Cerita kehidupanku Eps.21
#tantanganharike-21 Cerita Kehidupanku Eps.21
Banyak anak banyak rejeki, itu petuah orang tua jaman dahulu. Bila petuah tersebut di peruntukan bagi generasi sekarang, sepertinya sebagian banyak yang senyum-senyum. Benarkah petuah itu ? Pada masa itu, barangkali lahan yang digunakan untuk bertani masih tersedia dengan luas. Dengan banyak anak, pada saat mengerjakan lahan pertanian, hasil yang diperoleh lebih luas dan cepat selesai. Apakah saat ini, memiliki anak banyak, masih menjadi kebanggaan,? terpulang pada pemikiran masing-masing. Untuk aku pribadi, memiliki banyak anak itu menyenangkan. Apalagi bertempat tinggal di banyak provinsi. Aku mengizinkan salah satu puttiku bertempat tinggal jauh di provinsi lain, yang bernama " Jambi", mengikuti suami. Liburan semester satu dan menyambut tahun baru 2020, kami sekeluarga berkunjung ke kota Jambi. Kurang lebih tiga puluh dua jam, kami tempuh jalan darat. Sepanjang jalan, sejauh mata memandang jalanan begitu ramai. Peringan tentang longsor dan banjir tentu tidak kami abaikan. Selama di perjalanan, bila kantuk tidak bisa dikompromikan lagi, kami mencari SPBU. Bagaikan ada perhelattan Akbar, Di setiap SPBU ramai, masing-masing keluarga membentangkan karpet untuk sekedar meluruskan pinggang. Meski dini hari, sungguh ramah para musafir yang kami jumpai. Saling menyapa asal dari mana dan tujuan kemana. Aku sudah tidak sabar ingin sampai di tempat tujuan. Selain menahan rasa rindu yang tak terhingga, aku ingin cepat-cepat melihat kota yang dijuluki "Angsa Duo." Jembatan Gentala Arassi dan julukan mesjid seribu tiang, bagaikan magnet yang menarikku agar segera sampai di Jambi. Menjelang sholat Isya kami sampai di tujuan. Keesokan harinya, seharian kami istirahat menghilangkan penat. Setelah berputar-putar mengitari kota Jambi, menjalang sholat ashar, kami berhenti di sebuah masjid. Masjid tersebut dijuluki dengan seribu tiang. Rasa penasaranku kian membara. Bergegas kami menuju mesjid. Halaman yang tertata rapi, dilengkapi dengan pohon yang rindang. Di setiap pohon terdapat tempat duduk yang terbuat dari semen. Sore itu banyak sekali yang berkunjung. Tidak dilewatkan untuk berfoto ria. Sebelum masuk, kami ketempat berwudhu. Kamar mandi dan tempat bersuci bersih dan rapi. Aku terpana melihat masjid yang memiliki banyak tiang. Kalau di Bengkulu ada surau tidak beratap, di Jambi ada masjid tidak berdinding, namun karena masjidnya banyak sekali berdiri tiang yang berjejer kokoh, mesjid ini dijuluki dengan "mesjid seribu tiang." Nama sebenarnya adalah "Masjid Agung Al Fallah Kota Jambi." Aku mengambil barisan untuk sholat menyesuaikan dengan yang sudah ada. Lantai masjid yang bersih dan mengkilap, terasa sejuk. Angin yang berhembus sepoi-sepoi, menambah khusus untuk ber munajad kepadaNya. Di dalam masjid banyak orang yang mengambil foto, tentunya dengan etiket dan sopan santun.Mimbar yang berukir dan berdiri kokoh laksana singgah sana raja, tidak luput dari bidikan kamera pengunjung. Sehabis sholat ashar di pojok mesjid berkumpul beberapa anak, mengaji Alquran. Mesjid yang begitu luas, dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagi ilmu agama. Tampak sekumpulan ibu-ibu, juga mendengarkan tausiyah. Penasaran ku akan julukan seribu tiang, masih menggelitik. Rasanya aku ingin menghitung tiang-tiang yang berdiri tegak dan indah itu. Aku hanya mengelilingi seluruh ruangan dalam mesjid. Tidak jauh dari masjid seribu tiang, terdapat jembatan yang bernama " Gentala Arrassi." Jembatan tersebut menghubungkan antara Kota "Jambi dengan Jambi Kota Sebrang." Jambi Kota Sebrang, didominasi suku Melayu. Lampu berkelap kelip disepanjang jembatan, menambah menawan kota Jambi Sepanjang jembatan bersih tidak terdapat sampah, juga tidak ada peminta minta. Kepo tentang kota Jambi, tak terhenti, hingga di Jembatan tersebut. Keesokan harinya kami terus menjelajahi kota Jambi. Kali ini kami berkunjung ke "Jambi Paradise,' tempat rekreasi keluarga yang murah dan nyaman. Sebuah lahan yang dikelola dengan penataan yang rapi, menjadikan pengunjungnya betah berlama-lama di tempat tersebut. Petualangan kami kali ini ke "Candi Muaro Jambi." Sebuah lokasi peninggalan sejarah, di Kota Jambi. Petualangan kali ini, harus menyewa sepeda, sebab lokasi yang akan dikunjungi cukup luas. Aku bersama suami dan adik, menyewa becak dan dikendarai sendirian. Benar- benar seru petualangan kami mengunjungi candi itu. Menurut salah satu warga yang berkunjung, candi sempat di pugar masa presiden Susilo Bambang Yudoyono. Kini aku merasakan arti memiliki anak yang tinggal jauh dari orang tuanya. Andai saja anaku ada yang di Kalimantan, Papua atau tempat yang lainya, kemungkinan aku akan mengunjunginya. Tebing-tebing, 4 Februari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar