Puisi:

Titanic

Oleh: Rosida Amalia

Aku terharu melihat suatu kisah:

Entah mengapa tiba-tiba ada angin ribut

Ketika tenang melenggang

Ada sedikit guncang

Ketika daun diterpa angin

Bersiap menghadapi Sang Pencipta

Setiap orang belum tentu rela

Segala melodi indah

Ingin kembali singgah

Walau keadaan sudah berubah

Aku tahu itu

Aku paham itu

Aku maklum itu

Tapi kapal kita sudah beda

Puluhan tahun yang silam

Tlah kukubur dalam

Walau aku pun pernah ikut karam

Aku dengar rintihan

Aku dengar jeritan

Aku dengar ada pemanggilan

Tanganmu memegang sebilah papan

Timbul tenggelam dalam gelombang

Aku menatap dengan muram dari kejauhan

Tapi duniaku dan duniamu kini beda

Kutakut seseorang di sampingmu luka

Jikaku hadir berada

Aku pun tlah berada pada abad milenia

Kau pun telah merekah dalam abad sejarah

Kita sudah terpisah pada dua kapal yang berbeda

Titanic kau pernah jadi bagian yang terdalam

Lihatlah air mataku mengalir ke muara duka

Doa-doaku kukalungkan

Semoga Tuhan memberi keajaiban

Tidak ada yang tidak mungkin

“Kun Fayakun”

Mungkin kau bisa sembuh

Aku dengar rintihan

Aku dengar jeritan

Aku terpejam berdiri di buritan

Dengan doa-doa menghujam malam

Menanti keadilan Tuhan

Lihatlah air mataku tumpah ruah

Aku terpaku dalam pasrah

Tapi aku telah menggenggam sejarah

Dalam tulisan megah

Dan kini akan melangkah

Pada bahtera lain yang telah lelah

Menanti kusinggah

Titanic !

Semoga Tuhan memberikan

kekuatan

kebahagiaan

Keadilan

Keabadian

Terimakasih atas cintamu terdalam

Aku menatap dan berendam danau air mata

Aku tahu di matamu :

There is some love that will not go away

Ciamis, 21 November 2020