Dra. Sitti Aisyah, M.Pd.

Aku adalah seorang guru yang mengajar di SMP Negeri 2 Telukjambe Barat, keseharianku selain menjadi guru IPS juga pembantu kepala sekolah bidang kurikulum. Pada...

Selengkapnya
Navigasi Web
UMI BANGGA PADA ABANG DAN ADEK

UMI BANGGA PADA ABANG DAN ADEK

#Tantangan Gurusiana

#Hari ke 7

Saat mata tak mau terpejam, tepatnya malam ini, entah kenapa tanganku menulis kata-kata yang sungguh baper, istilah anak sekarang. Bayangkan saja aku selalu bersama kalian, hampir setiap hari bertemu kalian disela-sela kesibukan rutinku sebagai guru dan lain-lain. Namun setiap hari rasa rinduku dan banggaku pada kalian selalu menggebu. Tak perlulah aku ceritakan dimana sekolah tempatku mengajar, lain kali saja pada moment berikutnya aku cerita, karena saat ini focus pikiranku pada buah hatiku, yang sering kupanggil mereka dengan abang dan adek.

Desember tahun ini abang (panggilan anak sulungku) berusia 21 tahun. Ingat saat pertama abang lahir, merupakan anugrah terbesar bagi kami. Bayangkan saja, abang bukan anak pertamaku, karena anak pertama ku hanya hidup 2 hari. Jadi abang adalah anak yang aku tunggu-tunggu kehadirannya.

Abang lahir juga dengan proses cecar, kondisiku sempat terjatuh dari ojek motor, saat hendak pulang mengajar. Akibatnya aku dibawa ke rumah sakit, dan dirawat seminggu karena menjaga supaya kandunganku tak terluka. Setelah seminggu di rumah sakit Bekasi aku di minta pindah ke rumah sakit Cipto Mangun Kusumo, Jakarta. Karena pertimbangan menjaga supaya bayiku sehat selamat dan lahir lancar.

Alhamdulillah abang lahir dengan selamat dan sehat, tak tanggung tanggung ukuran badan abang melebihi bayi normal. Beratnya 4.5 Kg dan tingginya 55 cm. keluarga kami semua suka cita. Abang adalah cucu pertama dari keluargaku, karena aku anak pertama dari 7 bersaudara.

Semua menyukai bayi kecil kami, sungguh cabi pipinya, dan pertumbuhan abang begitu cepat, abang banyak makan dan lahap. Perkembangan fisik dan pribadi abang sungguh menakjubkan, pada umur 10 bulan abang sudah mampu berjalan dan 11 bulan Abang mulai pandai bicara.

Ah... ingat abang kecil sungguh menggemaskan, kondisi kami memang sederhana, namun kehadiran abang membuat kami merasa paling beruntung dan paling kaya. Apalagi abang adalah anak yang ceria, selalu tersenyum, dan jarang menangis, bahkan abang mau makan apa saja yang kusiapkan untuknya. Aku menyusui abang hingga 22 bulan. Selebihnya aku memberikan susu formula untuk perkembangannya.

Kini Abang sudah dewasa usianya sudah menginjak 21 tahun. Banyak hal tentang abang yang ingin Umi ceritakan, sebenarnya saat abang remaja banyak ulah abang yang buat umi sedih, tapi setelah abang makin dewasa, mandiri dan pandai bersikap baik pada Umi maupun pada orang lain. Umi makin terharu dan bangga dikarenakan sikap abang yang begitu peduli sama Umi dan adek.

Abang sekarang memasuki tahun ke-3 kuliah. Disamping Abang kuliah abang juga sudah mengajar di SMP dan abang menjadi sopir mobil online.

Kepedulian abang pada Umi sebenarnya bukanlah hal-hal yang mewah seperti yang dibayangkan orang, tapi sekedar sikap kecil-kecil abang yang dicatat dalam lubuk hati Umi namun menjadikan Umi merasa sangat dikasihi. Misalnya saja saat abang pulang dari antar penumpang, abang selalu telepon Umi dan bertanya, apakah Umi sudah makan, Umi mau dibelikan makan apa?. Mungkin Abang tidak tahu, buncah rasa hati mendengarkan kepedulian abang.

Ada lagi saat abang kasih jajan mingguan untuk adik, Abang bilang saat itu Umi nggak usah kasih adik lagi biar abang saja Insyaallah kalau ada duit abang kasih adik. Tak seberapa memang tapi membuat butir-butir air menetes perlahan akibat rasa bangga Umi pada abang.

