Dra. SUPARTIK, M.Pd.

Alumni Magister Pendidikan Dasar Unimed 2012 Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi / TK Negeri Pembina Kec. Padang Hilir Kota Tebing Tinggi...

Selengkapnya
Navigasi Web

IKHLAS TANPA SYARAT

IKLAS TANPA SYARAT.

Menjelang senja, hari Ahad beberapa tahun yang lalu, rumahku dikunjungi oleh dua orang tuna netra. Mereka menawarkan keset kaki yang terbuat dari kain perca. Harga satuanya sepuluh ribu rupiah. Aku sebenarnya tidak membutuhkan, namun untuk menolaknya rasanya terlalu kejam, apalagi mereka menggendong bayi. Disamping aku tidak membutuhkan, saat itu uangku tinggal duapluh ribu, Dan masa itu ATM belum membudaya bagi kalangan orang berstatus uangnya paa-pasan. Sembari berbasa-basi kutawar keset kaki lima ribu untuk sebuah. Tanpa kuduga,

" ibu, dua lima belas ribu ya?".

Aku terdiam tidak bereaksi, namun di dalam hati berkata,

" Aduh berarti uangku tinggal limaribu".

" Bagaimana ibu?, suara yang perlahan itu, mengangetkanku.

Sembari pasrah aku tidak menolaknya."Toh besok senin gajian" pikirku.

Kusodorkan uang pecahan dua puluh ribu rupiah. Dikembalikanya dengan dua pecahan duaribu dan satu lembar pecahan seribu, yang sudah lusuh.

" Puji Tuhan semoga ibu diberkati" ujarnya sembari meninggalkaku yang mematung sembari memegang keset kaki dan uang limaribu rupiah.

Kuhantarkan penjual keset kaki itu hingga hilang dari pandanganku. Aku tidak tega melihat kedua ibu setengah baya itu mencari nafkah dengan berdgang keset kaki.Mereka berbagi tugas. Yang tidak bisa melihat berperan sebagai juru bicara, sementara yang yang tidak bisa berbicara sebagai petunjuk jalan.

Menjelang magrib, kami kedatangan tamu dari kota Pematang Siantar dan akan pulang ke Medan. Mereka mampir numpang sholat magrib. Secangkir kopi Aceh ditemani roti kacang khaa TebingbTinggi, menjadi teman berbincang yang mengasikan.

Ba'da Isya, mereka pulang.

Sebagai bentuk sopan santun anak-anak kuminta untuk ikut menghantarkan hingga pagar.

Tiba-tiba tamu tersebut, menyalamkan pada keempat anaku dengan pecahan limapuluh ribu rupiah.

Aku tertegun, merasa heran, sebab belum pernah sekalipun tamu ( masih kerabat), memberikan uang pada siapapun dengan cara cuma-cuma.

Aku menitikkan air mata saat keempat anaku menyerahkan uang tersebut. Anak-anak ku heran mengapa emaknya menangis diberi uang.

Aku menangis, sungguh Allah maha pengasih dan penyayang begitu cepat membalas perbuatan baik hambanya.

Aku iklas membeli keset kaki, walau sebenarnya aku tidak butuh. Keputusanku membeli keset itu semata-mata hanya ingin menolong tanpa harus melukai harga dirinya, wlau sesungguhnya aku benar-benar sedang mempertaruhkan nasib kami malam itu. Bagaiman jika terjadi sesuatu dimalam hari dengan hanya memegang uang limaribu rupiah.

Namun aku yakin dengan pertolongan Allah.

" Barang siapa datang dengan ( membawa) kebaikan, maka dia akan mendpat ( pahala) yang lebih baik dari pada kebaikanya itu" ( QS.Al Qashas ayat 84).

Sementara perintah berbuat baik diperintahkan Allah pada surah

Az. Zariyat ayat 19

" Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta '.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ulasan yang kereeennn.. Salam kenal, Bun.

09 Jun
Balas

Muantrap Bu tulisan nya.. nampak da ahli ini... Bagi ilmu nya ya Bu...

09 Jun
Balas



search

New Post