Dra. Diah Listyorini

Mengajar di SMPN 2 Katapang, Kab. Bandung. Alumni MG kelas WJLRC Bandung...

Selengkapnya
Navigasi Web
Si Bungsu vs Gigi Bungsu

Si Bungsu vs Gigi Bungsu

Bungsu adalah istilah untuk menyebutkan yang terkecil atau yang terakhir. Demikian juga untuk anak ketiga-ku. Ia bungsu dari tiga bersaudara. Seorang anak laki-laki yang tahun ini berusia 17 tahun.

Pagi itu, saat bangun tidur ia tampak kesakitan. Tangan kanannya memegang pipi sebelah kanan. Sambil mengaduh kesakitan, ia menuju kamar mandi. Tak lama kemudian ia keluar dari kamar mandi, masih dengan mengaduh kesakitan. Kembali ke kamar dan rebahan di atas tempat tidurnya.

Kuhampiri anak bungsuku di kamarnya. Ia menutup wajahnya dengan bantal, sementara suara erangan kesakitan masih kudengar. Kutanya perlahan, bagian mana yang terasa sakit. Si Bungsu mengatakan bahwa wajah sebelah kanan, pipi, sampai belakang telinga terasa sakit. Dia pun tak tahu apa sebabnya. Yang terasa hanya sakit. Aku keluar dari kamarnya dan kembali dengan secangkir Energen coklat hangat. Kuminta ia minum untuk mengurangi rasa sakitnya. Si Bungsu hanya meminum sedikit sambil berkata bahwa mulut dan giginya sakit. Kuminta ia membuka mulutnya dan menunjukkan bagian yang sakit. Aku melihat giginya seperti baik-baik saja, hanya bagian gusi kanan belakang tampak kemerahan. Yah … mungkin gusi itu penyebab sakitnya. Kuajak ia ke dokter gigi yang buka praktik pada hari Sabtu. Ia segera membersihkan diri dan kami pun mencari klinik tempat praktik dokter gigi.

Kebetulan ada klinik tempat praktik dokter gigi yang membuka praktinya pada hari Sabtu sehingga kami tidak perlu ke rumah sakit yang jaraknya memang agak jauh dari rumah. Karena hari masih pagi, kami mendapat antrean nomor 2. Praktik mulai pukul 9, kami masih harus menunggu satu setengah jam lagi. Dalam diamnya, anakku masih terlihat menahan rasa sakit.

Tibalah giliran Si Bungsu diperiksa dokter gigi. Setelah dokter mendengarkan penjelasan sakitnya, ia pun memeriksa keadaan gigi anakku. Sambil tersenyum, ia menjelaskan bahwa gigi anakku baik dan sehat, hanya bagian belakang akan tumbuh gigi bungsu yang memang kadang-kadang menimbulkan rasa sakit. Mengapa terasa sakit, sedangkan ketika tumbuh gigi yang lain tidak sakit?? Lagi-lagi dokter tersenyum. Dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, dokter ganteng itu menjelaskan bahwa terasa sakit karena gigi terakhir atau gigi bungsu harus menembus gusi yang sudah keras. Hal inilah yang bisa menimbulkan rasa sakit, apalagi jika ruang yang tersedia di rahang itu mungkin sangat sempit.

Untuk memastikannya, dokter meminta untuk dirontgen. Kami diberi surat pengantar untuk rontgen di laboratorium yang ditunjuk. Untuk mengurangi rasa sakit, anakku harus minum obat selama tiga hari. Kami harus kembali lagi ke klinik setelah hasil rontgen diperoleh. Mudah-mudahan setelah minum obat, rasa sakitnya hilang. Dan hasil rontgennya juga baik. Kami pun pulang ke rumah

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post