Belakangan kaki Umi sedikit sakit dan abang tahu itu, maka setiap jalan jauh abang selalu temani dan antar kemana Umi pergi, karena Umi tak lagi bawa kendaraan sendiri. Abang bilang khawatir pada umi. Terkadang melihat cara jalan Umi Abang sering menuntut Umi. Sikap abang pada Umi sangat penurut. Abang tidak pernah membantah Umi Abang tahu kapan Umi marah, sedih dan kapan Umi gembira. Abang adalah anak yang sholeh, Semoga Allah selalu melindungi Abang mengabulkan semua permintaan abang dan abang bahagia lahir batin.

Cerita tentang adek, sedikit berbeda dari cerita tentang abang. Setelah memiliki abang selama 18 bulan, semua kebahagiaan menyatu dengan kehidupanku, segala permasalahan tak terasa berat bagiku, karena motivasi kebahagiaan akan kebersamaan dengan Abang begitu meluap, memuncah keluar dari semua perasaan yang ada, sehingga jika ada perasaan sedih, capek, dan kesal, semua tak keluar lama dalam batinku, karena keberadaan abang bikin aku menjadi legowo (ikhlas) dan tak membuatku suntuk berlama-lama, yang terpancar dipermukaan adalah senyum sumeringah dan tawa canda bersama abang.

hingga suatu hari saat pagi aku merasakan mual, dan terasa badanku panas, sepertinya aku sakit, aku merasakan badanku lemas tak ada tenaga, bahkan untuk sekedar cengkrama dengan abang sekalipun, melihat itu abinya mengajakku ke Puskesmas, untuk memeriksakan penyakitku. Namun Alhamdulillah dokter tidak menganganggap aku sakit, malah tersenyum pada kami berdua, memberikan selamat, kami di beritahukan akan memiliki anak lagi dan aku sedang mengandung 4 minggu. aku juga merasakan begitu bahagia, dan perasaan sakitku tadi sedikit berkurang, karena perasaanku begitu senang. Namun tidak tampak dari abinya, dia sedikit khawatir kalau keadaan kami belum siap, apalagi karena aku baru melahirkan 18 bulan dengan secara cecar, dan khawatir akan keselamatanku.

sepanjang kehamilanku aku selalu berusaha tegar dan kuat, karena aku tidak ingin abinya menghawatirkan keadaanku, tapi memang aku sering mual dan lemas untuk kehamilanku yang ke tiga, terkadang aku tak berani menggendong abang saat mengandung Ade, aku takut abang jatuh, karena tanganku sering lemas.

" umi pengen gendong " abang merengek.

" sayang, abang kan tahu ya, didalam perut umi, ada dedek, tangan umi lemes sekarang, abang di gendong abi ya sayang!". bujukku padanya.

" emang dedek bayinya nakal ya umi? ". abang mulai menahan diri dan mau sedikit mengalah.

" gak sayang, cuma dedek bayinya masih kecil, dan masih didalam perut umi, jadi uminya sedikit cape, gak bisa gendong abang dan adek sekaligus, abang sayang dedek kan?" tanyaku pada abang.

" sayang kok, abang nanti mau main sama dedek kalau dedeknya udah besar. bolehkan umi" abang bercerita dengan senyum cerianya, senyum yang menggemaskan bagiku.

anak sulungku itu sudah terlihat calon abang yang baik bagi adiknya. bahagia lihat abang.

"Boleh dong sayang, abang harus selalu jaga dedek ya, abang boleh main sama dedek, umi yakin dedek bayi bangga punya abang yang ganteng begini". Puji ku sambil mencium pipi abang.

Saat 30 minggu kandungan ku, dokter di rumah sakit yang sama dengan abang, meminta aku, sudah harus tinggal di rumah sakit, menunggu kandunganku 32 minggu, sampai bayiku siap dilahirkan. Aku dan abinya setuju, karena kondisi kandunganku di khawatirkan pendarahan seketika jika tidak di pantau dokter.

