SEPATU DALAM SOBEKAN KERTAS
SEPATU DALAM SOBEKAN KERTAS
Oleh: Wiwit Widyawati
Tagur hari ke-253
Pagi itu Nina merengek-rengek minta sepatu. Ia sodorkan sobekan kertas bergambar sepatu yang didapat di tong sampah kepada ibunya. Raut kepedihan mewarnai wajahnya. Uang dari mana tuk penuhi keinginan putri tunggalnya itu, sementara uang makan hari ini saja tak ada. Bu Tumi hanya bisa menarik napas, mengisi rongga dadanya yang terasa sesak.
Nina menarik tangan ibunya,mengajak ke toko sepatu. Bapaknya baru tiba mengais sampah di bantaran sungai sebelah rumahnya. Rumah triplek di pemukiman kumuh itu. Ia memberi uang lima belas ribu tuk makan hari ini. Netra Nina berbinar melihat uang dalam genggaman ibunya. Bayangan sepatu plastik transparan bergambar Cinderella akan segera ia miliki.
Bapaknya tertegun tak pahami mengapa Nina menarik tangan ibunya. Bu Tumi mengurai apa yang Nina inginkan dan menyodorkan sobekan kertas itu. Pak Tama mengernyitkan dahi. Lalu ia mengambil tas plastik di bawah kursi reotnya. Tas yang berisi benda-benda sampah dari sungai. "Sepatu inikah yang kau inginkan,putriku?,"ucap Pak Tama sambil beranjak mencucinya. Nina berjingkrak bahagia sementara ibunya mengelus dada dan terharu.
Tasikmalaya, 14032021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cermin kehidupan masyarakat kita. Duh, kasihan betul. Meski sedih, pentigrafnya keren banget, Bu.
Terima kasih
Pentigraf yang sungguh kereeeen banget. Barokallah ukhti
Terima kasih Bun