Dra. Sitti Dahliah

Nama : Sitti Dahlia AzisTTL : Langnga, 11 Nopember 1966Pekerjaan : PNS (Guru SMAN 3 Pinrang-Sulawesi Selatan)...

Selengkapnya
Navigasi Web
DEMI KAU SI BUAH HATI (T365 H58)

DEMI KAU SI BUAH HATI (T365 H58)

Cerpen

*DEMI KAU SI BUAH HATI*

Oleh: Sitti Dahlia Azis

Memandang lurus jauh ke Jalan melintas sudah jamaah menuju masjid yang terdekat dari tempat kami di sela dedaunan kulihat sahabatku melintas dengan mukenah putih nya. Pikiranku masih membayangkan anakku sekecil berangkat berboncengan dengan temannya dia minta izin untuk menjual HP Androidnya.

Jamal si bontot memang suka belanja tapi dia juga sepertinya merasakan bagaimana sulitnya aku mendapatkan uang penelitian dari anak sulung kakaknya Dirman. Dirman yang kuliah di komunikasi penyiaran Islam hari ini ikut dosennya dan teman-teman prodi ke suatu tempat di kawasan Makassar kota.

"Maa ... saya mau ikut," katanya kepada saya, ibunya

"Ini tanggal 2 nah kita mau minta tolong sama siapa?"

"Sama tante Haji luluskan saya mah Baru kali ini ingin mendekat ke dosen dan teman-teman dulunya hanya aktif organisasi." Dirman merajuk lewat telpon.

Letak what rasanya aku ikut merasakan bagaimana kepedihan hati putraku. Dulu sebelum kan aku kuliah akulah yang sering membantu teman-teman walaupun itu bukan teman dekat selagi aku masih punya uang gaji dan sertifikasi dan ada yang ingin pertolongan aku transfer saja. Tak pernah terbayangkan kalau hidup sesulit ini tidak punya simpanan senang kan dua putra aku sudah butuh nutrisi makanan maupun untuk kesuksesan dalam study. 

Aku menangis menyesali diri. Mengapa tak menyimpan dana untuk anak-anakku tiga putra aku. Dulunya Aku berharap mendapat pinjaman dari saudaraku yang juga punya aktivitas sebagai guru atau pegawai negeri. Mungkin adikku juga butuh dana untuk anaknya. Adikku Hj Lela menyuruhku minta tolong ke adik lelakiku. Amran, adikku bertanya,

"Mau ke mana ... untuk apa lagi ini? ... Kakak tolong kontrol aktivitas anaknya kak. Adik hanya bisa membantu memberi saran. 

Dengar suara azan dari toa masjid kemudian orang salat. Imam menyebut Allahu Akbar. Aku pun mengikuti. Kuseka air mata yang tak tertahan lagi sendiri di sini sejak meninggalnya suamiku aku kadang merasa benar-benar sendiri tak tahu harus bagaimana. Mau mohon pinjaman di koperasi ... aku juga punya tunggakan. Ahh, aku berdirinya melangkah menuju keran air mendinginkan sedikit berusaha yang membuat air mataku membuncah, tak terbendung. Perih.

•••

Usai salat aku coba menenangkan pikiran menuliskan puisi ungkapan rasa untuk putraku. 

*CANDRA MATAKU*

   Oleh: Sitti Dahlia Azis 

Puspita

Permata Bunda 

Tumpuan dalam hati

Cahaya indah dalam hidup

Pabila engkau telah dewasa

Jadilah anak Sholeh

Cita-cita mulia

Abadi

Usaha 

Luka perih

Langkah kaki tertatih

Tabah hadapi tantangan hidup

Tetaplah pada jalur rida-Nya

Doa ibu menyertaimu

Kuatlah pemuda

Sukses 

PaTiDuSa_SDA

Pinrang, 28 Pebruari 2021

(27 Rajab 1443 H)

Aku seorang wanita di luarnya kelihatan tegar dan mungkin hanya sedikit yang tahu betapa sulitnya menjadi seorang ibu, single parent. Tak Ada tempat curhatku selain tulisan-tulisan yang bertebaran di _Facebook_ maupun di _Whatshapp_ khusus tempat aku menyimpan berbagai keluh. 

