SEPUCUK SURAT UNTUKNYA
SEPUCUK SURAT UNTUKNYA
SEPUCUK SURAT UNTUKNYA
Oleh: Wiwit Widyawati
# Tagur hari ke-246
Sepintas tak akan ada orang yang menduga kehidupan rumah tangga Intan di ujung kehancuran. Mahligai perkawinan baru satu tahun berjalan. Namun, persoalan pelik sedang melanda. Mereka dapat menutupinya saat di luar rumah,bahkan dihadapan kedua orang tua mereka. Betapa pandainya mereka bersandiwara. Entah sampai kapan bisa bertahan.
Rumah bercat putih di ujung jalan itu terlihat sepi. Tak nampak satu pun penghuninya, mungkin sedang beraktivitas di dalam. Terlihat dua sangkar burung lovebird tergantung di depan rumah berdekatan dengan tanaman hias. Kicaunya bersahutan, riang. Bulu nan indah dengan warna hijau, kuning,dan oranye begitu memesona. Paduan warna nan elok dari Sang Pencipta.
Intan berjalan menuju taman depan rumahnya. Ia menarik selang air menyiram tanaman sambil pandangi burung dan menikmati kicaunya. Wajah Intan tak begitu ceria.
“Hai burungku yang cantik, bahagia sekali Kamu pagi ini, meski di dalam sangkar. Tidak sepertiku,” gumamnya.
Tak nampak suami tercinta. Kesibukan pekerjaan kantor membut jarang berada di rumah. Ditambah dengan kegiatan organisasi keagamaan menambah sibuk dalam kesehariannya. Namun, kesabaran Intan selalu terjaga.
Bila suaminya berkata kasar. Ia hanya diam tak melawan. Intan berusaha memahami karakter suami yang semakin hari semakin berubah.
Tanaman hiasnya telah basah dan terlihat segar. Bunga mawar merah merekah menatap cakrawala. Harum wanginya singgahi hidung mancung Intan. Matanya berbinar melihat dua kupu-kupu hinggap pada kelopak mawar. Berdua seiring sejalan.
Intan mengusap perutnya yang semakin membesar, usia kehamilannya menginjak tujuh bulan. Tendangan kecil membuatnya agak terkejut. Pikirannya sedang asyik membayangkan kehidupannya seperti kedua kupu-kupu tadi. Bebas terbang seiring sejalan. Suatu khayalan dalam damba bila tewujud nyata.
“Sayang sedang main bola ya, jangan kencang-kencang nendangnya agar perut Mama ga sakit” ucapnya perlahan sambil mengelus perutnya,
Tetiba terdengar suara deru mobil berhenti.
“ Hai Intan apa kabar,” seru Nadia sambil berjan cepat.
Ia memeluk Intan dengan penuh kasih. Persahabatan yang tak lekang oleh waktu. Intan merasa senang dengan kehadirannya, ada teman tuk berbincang karena telah tiga hari suaminya dinas luar kota .
“Nadia Aku berharap Kamu sering berkunjung ke sini, apalagi perutku semakin membesar. Kamu tahu kan jika suamiku jarang di rumah?,”
“Siap, Aku akan sering ke sini asal tak ada siamimu tentunya. Aku ga nyaman bila ada dia. Maaf In aku ngomong begini.”
Intan mengangguk, ia paham karakter Nadia. Nadia telah tahu kondisi rumah tangga sahabatnya itu. Ia merasa prihatin mengetahui kondisi rumah tangga Intan kini. Nadia masih ingat betul awal jalinan cinta Intan dengan Bang Wisnu. Hanya satu bulan berkenalan langsung dilamar. Intan menerima lamarannya karena melihat kesalehannya. Ternyata kini jauh berbeda dengan dugaannya saat itu.
“Intan, bagaimana dengan Bunda dan Ayahmu di sana, apakah sudah tahu masalah rumah tanggamu?. Aku rasa Kamu harus berterus terang kelakuan Bang Wisnu yang sebanarnya. Jangan Kau tutupi terus!.”
“Aku belum siap Nad, ga tega rasanya bila Bunda dan ayah ikut sedih dengar permasalahan Kami,” ucap Intan sambil mengambil tisu di meja.
Matanya mengembun, perlahan menetes tak tertahan. Intan mengambilnya lembar demi lembar lalu membuangnya saat telah basah. Nadia ikut larut dalam curhatannya hari itu. Nadia menyodorkan amplop tuk control ke dokter kandungaan.
“Terimalah, jangan sungkan. Aku tahu danamu tak cukup untuk hal itu. Maafkan Aku, tidak bermaksud merendahkanmu,” ucap Nadia sendu.
Nadia meinggalkan Intan dalam kepedihan, karena gawainya telah beri kabar bahwa buah hatinya harus segera dijemput.
Bersambung
Tasikmalaya, 07032021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen yang keren
Terima kasih
Ceritanya mengalir alami, lanjutkan Ibu, Barokallah
Terima kasih Pak Haji
Lanjut Bunda.
Terima kasih
Ceritanya menarik bunda. Semoga sukses dan salam literasi dari Grobogan.
Nggih Bun
Hidup kadang-kadang tak sesuai dengan harapan. Kehadiran sahabat setidaknya dapat menguatkan hati yang sedang gundah
Kisah yang mengharu. Sehat dan sukses selalu Bu Cantik
Terima kasih Bun
Lanjut bun
siap
Cerita yang menarik membuat hati tersentuh. Hanyut dalam cerita. Mantap Bu. Salam literasi selalu
Terima kasih hadirnya
Betapa kehidupsn cepat berubah ya bund? Semoga keluarga Eisnu dan Intan bisa diselamatkan... sehat n sukses sll bunda cantik
Ya Bunda cantik
Betapa kehidupsn cepat berubah ya bund? Semoga keluarga Eisnu dan Intan bisa diselamatkan...
Ya Pak,terima kasih hadirnya
Keren ceritanya bu... ditunggu kelanjutannya
Terima kasih
Mantab bun kisahnya. Kalau kondisi seperti itu, sebaiknya Intan memberitahu orang tuanya. Kemudian ortunya memberikan solusi. Atau harus ada orang ke tiga yang mendaikan. Salam literasi!
Terima kasih apresiasinya
Cerpenya mantul bunda. Sukses slalu
Terima kasih
Salam literasi salam kenal
Terima kasih