Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Dengan demikian, cinta menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Namun, aplikasi konsep cinta sering kali tidak tepat sehingga masih diwarnai oleh rasa benci dan permusuhan. Bahkan gara-gara cinta, sampai menghilangkan nyawa orang lain. Itulah sebabnya, orang di jaman moderen ini adalah orang yang paling menderita disebabkan oleh obsesi diri sendiri agar dicintai orang lain. Tetapi upaya yang dilakukan adalah berupaya untuk dicintai tanpa berusaha untuk mencintai orang lain, tetapi malahan mencintai diri sendiri.

Cinta timbul dari diri manusia yang mengalami kesendirian dan keterasingan sehingga hidupnya merasa hampa. Ia membutuhkan pemenuhan atas kerinduan yang menyatukannya dengan manusia lain.

Ahli psikoanalisa dan filsafat terkenal Erich Formm mengemukakan konsep cinta. Cinta tidak melulu terkait hubungan dengan seseorang. CINTA merupakan SIKAP YANG MENENTUKAN KETERKAITAN SESEORANG DENGAN DUNIA KESELURUHAN, bukan pada satu obyek cinta saja. Jika orang hanya mencintai satu orang saja dan tidak acuh pada yang lain, CINTANYA BUKAN CINTA tetapi KETERTARIKAN SIMBIOTIK atau EGOISME YANG MELUAS.

HAKEKAT CINTA adalah SEBUAH PROSES MENJADI (TO BE), bukan sebagai tujuan memiliki (TO HAVE). CInta adalah KEKUATAN AKTIF YANG MEROBOHKAN TEMBOK PEMISAH ANTARA MANUSIA DENGAN SESAMANYA. Dengan demikian, konsep cinta produktif ini membebaskan kita dari kekerasan dalam rumah tangga sehingga diperlukan KOMITMEN dan KOMPROMI. Marilah kita membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah dengan komitmen yang kuat dan kompromi yang luwes.