Kalkulasi Usia Sebelum Usai
KALKULASI USIA SEBELUM USAI
Dra. Rosnawati, M. Hum
Pada umumnya manusia paling hebat dalam mengkalkulasi. Apa saja yang akan dilakukan harus diperhitungkan secara detail kurang lebihnya, untung rugi, sedikit banyak dan lain sebagainya. Orientasi utama yang menjadi dasar perhitungan atas segala sesuatu biasanya selalu mengarah dan menginginkan hal yang baik, serta berharap terhindar dari hal yang buruk.
Lantas pernahkah kita mengkhususkan waktu dan tempat untuk mengkalkulasi usia ?.Sempatkah kita sejenak merenungkan umur yang telah digunakan? Lalu adakah terbersit rasa penyesalan dengan waktu yang telah kita lewati? seperti pernyataan cerdas Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu berikut “ Tidak ada yang saya sesali setelah matahari terbenam hari ini, selain penyesalan mendalam bahwa umurku semakin berkurang sedangkan amal ibadahku tidak bertambah”. Semoga saja setiap perputaran waktu yang telah terjalani senantiasa memberikan ruang untuk mengintrospeksi diri, seberapa banyak umur yang digunakan untuk kebermanfaatan dan seberapa panjang perjalanan waktu yang mengiringi usia berlalu dengan sia-sia serta semua terlewatkan begitu saja.
Seperti kebiasaan kebanyakan orang yang setiap tahun selalu merayakan ‘Hari Ulang Tahun’ dengan berbagai bentuk dan cara. Apakah tahun demi tahun itu akan terus diulang? Sampai kapan pengulangan dilakukan? Pada saat itu tercetuslah kalimat ‘Selamat ulang tahun yang ke….’diiringi ucapan doa dan pernyataan lain seperti ‘selamat bertambah umur’, ‘panjang umur’ dan lain-lain. Memang secara hitungan angka, setiap saat umur manusia bertambah, dari satu menjadi dua, lima tahun, 10 tahun menuju 20 tahun dan seterusnya. Namun pada hakikatnya jatah umur manusia itu semakin hari semakin berkurang seiring perputaran waktu.menuju finis.
Sekiranya kita sempat menyorot balik perjalanan umur yang dilalui, lalu mencamkan keberadaan kita hari ini. Maka kita akan terhenyak, sudah terlalu banyak umur yang telah kita gunakan dan akhirnya tersisa sedikit waktu lagi. Sudah begitu panjang perjalanan hidup terlewati. Selanjutnya akan semakin dekat tujuan akhir yang mutlak yakni kematian. Dengan demikian pasti menimbulkan rasa takut dan ngeri dengan usia yang sudah terpakai dan berlalu, sebab semua alur umur sejak aqil balik akan dimintai pertanggungjawaban atas penggunaannya.
Berbicara tentang hitung-hitung umur biasanya masih ada yang kurang sadar dengan usia yang telah terlewati. Bahkan selalu merasa masih muda atau istilah yang lazim lupa umur. Barangkali yang berusia antara 20-30 tahun masih belum sempat mengkalkulasi usia, menganggap masih berada di setengah perjalanan dan termasuk usia produktif untuk segala hal. Oleh karena itu, terkadang diusia seperti itu masih banyak yang menghambur-hamburkan waktu dengan kegiatan yang tidak jelas tujuannya. Masih sangat sibuk mengejar kepentingan, kesenangan dan gemerlap duniawi. Seakan hidup ini terlalu indah untuk dinikmati dan terlalu sayang untuk dilewatkan berbagai momen dan suguhan hiruk pikuknya.
Bagi yang sudah menjalani hidup menjelang atau melampaui usia setengah abad, sepatutnya terus memperhitungkan detak jam, apa yang bisa diperbuat untuk menebar dan menabung kebaikan di sisa waktu. Terus menghitung dan menghitung detik demi detik, hari ke hari menuju bulan apakah nantinya masih sempat menyelesaikan dan mengulang tahun demi tahun lagi?. Di usia senja yang dijalani, sejatinya sudah memperkecil ruang lingkup ambisi serta motivasi dunia lalu memperbesar upaya untuk meraih kebahagiaan di kehidupan abadi kelak.
