Dra. Yasmi, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
 #tantangan menulis H12

#tantangan menulis H12 "CANDUANG MENDUNIA" Kieh jo Kato

KIEH JO KATO

(kiasan dan bahasa)

Saat ini generasi muda Minang sudah banyak yang kurang mengerti dengan kieh jo kato. Di keluarga kita saja akhir-akhir ini, menghardik anak menjadi sebuah solusi ketika kieh jo kato tidak lagi menjadi senjata ampuh untuk menyelesaikan suatu masalah. Padahal kieh jo kato ini merupakan salah-satu metode dalam mendidik. Bertujuan membentuk karakter orang Minang berdasarkan falsafah alam takambang jadi guru.

Kieh adalah cara menyampaikan sesuatu dengan tidak berterus terang atau menggunakan perumpamaan, bisa dengan sindiran yang bersifat pujian maupun cemoohan. Navis (1984) dengan menariknya menjelaskan bahwa kieh juga dikenal dengan istilah sindiran, atau kato malereang, tau ereang jo gendeang.

Penggunaan kieh biasanya menunjukkan nilai kesopanan yang tinggi sehingga orang yang diajak berkomunikasi tidak merasa direndahkan. Sedangkan kato adalah cara menyampaikan sesuatu dengan berterus terang atau terbuka akan tetapi tetap memperhatikan pemilihan kata-kata yang digunakan tetap sopan dan satun.

Sebagai orang Minang, dalam berbahasa sudah seharusnya mengerti akan kieh jo kato, seperti ungkapan tau di kieh kato sampai. Artinya, tahu dengan makna kiasan tersebut. Sehingga maksudnya pun menjadi sampai atau, dipahami oleh orang yang dimaksud. Di dalam berinteraksi antar sesamapun, terdapat adab sopan santun dalam berbahasa agar interaksi tersebut dapat berjalan dengan baik.

Jika dalam berinteraksi, bahasa yang digunakan tidak sopan. Bisa dibayangkan akan terjadi kesalah pahaman yang bukan tidak mungkin berujung pertumpahan darah. Oleh karena itu sangat perlu diperhatikan dengan siapa kita berkomunikasi, dalam situasi apakah itu. Hal ini dilakukan agar maksud yang akan disampaikan dalam berkomunikasi dapat diterima dengan baik.

Penggunaan bahasa kieh pada orang Minang sangat tertata rapi dalam ragam bahasa adat. Hal ini terlihat dalam setiap penyelenggaraan prosesi adat baik itu kelahiran, perkawinan, penobatan gelar sampai pada prosesi kematian.

Penggunakan kieh berlaku untuk semua daerah di Minang dan dapat dilihat pada petatah petitih, pidato adat atau nasehat yang diungkapkan bukan hanya dalam setiap rangkaian prosesi, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Penggunaan simbol dalam kieh menunjukkan kesantunan yang mampu menjaga harga diri masing-masing pihak agar terhindar dari konflik. Biasanya konflik terjadi berawal dari kesalah pahaman dalam pemakaian bahasa. Oleh karena itu masyarakat Minang dalam berkomunikasi sangat dianjurkan untuk berhati-hati seperti ungkapan berikut:

Bakato siang caliak-caliak,

(berkata siang lihat-lihat)

Bakato malam danga-dangaan.

(berkata malam dengar-dengar)

Makna dari kata ‘bakato siang caliak-caliak’ adalah; jika kita ingin berbicara atau bercerita tentang sesuatu harus lihat situasi sekitar kita dulu. Tujuannya agar jangan sampai ada orang yang akan tersinggung dengan pembicaraan kita itu. Meskipun kita tidak dalam membicarakan orang tersebut. Begitu juga dengan kata ‘bakato malam danga-dangaan’. Siang kita bisa melihat, sedangkan malam kita hanya bisa mendengar kalau ada orang atau tidak.

Kieh sangat dikenal dalam sastra Minang, dan juga berlaku dalam ruang lingkup kebudayaan Minangkabau secara luas. Hal ini sesuai dengan falsafah yang dianut oleh orang Minang yakni alam takambang jadi guru. Alam menjadi sumber inspirasi dan berperilaku dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Oleh karena itu gambaran alam akan menjadi perumpamaan yang sangat tepat bagi orang Minang karena hidupnya sangat bergantung dengan alam.

Kieh jo kato merupakan salah satu metode dalam pendidikan masyarakat Minang yang sudah diajarkan dari nenek moyang dulunya. Metode ini bertujuan untuk menyampaikan pesan-pesan yang bernilai edukatif dari seorang mamak, ibu atau anggota kerabatnya.

Canduang, 30/1/20

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post