Bagiku tak masalah bila memang demikian, karena aku juga mempercakan soal kandunganku pada ahlinya, dokter pasti menyarankan yang terbaik untukku. Hanya yang menjadi pemikiranku, aku sedih meninggalkan abang di rumah bersama keluargaku dan abinya, Aku tahu mereka pasti menjaga abang dengan baik, hanya saja aku pasti rindu terlalu lama berpisah dengan abang. aku meminta abinya sesekali membawa abang ke rumah sakit, agar rinduku terobati.

Alhamdulillah adek lahir selamat dan sehat, berat adek 3 Kg dan panjangnya 53 cm. rambutnya ikal, memang kulitnya tak seputih abang tapi pipinya sama cabinya dengan abang. aku merasakan kebahagiaan memiliki putri, lengkap rasanya keluarga kami, memiliki putra dan putri. walaupun dokter mengatakan kepada kami, setelah ade lahir, terpaksa mensterilkan kandunganku, karena menurut mereka, kalau aku hamil kembali, kondisinya sangat riskan, sebab otot otot perutku, sudah tidak rapi, karena 3 kali melahirkan cecar pada tempat yang sama.

Kami setuju saja semua keputusan Dokter, kamipun juga sudah menyampaikan persetujuan kami, jika anak kami lahir, silahkan aku di steril.

Adek sungguh lucu, sejak kecil doyan makan, adek juga lincah, dan pemberani, adek kadang berlari kecil keluar rumah sendiri, aku extra hati-hati menjaganya, khawatir adek berlari jauh dan hilang. namun kelucuan adek membuat kami sering terhibur.

Abang ternyata bener bener sayang sama adek. abang sabar menghadapi adek, kalaupun adek sering mengganggu abang main mobil mobilan, abang cuma tersenyum, dan merapikan lagi mobil-mobilannya yang sudah diberantakin Ade. Melihat itu aku tersenyum dan menggendong ade mengalihkan perhatiannya pada mainan abangnya.

Adek tipe anak perempuan yang pemberani, adek sangat kokoh pada pendiriannya. apalagi kalau dia merasa yang dilakukannya benar. Pernah suatu hari saat ade berusia 4 tahun, melihat abang pulang kerumah dalam kondisi menangis setelah bermain diluar.

"abang kenapa sayang, kenapa menangis?" tanyaku, ade juga ada di situ melihat abangnya.

"Abang di pukul sama Imam, abang gak salah , mainan abang di rebut", aku memeluk abang, untuk menenangkannya.

"Abang jangan nangis lagi ya sayang, nanti kita beli yang baru" aku membujuk abang .

aku beralih melihat ade, tapi ternyata ade gak ada. Wah aku bingung, ade kemana? Aku panggil-panggil ade, tapi ternyata gak ada jawaban. Aku keluar rumah, dan sekitar halaman juga tak ada. Aku coba keluar rumah, ku dengar teriakan orang menyebut nama adek. aku berlari, dan kulihat sungguh mengagetkanku, adek mendatangi rumah imam, anak kecil yang mengambil mainan abangnya, sambil membawa sapu, dan gagang sapu ijuk itu ditunjuk-tunjuk kearah muka imam, berusaha memukul anak laki-laki itu. tampak ibunya imam melerai aksi adek.

"hei lo ngapain mukul Abang gua, awas lo, kalau berani sama Abang gue" sumpah aksi adek membela abangnya sungguh mengagetkanku, dengan badan yang masih kecil, usia ade baru 3 tahun, tapi keberaniannya menakutkan anak laki-laki yang usianya 2 tahun diatasnya, sampai-sampai anak laki laki itu menangis memeluk ibunya.

Aku berlari mendekati Ade, kuambil sapu dari tangan Ade dengan membujuknya.

" adek sayang, sini sapunya untuk umi, jangan begitu sayang, ayo ikut umi pulang nak, abangnya gak apa-apa kok, tuh lihat abang berhenti menangis, ayo sayang kita pulang" aku coba membujuk Ade dengan lembut. karena aku tidak mau ade makin marah.

Abang juga melihat kejadian itu dengan terbengong-bengong. Abang kaget, dia mungkin belum tau adenya sayang dengan abangnya, sakin sayangnya adek bersikap heroik membela abangnya. tanpa sadar dirinya yang perempuan melawan laki-laki.

Tidak sampai di situ saja, saat ade berusia 7 tahun ade bikin kaget lagi. Seorang ibu tetangga marah marah datang kerumahku, merasa tidak terima, anak bungsunya laki-laki berusia 5 tahun, di pukul dan di dorong sehingga terjatuh, kemudian menangis serta melaporkan kepada ibunya .

