Pagi dingin di kota yang dingin Padang Panjang menambah hati yang dingin setelah beberapa Minggu hening dari keramaian Susana kota yang hiruk pikuk, ketika suasana bersama di dalam kelas yang selalu dipenuhi canda tawa siswa siswi dengan berbagai tingkah lakunya.

Musuh halus tanpa rupa bernama Covid-19 yang pasti nampak menghantui kita semua, sehingga segala aktivitas di kurangi bahkan ditiadakan, untuk mengantisipasi perpanjangan tangan penularan dari virus tersebut. Saat ini edaran pemerintah guru dan siswa dirumahkan dan semua kegiatan dialihkan melalui media Maya bahkan kamipun belajar di kelas maya, sebuah aplikasi rumah belajar.

Kebiasaan yang selama ini saya jalani setiap hari bebas seperti burung yang bebas bergerak, sekarang harus dibatasi dengan memperpendek ruang gerak dari zona nyaman ke zona tidak nyaman. Kadang saya teringat celoteh celoteh sahabat yang menemani saat bekerja dengan secangkir espresso kopi hitam pahit yang panas terletak disamping tumpukan buku dan absen kelas . Kami bercerita seakan tak pernah habisnya dari hari kehari dengan segala percakapan yang kadang tidak ada artinya, tetapi selalu menjadi agenda keseharian kami melepaskan lelah di sela jam istirahat kelas. Ah itu lamunanku di pagi yang dingin ini semoga Covid-19 ini cepat berlalu.

Saya bersyukur semua ini adalah kehendak yang satu, dengan berteman di dunia Maya saya membiasakan diri dari hari ke hari sehingga menemui gurusiana sahabat baru yang punya banyak sahabat di dalamnya, semoga saja saya betah dan teman baruku gurusiana pun betah berteman dengan saya. Kita bisa bercerita berbagi pengalaman dari Sabang sampai Merauke, Alhamdulillah sahabat baru inspirasi baru, akan tetapi batinku tetap menolak karna ada yang kurang di sini. Saya di pagi yang dingin ini tetap berharap ada tetesan Espresso dengan secangkir gelas di pagi ini supaya kedepan hidup ku penuh dengan inspirasi baru, pengalaman baru bahkan menemukan karya yang baru.