Dra. Muliati

Menulis itu jiwa dan nyawa. Jika masih bisa menulis berarti jiwa dan nyawa masih sehat. Pupuklah itu selagi ada kesempatan. Menulislah kap...

Selengkapnya
Navigasi Web
TRAGEDI BUNGKUSAN ROTI TAK BERTUAN

TRAGEDI BUNGKUSAN ROTI TAK BERTUAN

TRAGEDI BUNGKUSAN ROTI TAK BERTUAN

Muliati, SMAN 1 Harau

Tiba-tiba mataku tertuju pada bungkusan roti di meja. Akun ingin sekali membeli roti itu. Aku tak tahu siapa yang punya. Setahuku Bu Net penjual roti dan meninggalkan roti di mejanya. Aku coba buka bungkusan roti, kulihat ada uang Rp5000,00 di dalamnya. “Benar, ini roti Bu Net. Biar saya beli 3 buah," batinku.

Aku ambil uang RP7.500,00 di tasku dan meletakkan dalam bungkusan roti itu. Tiba-tiba ada suara dari belakangku.

“Aku juga mau beli,” katanya. “Tadi saya sudah beli 2 karena lapar sekali.” Suara itu tak asing lagi bagiku. Suara Andi, penyanyi yang terkenal dengan “Sang Pengamen” tiap minggu. Pengamen ini selalu laris manis. Di mana aku tahu ia laris manis, ya di sosmed FB dan Instagram.

Kembali ke roti, akhirnya roti juga laris manis. Uang sudah terkumpul di dalam kantong roti tadi RP17.500,00. Aku gulung kantong itu dan kumasukkan ke dalam meja di mana aku dapatkan roti tadi.

“Mul, bukan di situ meja Ni Net. Di belakang,” kata temanku yang sibuk membuat tugas penilaian kepala sekolah. Aku pun melangkah ke belakang dan memasukkan ke laci meja Ni Net. Dengan rasa bangga aku sudah membawa roti pulang untuk sarapan besok pagi. Suamiku sangat senang dengan roti itu, aku juga tentunya.

Selesai makan malam, aku mulai mengutak atik laptop membuat laporan pendampingan guru penggerak. Terlebih dahulu aku nyalakan gawai untuk mengaktifkan hotspot. Aku lirik sebentar WA. Ada chatingan Anita Sofina.

“Assalamualaikum, Mul. Cako awak beli roti Bu Ned Rp18.000,00 diletakkan di meja. Pas pulang sore cako ndak ado lai. Ado Mul nampak/ tau kawan2 yang lai mengamankan?” tanyanya.

Aku terpingkal tertawa dan merasa bersalah. Aku langsung menelepon Anita Sofina. Aku minta maaf terlebih dahulu. Aku ceritakanlah semua yang terjadi tentang roti tak bertuan itu. Akhir kata, “Ya dimaafkan, insyaallah hari Jumat kito bolian ka roti piti tu baliak.”

Ha…ha… tragedi bungkus roti tak bertuan, membuat aku jadi malu pada diri sendiri. “Oi Andi…! Copek minta maaf!” Andilah yang pertama ternyata membeli roti itu. Aku orang yang kedua, dan Andi lagi pembeli ketiga. Huwa……ha… ha… .

Purwajaya, 24 November 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post