Dra. Muliati

Menulis itu jiwa dan nyawa. Jika masih bisa menulis berarti jiwa dan nyawa masih sehat. Pupuklah itu selagi ada kesempatan. Menulislah kap...

Selengkapnya
Navigasi Web
PULANG BERDARAH

PULANG BERDARAH

PULANG BERDARAH

Muliati

Mimi terkejut benar-benar terkejut melihat parang yang dipegang Mina berdarah. Jantungnya berdebar-debar. Matanya mulai berkunang-kunang. Ia meraba dinding dan berusaha sampai di mana Mina duduk. Mimi jatuh terduduk dan tidak sadarkan diri.

Melihat Mimi pingsan, Mina melempar parang sembarangan dan mengejar Mimi segera. Ia peluk Mimi dan berusaha menarik Mimi ke dalam rumah. Mina membawa Mimi ke kamar tamu. Mina menidurkan di tempat tidur yang beralaskan sprei bewarna pink kesukaan Mina itu. Mina kemudian mengambil kotak P3K. Ia ambil minyak serai yang sangat menusuk hidung. Ia oleskan ke hidung Mimi. Mimi mulai bergerak. Mina mengoleskan lagi ke ujung jari Mimi. Selanjutnya ke ujung jari kakinya. Mimi mulai bereaksi. Ia membuka matanya perlahan dan mencoba mengingat apa yang terjadi.

"Mina, ada apa?" Mimi bertanya dengan suara perlahan.

"Kamu pingsan, Mi," jawab Mina dengan tatapan heran. "Seharusnya aku yang nanya sama kamu, Mi. Kamu ada apa? Pakai pingsan segala." Mina balik bertanya kepada Mimi.

"Aku melihat kamu memegang parang yang berdarah. Aku kan tidak kuat melihat darah. Aku sangat khawatir denganmu, Mina. Tidak terjadi apa-apa, kan?" Mimi masih memburu Mina dengan pertanyaan.

"Iya, memang ada kejadian. Sebelum kamu datang, saya ambil ayam jago di kandang dan saya semblih. Saya mau masak gulai ayam kesukaan suami saya. Ia kan suka gulai ayam kampung." Jawaban Mina membuat Mimi ternganga.

Baru tadi siang iya benci dengan suaminya yang tukang selingkuh. Kini malah berubah lagi pikirannya. "Itulah cinta karena Allah, sangat mudah memaafkan. Apakah suaminya tidak merasakan cinta istrinya yang begitu besar kepadanya.

Mimi hanya mampu menatap Mina yang begitu tulus hatinya. Setahu Mimi, Minalah sahabat yang memiliki hati bersih. Semoga Mina tetap bahagia dalam penderitaannya. Suatu saat ia merasakan kebahagiaan yang hakiki.

"Oh, ya Min, suamimu mana? Aku tidak melihatnya dari tadi.” Mimi merasa ingin tahu membubung.

"Ada di kamar depan sedang tidur. Saya belum bertemu dengannya. Sampai di rumah, saya langsung semblih ayam." Mina menjawab sambil memandang ke ruang tengah.

"Ini sudah mau magrib. Bangunkanlah suamimu, Min. Aku mau pulang juga." Kata Mimi mencoba duduk dari baringannya. Tiba-tiba Mimi tidur lagi. Ia masih merasa pusing.

"Magrib di sini saja, ya. Nanti kamu malah jatuh di jalan," kata Mina.

Mina bergegas mengambil ayam ke belakang, yang sudah dimasukkan ke dalam ember dan tertutup rapi. Ia angkat ke dapur dan membersihkannya.

Setelah ia membersihkan ayam, Mina langsung menuju kamar depan di mana suaminya sedang tidur. Ternyata ... suaminya ... suaminya bersimbah darah.

Hati Mina hancur berkeping-keping. Hancur Mina!

Sabtu, 02 Juli 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post