Di pagi yang cerah , mentari menyinarkan cahaya ke alam semesta. Aku telah berada di sekolah tempat ku mencerdaskan anak bangsa.

Di meja besar, yang terletak di ruang guru hampir setiap hari tersedia makanan, yang dibawa oleh guru. Bila di rumahnya panen hasil kebun ataupun kelebihan makaman. Terkadang pisang, jeruk, sukun goreng, songkong goreng, nangka , ataupun yang lainnya. Terkadang ada guru yang khusus membeli makanan untuk dimakan bersama.Itulah indahnya kebersamaan, saling berbagi. Makan bersama saat jam istirahat, terasa nikmat.

Di pagi hari ini di meja guru tersedia mangga, mangga yang besar- besar, mangga "bayi" aku menyebutnya.

Hal ini lamgsung mengingatkan aku 24 tahun yang lalu. Saat itu aku tinggal di Kalimamtan , jauh dari sanak saudara. Aku hamil anakku yang pertama.Saat perjalanan dari rumah rekan, kulihat banyaknya penjual manggga ditepi jalan. Rasa inginku muncul. Kubayangkan alangkah enaknya mangga itu.Aku hanya menelan ludah.

Kuajak "bekas pacarku" untuk menghentikam mobilnya, membeli beberapa kilo saja. Yaa...nampaknya mangga itu begitu manis. Tapi alangkah kecewanya hatiku, saat " bekas pacarku" mengatakan nanti di depan masih banyak.

Tapi apa yang terjadi....di perjalanan dia tetap tidak mau menghentikan. Sampai di rumah mangga tak kubawa.

Aku juga heran ini kehamilan pertamaku aku ingiin sekali makan buah mangga tersebut tapi kenapa kok dilarang.

Yaaaa..keesokam paginya aku pergi ke pasar sendiri membeli buah mangga yang kuinginkan tersebut.Saat istirahat siang " bekas pacarku" pulang tuk makan siang, sudah kusajikan potongan mangga yang maniis. Suamiku hanya tersenyum dan minta maaf karena kemarin tidak membeli mangga untukku.

Alhamdulillah anaku lahir tidak " ngeces" kata orang jawa bila hamil punya keinginan tapi tak terpenuhi anaknya " ngeces". Ngeces artinya mengeluarkan air liur terus menerus.

Peserta Sagusabu Sukoharjo