Murid yang tercubit guru yang digigit

Belakangan ini marak cerita murid yang tercubit. Bergejolak darah orang tua akan kejadian itu karena anak kesayangannya dimarahi sampai tercubit biru oleh ibu dan pak guru. Berita cubit mencubit pukul memukul ini juga pernah terjadi di negeri kami yang berakhir di " hotel situmbin".masalah pengaduan seorang anak yang diterima oleh orang tua yang berkuasa.Tapi waktu itu Petinggi Negeri cepat mengultimatum " Barang siapa yang berani mengadukan lagi guru yang berada dinegeri ini gara- gara memarahi siswanya silahkan pindahkan anaknya dari negeri ini dan tidak dibenarkan ada sekolah lain yang ada di negeri ini untuk menerima anak tersebut." Hal ini berkaitan dengan pepatah Minang sayang jo anak dilacuik (dilecut)sayang jo kampuang batinggaan( ditinggalka). Para orang tua di negeri ini kalau mau menyerahkan anak pergi mengaji menyertakan seikat lidi yang diserahkan kepada guru mengaji. Seperti itu benar keinginan orang tua supaya anaknya bisa memperoleh ilmu dan maju . Lidi sebagai perlambang kalau anaknya nakal silahkan dilecut. Perkara lecut melecut saat belajar mengaji itu sudah biasa bagi kami anak negeri kalau ribut dan tidak tahu kaji " pisang rotan" hadiah untuk kami. "Pisang rotan" terpaksa ditelan kalau tidak mau dapat tambahan.Sekarang siapa yang berani mengikuti Petinggi negeri kami? Hingga tak ada ragu bagi sang guru. Berharap siswanya lebih beradap. Di sekolah istimewa guru yang kena gigit, kena cakar, dan kena cubit hingga ngilu membiru. Tapi tidak ada guru yang melaporkan kejadian tersebut kepada orang tua siswa. Malah ada yang dilarikan kerumah sakit karena telah ditancapkan mata pensil yang tajam dikulit. Mengapa? Karena guru ini faham sekali siswanya sianak istimewa. Semoga kita orang tua juga faham dengan anak kita yang tidak mesti selalu diperlakuan istimewa. (Lifya)