Dra. SUPARTIK, M.Pd.

Alumni Magister Pendidikan Dasar Unimed 2012 Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi / TK Negeri Pembina Kec. Padang Hilir Kota Tebing Tinggi...

Selengkapnya
Navigasi Web

Cerita kehidupanku Eps.16

#tantangangurusianaharike-16 Cerita Kehidupanku Eps.16

Ahad pagi aku berbelanja keperluan dapur di pasar pagi. Seperti biasa aku ditemani putri bungsuku. Ku hampiri terlebih dahulu penjual bawang dan cabai. Agar tidak membebani, belanjaan yang sudah ditimbang kutitipkan terlebih dahulu, dan dibayar saat akan diambil. Pagi itu pasar sangat ramai. Aku masuk ke pasar ikan, ku pilih beberapa jenis ikan. Pada saat akan membayar, aku terkejut. Wajahku pucat pasi, putriku khawatir dengan keadaan ku. Dipeluknya tubuhku penuh dengan kasih sayang, sembari berkata, " mamak kena apa koq diam saja?" Ujarnya. Aku pandangi wajah putriku, sembari berbisik, "dompet mamak tertinggal,' jawabku lirih. Putriku ikut terdiam. Aku takut membayangkan kalau si penjual ikan, akan marah karena merasa dipermainkan, belum lagi si penjual cabai yang galak. Hampir pingsan aku memikirkannya. Datang seorang ibu yang berparas ayu menyapaku dengan tersenyum, ku balas senyumannya sembari menganggukkan kepala. Aku tetap berdiri tidak beranjak, dari tempatku semula. Karena hanya diam tidak menunjukkan tanda-tanda berbelanja, si ibu yang ayu menegurku," ibu sudah selesai belanja nya?" tanyanya dengan ramah. Belum sempat aku menjawab tiba-tiba, " sudah, ini ikan ibu itu,' jawab bang Amir si penjual ikan. "ini ikannya bu," bang Amir menyerahkan plastik berisi ikan. Aku tidak berani mengambil kantong plastik itu. Badanku semakin gemetar. Aku benar-benar takut dipermalukan di tempat yang seramai itu. "Kenapa bu?" tanya bang Amir " Maaf bang,' aku diam kembali. "Kenapa bu?" " ibu lupa bawa uang?" Aku hanya mengangguk. Bang Amir tersenyum, " Bawa saja ikan ini, besok-besok kalau ibu belanja baru dibayar,". Ya Allah, rasanya aku ingin menangis. "Abang percaya dengan saya?" tanyaku. Bang Amir hanya menjawab dengan senyuman. "Bu, bang Amir ini penjual ikan yang paling baik di dunia," Tiba-tiba, ibu yang berparas ayu itu memuji bang Amir. Yang dipuji hanya tersenyum malu. Menurut ceritanya , dulu saat ayahnya masuk sel, karena dianggap bersalah, menghilangkan nyawa orang. Sebenarnya korban lah yang menabrak pick up yang dikendarai ayahnya. Tapi secara peraturan ayahnya yang bersalah. Waktu itu, ibunya bingung anaknya masih kecil-kecil. Untuk menyambung kelangsungan hidup keluarganya, sii ibu memberikan diri mengambil ikan dulu di tempat bang Amir, untuk dijual sesudah dimasak. Beras juga demikian, pinjam dan keperluan yang lainnya. Kurang lebih seminggu ibunya, masih hutang dengan bang Amir. Kalau bukan karena bang Amir yang membantu, entah apa lah yang terjadi, cerita ibu tersebut. Aku mendengar kan ceritanya dengan seksama. Aku mengucapkan terimakasih, kubawa ikan itu. Dengan harap-harap cemas, aku menyiapkan mental terlebih dahulu, sebab saat nya sekarang tinggal menghadapi si penjual bawang. Aku mendekati dagangannya, kuperhatikan orang yang membeli seperti yang ku ambil tadi. Saat si penjual akan menimbang bahan yang akan dibeli, ku minta untuk membayar saja belanjaku. Aku minta maaf kalau tidak jadi belanja karena uangku tertinggal. Tidak kuduga, ternyata si penjual bawang juga mengizinkan belanjaanku untuk kubawa pulang. Orang-orang di pasar itu sudah terbiada tolong menolong pada se sesasama. Aku berpikir, konon anggapan dan pandangan umum orang di pasaran adalah kasar, tidak benar, walau tidak menutup kemungkinan banyak juga yang kasar. Aku dan putriku pulang, sepanjang jalan kami hanya diam. Aku berpikir, penampilan seseorang tidak selamanya sesuai dengan sikapnya. Keesokan hariya, saat pulang kerja, kucari rumah makan yang diceritakan ibu yang ketemu denganku di pasar ikan. Sebuah rumah makan yang sederhana, bersih dan rapi. Pengunjungnya juga ramai. Aku masuk, memesan makan pada gadis manis. Si empunya rumah makan tidak melihatku. Tujuanku datang berkunjung, ke rumah makan itu, penasaran dengan ceritanya. Ternyata benar, menurut informasi dari pelanggannya, kalau dulu mereka hanya berjualan dengan tenda. Ku bayar ke kasir, " eh ibu yang ketemu di tempat bang Amir kan?" tanya sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk. Setelah basa basi menanya kerjaku aku pun izin pulang. Sebelum aku meninggalkan rumah makan yang sederhana namun enak dipandanhg mata, beliau berkelakar, kalau rumah makannya nanti menjadi restoran akan diberi nama, " AMIR RULLAH" Yang artinya orang yang bijak sana. Aku menghayal, seandainya benar terjadi yang dicinta, betapa bang Amir orang yang beruntung, karena memiliki umur yang panjang. Hakikat umur panjang menurutku bukan dari bilangan berapa tahun, tapi sepanjang masa tetap dikenang orang, hingga telah tiada. Setiap orang akan menulis sejarahnya masing-masing. Bila tidak memilki ketrampilan untuk ditinggalkan, berbuat selalu dengan yang baik. Orang baik akan dikenang sepanjang masa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post