#tantangan menulis H17. “Guru Milenial punya Ketrampilan Kolonial”
“Guru Milenial punya Ketrampilan Kolonial”
Dewasa ini banyak padusi (perempuan) Minang yang sudah tidak memperdulikan kepandaian dan keahlian sebagai padusi Minang.
Padusi Minang pada dasarnya memiliki ketrampilan menjahit, menyulam, merajut, serta bercocok tanam. Saat itu di Minang sudah menjadi kelaziman, jika dirumah itu ada anak gadis. Maka dirumah itu akan terdapat hasil ketrampilan atau karyanya terpajang dirumah tersebut.
Pada tantangan menulis H17 ini saya akan menceritakan salah satu sekolah binaan saya yaitu SMA Negeri 1 Canduang yang cukup membuat diri ini berdecak kagum. Betapa tidak, disaat orang membicarakan guru dibebani oleh seabrek kewajiban administrasi. Malah disekolah ini gurunya masih sempat mengisi waktu luangnya di sekolah untuk menghasilkan karya nyatanya. Beberapa guru mengisi waktu luangnya dengan menyulam.
Kondisi ini ternyata membuat guru ini betah disekolah, sebab saling berlomba siapa yang selesai duluan. Waaah dulu nya bete’ menunggu untuk finger pulang sekolah, malah sekarang jadi betah. Cukup memotivasi nenek untuk ikut juga bersama-sama guru ini menyulam.
Sulam tangan ini merupakan ketrampilan padusi Minang. Ada beberapa jenis bentuk sulaman yang dikenal di Minang al: sulam bayang, sulam kapalo samek, suji caie, serta suji haluih. Guru-guru di SMAN 1 Canduang di zaman milenial ini masih tetap mempertahankan ketrampilan tradisional padusi Minang. Guru milenial berketrampilan kolonial.
Sulam tangan ini menggunakan alat bantu yang dinamakan ram, atau yang besar namanya pamedangan. Fungsi alat ini adalah untuk meregangkan kain agar mudah disulam.
Bravo SMAN 1 Canduang, love u
Canduang, 4/2/20
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ikuik ciek, Bundo
Ingat masa sekolah di SPG Padang Panjang dulu, kami di sore hari menyulam dan hasilnya terpampang didinding dinding rumah kami
Karya yg bagus. Bu Yasmi. Masuan karya uni di grup editor, bia diedit di situ. dirumah, ketrampilan, disaat, disekolah: salahdi rumah, keterampilan, di saat, di sekolah:benar.Finger dimiringkan penulisannya.
trim say, koreksinyo. love u
Karya yg bagus. Bu Yasmi. Masuan karya uni di grup editor, bia diedit di situ. dirumah, ketrampilan, disaat, disekolah: salahdi rumah, keterampilan, di saat, di sekolah:benar.Finger dimiringkan penulisannya.
iyo ancak bundo kok memang kito resapi pulang sore banyak nan bisa di lakuan
iyo ancak bundo kok memang kito resapi pulang sore banyak nan bisa di lakuan apo lagi nan bukunyo alun juo kelar
Top
Hebat, semoga sekolah lain mengikuti jejak SMAN1Candung, seksus slalu bundo.
Harga jual sulaman tinggi kan bundoE iyo, Canduang di Agam sebelum Baso yo bundo?
Luar biasa. Makanya kemarin Ibu posting sepatu rajut untuk cucu. Saya juga senang nyulam, merajut, menjahit. Yang masih saya lakukan sekarang menjahit. Baju saya, Bapaknya juga anakanak saya jahit sendiri. Ngirit, hehehe. Sukses selalu, Ibu....
mantap suratap,
Mantul
Luar biasa.semoga budaya padusi minang khususnya jaitan sulam di Canduang bisa berlanjut dan diteruskan kepada anak cucu,tidak angka dan menjadi punah.
Luar biasa.semoga budaya padusi minang khususnya jaitan sulam di Canduang bisa berlanjut dan diteruskan kepada anak cucu,tidak angka dan menjadi punah.