Kangkung

#MediaGuruIndonesia

#Gurusiana

#Menulis hari ke 6

Suara sayup-sayup dari kejauhan sudah terdengar, sayuuuur, sayuuuur, sayuuur. Begitulah teriakan mamang-mamang separuh baya yang menggunakan sepeda motor dengan penuh tentengan plastik berisi sayuran, daging, buah-buahan, bumbu-bumbuan yang bergelantungan di sepeda motornya. Sekitar jam 06.00 mang eman sudah sampai depan rumah, menawarkan jualannya. Agak siang sedikit sekitar jam 08.00 disusul kemudian mang Juned dengan mobil pick upnya, penuh dengan sayuran , lauk pauk, buah-buahan, yang pasti lengkap. Selanjutnya terakhir sekitar jam 11.30 teh Malika bersama suaminya dengan mendorong gerobak sayurnya. semua itu adalah tukang sayur yang lewat depan rumah. Kenapa sampai hafal jadwal lewatnya penjual sayur yang lewat, karena memang semenjak PJJ /BDR, pembelajaran yang dilaksanakan dari rumah. Jadi hampir setiap hari mendengar alunan suara penjual sayur menawarkan dagangannya.

Mang sayuuur, beliii , tetangga sebelah memanggil, mamang penjual sayur yang barusan lewat depan rumah sepontan menengok dan menghentikan motornya, mau sayur apa bu…... Itulah rutinitas peristiwa yang terjadi setiap pagi hari. Disitulah tempat berkumpul ibu-ibu berbelanja sayuran.

Ada bermacam-macam sayuran yang dijual. Namun ada satu jenis sayuran yang membuat ku menerawang ke masa lalu. Kangkung, salah satu sayuran yang populer, sangat cocok diolah dengan berbagai jenis masakan, banyak orang yang suka, itulah sayuran yang mengingatkan ke masa kecilku, sewaktu masih SD. walaupun sudah lama sekali ku masih Ingat kakek setelah pensiun mencoba untuk bertani. Kebetulan kekek punya lahan sawah di belakang rumah. Selain menanam padi, kakek juga menanam sayur-sayuran. Salah satu sayuran yang ditanam adalah kangkung.

Kakek menanam kangkung karena memang ada sebagian sawahnya yang selalu tergenang air. Disitulah kakek memanfaatkan lahan tersebut dengan menanam kangkung. Sejak ditanam sampai siap untuk panen, tanaman kangkung hanya membutuhkan waktu antara 25 – 30 hari. Setelah siap panen itulah saat yang kutunggu-tunggu, nenek sore hari mulai memanen kangkung dengan cara memotong ujung pangkal batang kangkung dengan menggunakan ani-ani. kemudian di bawa pulang . Sesampainya di rumah langsung memanggilku , Tik, tutik rene rewangi ngiket kangkung, mengko dikasih uang nggo jajan ( Tik, tutik sini bantuin mengikat kangkung, nanti dikasih uang buat jajan). Betapa bahagaianya diriku, kuambil kangkung dari dalam karung yang barusan dipetik dari sawah jadi masih dalam keadaan basah. Langsung aku ambil satu demi satu, setelah dapat satu genggaman terus diikat, demikian seterusnya sampai habis kangkung dalam karung. Dan akhirnya selesai sudah mengikat sayur kangkungnya dan dibersihkan dengan air supaya kondisi kangkung nya bersih dan dalam keadaan basah supaya tidak layu. Setelah tidak ada lagi tetesan air kangkung yang sudah diikat dimasukkan ke dalam karung kemudian dibawa ke teras depan agar pengepul sayuran lebih mudah untuk mengambilnya.

Pagi hari sesudah shubuh selalu ada pengepul sayur yang mengambil kangkung dibawa ke pasar untuk di jual. Siangnya pedagang itu kembali lagi ke rumah nenek untuk memberikan uang sebagai pengganti dari kangkung yang terlah terjual. Saat itulah yang kutunggu-tunggu, karena sudah laku , saya diberi uang untuk jajan. Alhamdulillah ternyata tidak disadari waktu itu dari kecil sudah terbiasa untuk bekerja.

Itulah sekelumit pengalaman yang selalu teringat sampe dengan saat ini.

Rangkasbitung, 25 Oktober 2020, 19.07