Dra. Sunartini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

DI PUNCAK KEHAMPAAN

DI PUNCAK KEHAMPAAN

Dra. Sunartini

Kusibak mentari di ufuk timur katulistiwa. Jingga itulah warna delima bagi diriku . Aku takut mama. Itulah kata-kata yang sering terucap bagi diri ini.Bukannya diri trauma akan seseuatu yang mengingatkan hati yang beku pernah aku melihat segumpal es ,tapi itulah nurani yang berbicara.Air mata yang maya selalu berlinang dipipi yang penuh dosa dan sekaligus penuh noda yang imut.Prang terdengar mama membanting piring tanpa alasan.Semua membisu tanpa kata.Dan wajah tak berdosa nampak dengan gagah berkata .

Dunia memang bundar dan selalu berkata tidak selamanya mendung turun hujan, bahkan tidak ada mendung saja bisa turun hujan.Itulah kenyataan hidup yang ada dan tidak bisa dipungkiri.Tidak bisa kita manusia melawan takdir bukan. Aku hanya teringat wajah muram yang menggelantung di pelupuk mata.

Butiran air mata surgawi yang selalu aku dambakan kini sudah sirna,angina malam selalu menyelimuti diri ini dengan setia.Saya selalu ingat kata-kata mama yang bisa menenangkan hati. Dan itulah modal dasar diri untuk melangkah.Teringat anti-wanti guru sma ku.Keberhasilan itu perlu diperjuangkan ,tetapi ingat jangan memaksa diri yang tidat bisa memahami dunia.Karena semakin dikejar semakin terbakar jiwa ini dan keputusasaan yang selalu meradang di ambang kehancuran.

Jiwa ini menangis meratap bagaikan rumah kosong, dimana aku harus bersandar dan dimana saya memohon kiranya rumah-rumah Tuhan sudah tertutup rapat bagi diri yang hina ini.Tapi rodaku selalu berputar dan licin jalan ini tak menjadi kendala bagiku.Aku sudah kenyang dengan cacian dan hinaan bahkan tamparan-tamparan dari sisi yang tidak tau budaya hati.

Coba jelaskan apa yang menjadi delema dirimu .Jangan kau bimbang karena kejujuran pintu sorga bagimu.Dan yang jelas bagi dirimu serta diiri ini adalah bagaimana menyatukan jiwa ini.Karena kerikil-kerikil tajam selalu menyapa dengan senyum kesadisannya .

Aku kadang marah dan putus asa menghadapi ini karena kepalsuan yang selalu ada di hatimu.Lihatlahmentari pagi yang selalu ditutup mendung dan gelap.Itulah kenyataan hati yang selama ini aku rasakan ,tidak kenal siang atau malam.

Penulis adalah peserta penulisan menulis Sagu Sabu kotim

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

ehm.. semoga hanya di awang. Namun hati tetap isi. Salam..

24 Aug
Balas



search

New Post