Jika saja kita sejenak mau merenungkan perjalanan waktu yang telah menggerus usia kita. Maka kita akan tersadar betapa banyak masa yang berlalu sia-sia. Begitu banyak hal-hal yang dilakukan yang kurang bermanfaat, sekalipun itu sangat menyenangkan. Walau sesungguhnya kita memahami bahwa segala aktivitas sebaiknya selalu mempertimbangkan manfaatnya sekaligus bisa memberikan rasa senang ketika melakukan (aktivitas yang bermanfaat dan menyenangkan). Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa teramat banyak hal yang dilakukan sangat menyenangkan tetapi belum tentu bermanfaat. Sebaliknya sesuatu yang dikerjakan begitu bermanfaat namun kurang menyenangkan. Di sinilah kita dituntut untuk bijak memilih kegiatan yang ketika dilakukan sangat bermanfaat dalam penggunaan umur serta mengupayakan dilakukan dengan nyaman dan senang.
Seandainya saja kita bisa memutar dan mengulang waktu, pasti kita tidak mau lagi melakukan serta merasakan apa yang sudah dilalui, terutama yang telah menghabiskan porsi umur dengan kesia-siaan. Tentu kita akan memanfaatkan umur yang ada semaksimal mungkin untuk sesuatu yang bernilai dan bermakna. Namun apa boleh buat, semua sudah berlalu, segalanya tinggal kenangan dan tercatat dalam sejarah kehidupan. Apapun yang pernah kita lakukan dalam hitam putih lintasan waktu. Selanjutnya kita berada di hari ini, menapaki waktu yang tinggal sesaat sembari menanti waktu usai.
Saat ini kita patut bersyukur yang tiada terhingga atas segala Rahmat dan Karunia-Nya karena masih diberi waktu untuk banyak merenungi dan mengkalkulasi usia. Terkhusus bagi kita yang sudah menjelang usia senja. Namun penting pula bagi yang merasa masih muda, sehat, segar dan bugar. Karena tidak ada jaminan bahwa usia muda masih memiliki waktu yang lama. Maka selayaknya setiap saat terus mengingat perputaran waktu sejak bangun sampai bangun lagi. Kemudian senantiasa menyadari pemanfaatan umur yang dijalani saat itu. Paling tidak dalam sehari sekali 24 jam ada sesuatu yang membekas dan berkesan yang kita lakukan dan tentu paling utama bernilai ibadah.
Apabila mengulas tentang waktu dunia yang akan kita hitung itu hanya sekejap mata. Sesaat saja, begitu singkat jika dibandingkan dengan waktu akhirat. Seperti dalam firman-Nya “Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu (satu hari di akhirat) adalah seperti seribu tahun di dunia menurut perhitunganmu / dari hari-hari yang kalian hitung (1 hari 24 jam) Q.S Al-Hajj : 47. Betapa singkatnya kehidupan fana ini. Oleh sebab itu, memang sesungguhnya kita hidup di dunia ini hanya sepersekian detik saja berdasarkan perbandingan waktu di akhirat.
Mencermati perjalanan usia yang berdasarkan perhintungan waktu pada umumnya, kita terkadang bingung dan tidak percaya atas waktu yang telah berlalu. Misalnya saja ketika memperhatikan anak-anak kita yang kini usianya mendekati setengah dari usia kita. Apalagi jika mereka juga sudah menjadi orang tua dari anak-anaknya. Kemudian resmilah kita dipanggil oma atau opa, nenek atau kakek. Lalu kita berkata ke mereka, “perasaan baru kemarin kalian lahir ternyata sekarang kamu sudah menjadi seorang ayah/ibu”. Begitu cepat waktu berputar.
Jatah usia yang sudah di berikan kepada kita itu mutlak akan habis dan berhenti tepat pada waktunya. Tidak bisa dimajukan dan dimundurkan sekejap pun. Umur manusia ibarat gunung es digunakan atau tidak ia tetap akan mencair dan pupus. Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa terus menyadari efisiensi penggunaan usia. Sesederhana dan sekecil apapun yang kita lakukan semoga menjadi aset dan deposit amal ibadah hingga usai di penghujung waktu menuju keabadian. ( Penulis adalah Guru Bahasa Indonesia SMA Neg. 1 Kolaka ).
.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar