Dr. H.Erizal, MH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

WALA TAMNUN TASTAKSIR

وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ ﴿٦

WALA TAMNUN TASTAKSIR

PART 1

Uang saya tidak laku.

Menghadiri acara Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Tingkat Nasional XXVIII di Sumatera Barat tahun 2020 memberikan kesan yang luar biasa bagi saya. Bukan karena Musabaqah tersebut dibuka oleh Menteri Agama Bapak Jenderal (Purn) Fahrur Razi, atau saat penutupan ada pak Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin yang menyampaikan pidato dari Jakarta secara Virtual. Juga bukan pula karena tuan rumah Sumatera Barat menjadi juara umum dan Kepulauan Riau menempati urutan kelima. Namun kesan yang mendalam adalah disaat pertolongan-pertolongan saya dapatkan, tanpa disangka-sangka.

Berawal dari pesan massengger yang saya terima tanggal 15 November 2020, saudara H. Busdimar salah seorang Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sungai Lasi Kabupaten Solok, beliau dulunya pernah bertugas di Kemenag Lingga dan menjadi Kepala KUA di Kecamatan Senayang.

Pak apa kabar? Tak jadi ke Padang acara MTQ?

Insyaallah khamis, sebelum penutupan, jawab saya. Setelah itu kami tidak ada komunikasi lagi.

Tanggal 19 November 2020, pukul 11.51 Wib, masuk pesan masseger (beliau tidak punya no Wa saya, namun kami berteman di facebook).

Jam berapa bapak mendarat di Bandara Internasional Minangkabau? Apakah sudah ada yang menjemput?

Saya jawab, belum ada yang menjemput.

Boleh saya jemput pak? tanya beliau

Dengan senang hati, jawab saya karena memang saya sengaja tidak menghubungi tim kafilah MTQ Kepri, khawatir merepotkan mereka, lagipula sayakan berangkatnya pakai surat tugas.

Pukul 16.40 wib, pesawat Lion yang membawa saya dan penumpang ke Padang berangkat tepat waktu, pukul 17.55 wib , pesawat landing. Karena hari khamis saya membawa bekal untuk berbuka, tapi tidak tau pukul berapa masuk waktu maghrib di Kota Padang sekitarnya. Saya mencoba ber ijtihad, mengingat di Tarempa waktu sholat maghrib pukul 17.43 wib, dan di Batam pukul 17.55 wib, saya berkesimpulan kalau di bandara Minangkabau ini maghrib sekitar pukul 18.02 wib. Menjelang keluar pesawat sayapun minum dan makan kerupuk untuk membatalkan puasa. Karena tidak ada bagasi, langsung keluar, tiba diluar terminal terdengar kumandang azan, Allahuakbar Allahuakbar..ternyata maghrib disini pukul 18.15 wib.😊😊

Tiba diluar terminal saya langsung telp H. Busdimar, tapi belum diangkat, sesaat kemudian ada vedio call, ternyata dari beliau, sangaja pakai video call supaya "jaleh muko kami", maklum terakhir berjumpa tahun 2018 saat beliau berangkat haji melalui Embarkasi haji Batam.

Kamipun menuju ke mobil Avanza beliau, langsung berangkat menuju Kota Padang. Menjelang tiba dilokasi MTQ , mobil beliau belokkan ke rumah makan Lamun Ombak, sambil makan kami benostalgia disaat beliau bertugas di Kepri dulu, serta bagaimana kondisi saat beliau kini bertugas di kampung halamannya. Usai makan malam, saya sudah keluarkan dompet, namun nota makanan beliau ambil, uang saya tidak laku disini.

Usai makan malam, kamipun melanjutkan perjalanan ke Balai Diklat Keagamaan Padang tempat saya menginap, sengaja saya pesan kamar di BDK Padang jalan Batang Kapur , karena lingkungannya sudah familiar dan dekat dengan arena utama MTQ Nasional yakni Masjid Raya Sumatera Barat. Perlombaan babak final musabaqah malam itu belum bermula, kamipun sholat berjemaah di Masjid Raya kebanggaaan masyarakat Sumbar karena arsitekturnya yang berciri khas daerah, terletak di jantung kota dan menjadi titik kumpul sekiranya terjadi gempa. Saya memberikan satu buku yang kami tulis kepada pak KUA ini dan mengajaknya ke sekretariat panitia MTQ Nasional dilokasi masjid. Diruangan panitia tersebut secara live melalui televisi, kami menyaksikan lantunan ayat suci yang dibaca para finalis malam terakhir itu. Hujan lebat malam itu membuat pergerakan ke arena utama agak terganggu namun disaat kondisi agak mereda, kami berupaya masuk ke tenda utama, ternyata kedua tenda yang disiapkan panitia untuk menonton penuh sesak oleh umat muslim yang ingin mendengarkan kalam ilahi dibacakan oleh qori dan qoriah terbaik dari pelosok negeri. Saya celingak celinguk mencari astaka tempat para finalis membaca al qur'an, ternyata kondisi pandemi Corona virus disease saat ini disiasati oleh panitia secara cerdas, dengan menempatkan mereka distudio tersendiri, tidak langsung diatas astaka yang bisa dilihat langsung oleh penonton sebagaimana lazimnya. Kamipun menonton dilayar lebar sambil berdiri, sesekali terkena tetes air hujan yang kadang mereda kadang lebat, hingga pukul 23.30 wib, sampai saat sahabat saya Abrar Munanda kepala Kemenag Kabupaten Pesisir Sumatera Barat, mengajak berjumpa dibelakang tenda, sambil saya menyerahkan buah tangan yang dibawa dari Anambas serta sebuah buku yang kami sekeluarga tulis yakni Tafsir Al hujurat ayat 11 tentang hate spech atau ujaran kebencian.

Hujan masih lebat, pembacaan ayat suci al qur'an babak final belum usai, saat saya minta Busdimar mengantarkan ke penginapan untuk beristirahat, sayapun pamit dan mengucapkan ribuan terimakasih, karena beliau telah mendampingi saya hingga larut malam meninggalkan keluarga.

Bersambung PART II

Sarapan bersama abiturent

Tarempa, 28112020

Tantangan 112

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah, perjalanan yg penuh berkah pak,InsyaAllahAamiin yra

28 Nov
Balas

Banyak hikmah diberikan Allah buk, trims komennya

29 Nov



search

New Post