"Ibu tolong bilangin anak ibu, dia telah memukuli anak saya dan mendorong hingga terjatuh. padahal saya saja belum pernah memukul anak saya, masa dia berani sekali, dia kan anak perempuan, jangan kasar dong, tolong nasehatkan dia ya" ia bercerita dengan emosi yang tampak tak terbendung.

"Maafkan anak saya bu, saya tidak tahu, coba nanti saya tanyakan pada adek. Akupun memanggil adek yang sedang menonton TV .

"Ade kenapa memukul anak ibu ini?" aku bertanya dengan hati-hati.

"Salah sendiri, dia menyiram adek dengan air comberan, siapa yang gak marah coba? kan adek sudah kasi tahu, jangan, anaknya gak mau dilarang, ya sudah adek dorong dan jatuh deh, sukurin dia". Adek melaporkan tanpa rasa takut, bahkan malah mengejek anak kecil itu.

"Jangan beraninya sama anak kecil kamu, kenapa main pukul, kalau ibu gak bisa mengajar anaknya, sini saya ajar". kata ibu itu, sakin geramnya dengan jawaban adek.

"Tidak perlu ibu, saya bisa mendidik anak saya sendiri, mangga ibu didik aja anak ibu, saya rasa ini urusan anak anak- tidak perlulah kita orang tua terlalu membesar-besarkan. Percayakan unrusan anak saya, saya akan menasehatinya nanti. Terima kasih atas informasi ibu ". Aku mencegah ibu itu mengajari anakku. jujur aku sedikit terbawa emosi, namun aku usahakan lebih tenang. aku coba memberikan pengertian pada ibu tersebut.

Ibu itupun pulang setelah mendengarkan kata-kataku. sepulangnya ibu itu aku berusaha menasehati adek, untuk jangan main kasar dan kalau ada masalah, bicarakan baik-baik, adek awalnya melawan, tapi dia tetap menghormati aku uminya. Kalau ku pikir-pikir lagi, terkadang aku senyum juga, bayangkan adek mampu mengatasi orang lain dengan sikapnya yang tegas, walaupun sedikit kasar, tapi itu tindakan membalas perbuatan anak tetangga itu. Semoga saja adek gak kebablasan menjadi kasar, dan tetap anak umi yang pembarani dan kuat.

Kini adek sudah remaja, usia adek sudah 18 tahun, ade juga membuat umi sering terharu tanpa umi antar dan urusi, Ade bisa masuk kuliah negeri di kota kami, dan semester inipun nilai adek memuaskan. Adek bukan tipe anak manja walaupun adek anak bungsu umi. Alhamdulillah adek saat SMP dulu selalu dapat rengking di SMA Disekolah nilai adek gak pernah turun, adek rajin belajar, jika ada kemauan pasti diusahakannya dengan maksimal, Ade juga mandiri, semua urusan pendaftaran sekolah, mengurus KTP, buka rekening Bank, daftar les, belanja pakaian kebutuhan sekolah dll dikerjakan sendiri, bahkan belajar pun tak pernah disuruh, dikerjakan sampai begadang. Adek tak pernah menuntut diberikan pakaian mahal, kadang menolak jika umi ingin membelikan, adek juga tak senang perhiasan, sering ditawari dibelikan sekedarnya karena wajar adek perempuan membutuhkannya.

Yang membanggakan juga, kalau adek masakin makanan kami sekeluarga, gaya masaknya bikin senang, seperti orang dewasa. Pokoknya masakan adek yang paling enak sedunia. Adek terkadang protective sama umi, misalnya jangan makan ini-itu, saat jalan bersama selalu membonceng umi, padahal umi juga bisa mengendarai motor sendiri, terpikir sambil tersenyum, siapa anak siapa ibu diantara kami berdua. Semoga adek sukses ya nak, sehat selalu dan bahagia lahir batin. Tetap jadi anak sholeha kebanggaan umi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sekarang abang sama asek udah besar, tinggal umi cari pendamping

21 Feb
Balas

Alhamdulillah Bu Lusi. Semoga di berikan yg terbaik untuk saya. Aamin . Nuhun Bu

21 Feb

Woww kerenn ceritanya, sampai sy terbawa suasana.

21 Feb
Balas

Syukurlah jika miss min suka. Makasih ya.

21 Feb
Balas



search

New Post