Wawan, putra keduaku juga _chatting_ di WA. Mengingatkan uang semesternya belum dibayar. Dia, sebelum berangkat ke Pare-Pare sempat diminta mencucikan mobil tantenya. Lalu diberi uang sewa mobil dan belaja Rp 125 ribu. Uang itu dibagi ke adiknya Jamal Rp 15 ribu. 

Kemarin Wawan berangkat berboncengan dengan temannya. Anakku pamit dan cium tanganku 

"Saya berangkat ma. Ada kuliah _offline_ Wawan akan ikuti. Aku hanya menatapnya. Ransel sudah ada di pundaknya. 

Aku ingat hari ini adalah hari terakhir pembayaran uang semester sebanyak 5 juta rupiah. Ya Allah gemetar rasanya tubuhku lemas seluruh persendianku. Chatt Wawan tidak saya balas. [Haruskah anakku berhenti di tengah jalan. Untuk apa semua usahaku?] Pikirku. Ya Allah berikan aku sayap untuk melintasi segala rintangan ini. Berikan aku kaki yang kokoh untuk berlari mengejar ya Allah].

Hatiku bertasbih. Aku ingat suara manja si kecil,

"Maa ... jual saja Androidku ini satu juta, ma."

"Kamu pakai apa ...?" balasku. 

"Jamal belajar setengah, dibagi kelompok A dan B." jawabnya

"Adakah yang mau beli?" aku penasaran. Tidak seharusnya kubiarkan dia menjual handphone-nya.Tapi saya sangat butuh.

"Maa ... saya sudah di atas kendaraan. Tidak ada signal tadi." kata Dirman

"Tadi mama bel ... kirain tertidur setelah salat Subuh dan ketinggalan mobil. Hati-hati nak. Mama masih berusaha ..." balasku

"Iya maa ... saya malu kalau tidak ada ...'

"Ikutlah dulu sama dosen. Tidak mungkin tidak makan." Aduh ... saya mengajarkan anakku sesuatu yang diluar dari pribadiku. Semoga Dirman bisa membawa diri dan tetap santun. 

Terdengar dari toa masjid, pengumuman berpulangnya seorang warga penjual ikan yang sering kutemui di pasar. 

Aku terus mengintai diksi ... beginilah caraku menuangkan rasa dalam kata.

*CAHAYA MATAKU*

Oleh: Sitti Dahlia Azis

Cahaya redup pandangi pesona

Perih melanda rasa

Kau permata

Menderita

Adakah

Sebuah resah

Suaramu mulai pasrah

Menanti dana untuk kuliah

Anakku diam dan bersabarlah

Jangan coba bertingkah

Hadapi risalah

Berdoalah

Anakku 

Doakan ibu

Usaha selalu untukmu

Walau letih penat tubuhku

*****

Sayap kecilmu mulai lelah dipenghujung perjuangan. Kau bukan siapa-siapa. Kau orang biasa, pemuda kampung ... namun jangan berhenti di tengah jalan. 

Jemari kecilmu yang dulu lincah, kaki lunglaimu yang dulu menapaki jalan ke kampus ... kini menepi menanti reda hujan. 

Lanjutkan langkahmu, anakku. Ibu ada di belakangmu. Jangan berhenti sebatas impian. Masih ada nafas tersisa untuk kesuksesanmu. 

Tempuh jalan halalmu ... mohon keridaan-Nya pada sujud di 2/3 malam. Tetap tegar putraku. Kau adalah kekuatanku setelah kepergian ayahmu (kirim amalan Al Fatihah untuk almarhum). 

Pinrang, 28 Pebruari 2022

Ya Allah beri kesehatan dan keselamatan pada kami. Sempatkan aku membimbing anak-anakku, menyaksikan kesuksesan dan pengabdiannya pada agama, bangsa dan negara ini. 

Kuusap lagi air mataku. Kutarik nafas dalam-dalam. Siap menghadapi kerja dan tugas berikutnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

28 Feb
Balas

Alhamdulillah.Terima kasih pak Dede Saroni, M.Pd

28 Feb

Cerita yang menarik

28 Feb
Balas

Alhamdulillah.Saya tuliskan dalam waktu 25 menit

28 Feb

Kisah yang menarik dan inspiratif. Semangat buat Bunda. Teringat almarhumah ibu yang berjuang membesarkan lima anak sendiri. Salam sehat dan sukses selalu Bunda Sitti Dahliah.

28 Feb
Balas

Terima kasih Bunda Nani..Salam sehat dan sukses selalu juga untuk ibu

01 Mar



search

New Post