"Lia kenapa belum juga tidur. Nanti kamu sakit lho. Ayi nak segera ke kamar. Nanti suamimu juga akan menyelesaikan tugasnya", suara bu Nur terdengar bersahaja. Beliau mengingatkan Lia anak perempuan satu-satunya yang dia miliki. "Iya bu. Hati aku terasa tidak menentu bu. Apakah mas Yusuf pura-pura menyatakan sehat kepadaku. Padahal kondisinya sedang sakit saat ini. Aku jadi ingin pergi ketempat dia bertugas bu", Lia menyampaikan perasaannya ke ibunya. "Aah, itu hanya perasaanmu saja Lia. Yusuf baru saja menghubungimu melalui vidiocall kan. Apa dia tidak mengatakan bagaimana kabarnya saat ini padamu?", bu Nur mencoba menenangkan hati Lia yang sedang gundah. Yusuf suaminya sedang bertugas di perbatasan daerah. Kondisi daerah yang dilanda wabah Covid-19 membuat Lia terbawa pikiran. Rasa kuatir mencekam hatinya akan keselamatan Yusuf. Lia sangat merisaukan suaminya setelah mendengar dan melihat banyaknya dokter Indonesia yang jadi korban virus setelah memberikan pertolongan kepada pasien yang terpapar Corona. "Mudah-mudahan mas Yusuf dilindungi oleh Allah swt bu. Mohon doa ibu juga unruk keselamatannya ya bu". Lia memegang baju suaminya. Dia masih percaya bahwa barang-barang orang yang paling dekat dengan kita jika ditinggalkannya pergi mampu menjadi obat. Lah iya dong. Masak ibu tidak mendoakan menantu ibu. Sama juga dengan istri abang-abangmu juga ibu doalan. Selamat tidur Lia. Jangan berhenti berdoa untuk suamimu ya", bu Nur mengingatkan Lia. Lia mengangguk dan merebahkandirinya di kasurnya.