SAYA BISA KARENA TAK BISA
SAYA BISA KARENA TIDAK BISA
Saya bisa mengikuti TOT Literasi Produktif bersama IGI DKI meskipun tidak dengan Abi Din, tetapi dengan Abi Sen . Itupun karena memang saya tidak bisa mengetahui apa yang di berikan oleh para trainer tentang Literasi berbasis IT jika tidak mengikutinya.
Saya juga bisa datang kembali ke Jakarta untuk mengikuti workshop menulis buku yang diadakan IGI DKI 2122 Januari, karena memang saya tidak bisa menulis buku. Saya bisa menunggu kesempatan ini di daerahku, tetapi aku tidak bisa berharap banyak, karena sudah budaya kalau ada pelatihan pasti terjadi 4 L (Loe Lagi...Loe Lagi) saya mah apalah.
Kalimat itulah yang selalu menari-nari di kepala ini, “saya bisa karena tidak bisa”.
Kalimat sakti tersebutlah yang membuat saya mau dan mampu untuk menjemput bola. Mencari ilmu dalam rangka peningkatan kompetensi diri meskipun harus merogoh kocek sendiri. Mungkin oleh sebagian orang harus berpikir dua kali untuk mau melakukannya.
Sebagian orang yang sudah terbiasa mengikuti workshop atau pelatihan dibiayai oleh pemerintah atau Abidin, atau oleh atasannya (abitas). Naah… saya justru lebih nyaman dengan Abisen, bukan berarti saya menolak jika punya kesempatan dengan Abidin.
Hasil dua kali Abisen mengikuti latihan penulisan buku dan MWC telah melahirkan sebuah buku. Bagi orang yang sudah biasa menulis mungkin buku saya itu belum ada nilainya sama sekali. Bisa saja guru binaan saya akan berkata: apa hebatnya buku ini, isinya cetek dan tidak berkelas. Namun bagi saya buku itu sudah spektakuler dan hasil karya maha dahsyad terutama jika saya lihat dari prosesnya menjadi sebuah buku.
Saya bisa karena tidak bisa.
Saya bisa saja mengajak teman-teman lain untuk ikut serta, tetapi saya tidak bisa memberikan pengertian kalau biayanya ditanggung sendiri atau Abisen.
Wowww....Ternyata sepulangnya saya dari Batu, CEO Jendral Ihsan telah memposting tulisan saya di "Gurusiana" tentang kisah perjalanan saya ke Batu yang harus bermalam dan tidur di Mushband atau mushalla bandara 12 jam (CEO lho yang kasih nama).
Subhanallah, apa yang terjadi setelah saya sampai dirumah? Esok paginya ternyata ada guru dari SMPN 5 Bukittinggi yang mengenalkan diri bernama ibu Ismayeti langsung merespon kisah saya tersebut. Beliau kemudian menginbox dan juga menghubungi saya lewat telfon.
Beliau tertarik dan pengen juga mengikuti pelatihan seperti yang saya ikuti, serta minta saya menceritakan bagaimana proses pelatihannya di MWC.
Saya ceritakankanlah semua pengalaman saya mengikuti MWC. Bagaimana awalnya saya bisa mengenal MediaGuru dari tidak bisa dan harus bisa melahirkan karya sebuah buku.
Ah...ternyata ada yang terlewatkan, kami sendiri belum saling menganal wajah, wajahku wajahdia ibu Ismayeti tersebut. Namun karena semangat dan keinginan beliau maka saya mengajak beliau untuk ikut MWC II DKI tanggal 22-24 April. Selalu diakhir pembicaraan saya meminta guru tersebut mengajak teman lain.
Akhir cerita, pada MWC 2 saya berhasil mengajak 18 orang guru SMA dan SMP dari beberapa sekolah di Sumbar. Semestinya 20 orang namun karena sesuatu hal yang teknis dua orang batal berangkat. Semoga kedelapan belas orang guru ini berhasil menghasilkan buku dan ikut gebyar literasi 1708 nanti, Insya Allah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
subhanallah. Inspiratif sekali tulisannya. Dahsyat, mengalir lancar, dan crispy. Serasa mbrebes mili membaca kisah perjuangan terbitnya buku