Rapat Kenaikan Kelas (Tantangan menulis 365 hari ke 103)
Pentigraf
Tergesa-gesa aku berjalan ke pintu gerbang sekolah dan langsung menuju ruang guru. Semakin dekat aku mendengar dengan jelas suara ibu wakil kepala sekolah bidang kurikulum membuka kegiatan rapat sesuai undangan. Aku sengaja masuk dari pintu ke dua. Akupun mengambil posisi duduk di bahagian belakang. Aku colek bu Linda yang duduk di sebelahku. Bu Linda memandangku dan langsung bicara. "Terlambat bu. Duduk di depan saja bu," suara bu Linda keras membuat beberapa peserta rapat menoleh ke arah kami. Aku tidak menjawab penyampaian bu Linda. Aku pura-pura tidak bersalah saja telah mencoleknya. Kemudian untuk menghilangkan rasa grogi, aku putar leherku ke barisan belakang. Terlihat disitu ada bu Rika, bu Mesra dan pak Edwar. Mereka bertiga ini selalu kelihatan bersama di mana saja. Bu Rika mengubikku sambil mengangkat potongan baju daster, jualannya. "Hah, dasar pedagang. Kemana-mana tak gendong barang dagangan," aku mengumpat dalam hati. Tapi aku senang. Kalau tidak ada bu Rika di sekolah pasti aku takkan punya daster baru. Kali ini Aku tidak bergeming dengan tawaran bu Rika. Aku kembali fokus kepembicaraan pembawa rapat. Bu Nel sebagai wakakur menjelaskan strategi kenaikan kelas. "Kita menyadari bapak ibu, bahwa kondisi saat ini, kita, bahkan dunia, tengah dilanda pendemi. Hampir empat bulan proses pembelajaran tidak bermakna. Barangkali kondisi ini dapat mempengaruhi hasil ujian peserta didik. Oleh sebab itu, kami mengajak bapak ibu untuk bisa arif dalam merumuskan penilaian, " Ibu Nel dengan jelas memberikan statemen kepada hadirin. Seketika bu Ayu angkat tangan dan menyampaikan perasaannya bahwa beliau tidak menerima kalau sekolah menaikan siswa seratus persen. Ditambahkannya lagi bahwa sekolah harus menyaring nilai dan sikap siswa sebelum dan sedang pandemi. Menurut bu Ayu enam puluh persen siswanya belum mengumpulkan tugas yang diberikan selama belajar dan mengajar dari rumah. Banyak yang tidak setuju dan tidak sedikit pula yang mengatakan setuju dengan kata arif yang dilontarkan bu Nel. Aku memilih untuk netral saja. Bagiku apapun strategi yang diambil aku setuju. Asal siswa tidak ada yang dirugikan dalam hal ini. "Bagaimana bapak ibu, ada saran yang lain," bu Nel kembali membuka kran tanya jawab. Tiga puluh menit usulan tidak juga muncul. Akhirnya bapak kepala sekolah mengambil alih pembicaraan untuk mengakhiri rapat ini dengan catatan nilai siswa sesuai dengan kinerjanya. Ada kerja ada nilai.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ooo...iya. Makasih sarannya say
Keren bu, tapi sesuai judul cerpen tiga paragrag. Kayaknya tulisan ibu petlu dibuat paragraf nya...
Ia bu....apaagi ada statemen dari siswa semasa covid seluruhnya pasti naik kelas dan seluruh siswa pasti lulus
hehe...ia bu kepsek. terimakasih sudah membaca tulisan ibu. jangan lupa di follow ya.