‘Surat Pernyataan Tanggung jawab Mutlak’, maka seharusnya kita melaksanakannya sesuai yang kita tuliskan. Katakan, pengawas kita selain Allah adalah para siswa. Mungkin mereka terkesan diam memperhatikan, sesuangguhnya mereka sedang menilai kita. Suatu hari, saya kaget mendengarkan keluhan anak tentang gurunya begini, “Sepertinya guru saya kok hanya mengisi waktu luang dalam mengajar, Ma’am.” Saya, “Maksudnya bagaimana?” Dia, “Hampir setiap hari memberikan banyak latihan soal selama satu pertemuan penuh. Kalau ada latihan yang sulit, kemudian kita tanya, selalu dijawab pertemuan berikutnya akan dibahas. Padahal pertemuan berikutnya mengerjakan latihan lain lagi. Entah kapan dia akan membahas latihan-latihan kami.”

Nah! Lihatlah. Janganlah kita selalu menganggap bahwa siswa kita tidak peduli dengan apa yang kita lakukan. Mereka mungkin bercerita juga kepada orang tuanya. Kalau orang tuanya terlalu sibuk, mereka akan menatakan, “Sudahlah, Nak. Yang penting kamu belajar.” Bagaimana jika mereka memiliki waktu luang dan peduli pada pendidikan anaknya? Mereka mungkin akan melaporkannya ke atasan kita, menuliskannya di media masa, atau yang parah akan bertindak sendiri.

Mari, kita raih predikat sebagai a literate teacher.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Dahsyat. Tulisan yg sangat bertenaga

13 Mar
Balas

Semoga beliau sering berada di Gurusiana ya Pak Leck

13 Mar

Hehe, malu pada pemula. Moso sudah punyabakun lama kok nggak pernah nulis.

13 Mar

Bu Does....ini makjleb baanget, saya bahagia sekali bisa menyapa disini Salam Literasi

13 Mar
Balas

Kadang geram melihat mereka.

13 Mar

Ayo Bu, kita berbagi disini, asyik kok Bu, awalnya saya juga begitu.. menunda dan menunda. Tapi Pak Leck di group selalu mengingatkan" sudahkah anda menulis di Gurusiana hari ini?"

13 Mar
Balas

Wow...menggugah hati bu

13 Mar
Balas

Terima kasih, Ibu

13 Mar



search

New Post