Alhamdulillah, itulah yang terucap dari bibirku saat aku diminta melihat wajahku di layar kamera ponsel oleh nara sumber. Melihat wajahku yang tampak letih saat pelatihan. Rasa syukur terus kupanjatkan denagn dikaruniai hidung mancung yang sampai saat ini masih bisa digunakan untuk menghirup udara, untuk melangsungkan kehidupan. Mulut yang masih bisa digunakan untuk merasakan lezatnya ayam goreng yang disajikan saat pealtihan.

Rasa syukur juga kupanjatkan karena bisa duduk di antara ratusan peserta yang mempunyai tujuan sama. Yaitu Sagu Sabu. Satu Guru Satu Buku. Aku tidak tahu apa yang harus aku tulis dalam waktu sepuluh menit sebanyak dua ratus kata. Kulihat kanan kiriku semua sama, serius menggerakkan jari jemarinya untuk menuangkan ide yang ada di pikiran mereka masing-masing. Mereka bisa, berati aku juga harus bisa. Itulah yang membuat diriku lebih semangat.

Peserta di belakangku bertanya, "Dapat berapa kata bu?" "Lebih seratus" Jawabku. Padahal aku juga sama baru dapat menulis beberapa puluh kata saja. Jawabanku untuk menguatkan semangat agar beliau juga terpacu untuk terus menggoreskan untaian kata kata di note booknya.

Aku sendiri sebenarnya belum tahu ide apa yang akan kutuliskan. Saat kulihat kembali wajahku di layar kamera ponsel, terlihat wajah yang masih mempunyai semanagt untuk menulis. Semoga ini menjadi awal karyaku.