#Tulisanku-64

Angin Duduk

Kami mengenalnya sebagai pribadi yang santun dan baik hati. Rumah kami berdekatan hanya kelang dua rumah. Kami tinggal di perumahan milik pemerintah maka rumah kami tidak ada yang berpagar. Kalau ada pagar, pasti dari tanaman sehingga kami mudah untuk saling memandang, dan menyapa ketika ada di teras rumah. Terkadang kami bertegur sapa hanya ketika masing-masing akan keluar atau masuk rumah. Tapi dengan cara ini kami tahu kalau tetangga kami ada, dan dalam kondisi baik-baik saja.

Pak Arif, kami memanggilnya. Beliau guru bahasa Inggris di SMP Negeri. Perawakannya sedang tidak terlihat tumpukan lemak. Beliau adalah ayah yang sabar karena kami tidak pernah mendengar suara keras beliau ketika mengasuh ketiga anaknya. Usia beliau masih dibawah empat puluhan, dan anak tertuanya baru duduk di kelas dua sekolah dasar.

Hari itu pak Arif pergi ke sekolah, tetapi tidak berapa lama beliau pulang. Saat pulang, rumah dalam keadaan kosong karena istrinya sudah berangkat mengajar, anak pertamanya ke sekolah, dan anaknya yang belum sekolah sudah dihantarkan ke rumah pengasuhnya.

Menurut cerita bik Sumi, “Saat itu dia sedang menyapu halaman, tiba-tiba di dekati oleh beliau. Dengan suara pelan dan wajah pucat beliau minta tolong panggilkan mak Leha, karena merasa masuk angin sejak semalam.” Mak Leha kami kenal sebagai tukang urut dan tukang kerok badan, rumahnya tidak jauh sekitar dua ratus meter dari perumahan kami. Tetapi ketika mak Leha datang, dan memanggil beliau beberapa kali tidak ada jawaban. Mak Leha tidak berani masuk rumah walau pintu ruang tamu tidak terkunci, akhirnya mak Leha pulang karena mengira beliau sedang tidur.

Lewat tengah hari penghuni perumahan guru mulai berdatangan dari tugasnya masing-masing. Orang tua selesai mengajar, dan anak-anak selesai belajar. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh teriakan minta tolong dan tangisan anak kecil. Suara itu berasal dari rumah pak Arif. Beberapa tetangga yang mendengar dengan segera menuju kesana. Cerita yang kami dapat bahwa istri, dan ketiga anaknya menemukan beliau di atas tempat tidur dengan posisi tubuh sujud tetapi kedua tangannya memegang dada dan sudah tidak bernyawa. Innalillahi wainnaillaihi rojiun

Diantara tangis pilu, istrinya menceritakan “Sejak sore beliau mengeluh tidak nyaman badan, kepala pusing, mual tidak selera makan, dan gelisah. Saya mengira beliau hanya masuk angin biasanya setelah berkerok badan dan tidur akan sembuh, tetapi rupanya beliau terkena angin duduk. Saya juga tidak tahu kalau beliau ke sekolah hanya untuk menghantarkan tugas, dan meminta izin tidak mengajar.”

Kami berdoa semoga Allah mengampuni dosa dan hilaf beliau, serta memberi kemudahan dan kesabaran untuk istri beliau dengan tiga anak yang masih kecil. (smr2020)

#Masuk angin sebenarnya merupakan kumpulan gejala yang terjadi akibat gabungan kelelahan fisik, terlambat makan, makan makanan yang menghasilkan gas, cuaca dingin dan stress. Gabungan hal tersebut akan memicu terbentuknya gas secara berlebihan di dalam lambung dan usus. Gas inilah yang menimbulkan rasa begah, mulas, mual, pusing, pegal-pegal, dan lelah.

# Angin duduk (Angina Pectoris) adalah suatu gangguan pada jantung akibat dari otot jantung kurang mendapatkan pasokan oksigen dari aliran darah. Aliran darah tidak lancar karena adanya penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah arteri koronaria. Gejala angin duduk pada awalnya mirip dengan gejala masuk angin tetapi jika berlanjut akan disertai sakit pada bagian dada seperti tertekan, susah bernapas, dan keringat berlebihan. Untuk pertolongan pertama serangan angin duduk yang pertama tidak panik, tarik napas dalam melalui hidung dan hembuskan melalui mulut sambil batuk, jaga kesadaran, dan posisi tubuh duduk jangan berbaring. Segera mencari pertolongan medis. (www.halodoc)