Drs. Zainuddin, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

ANDA MAU MUDIK KEMANA.

Ramdhan sdh berlalu, dan Idhul Fitripun juga akan pergi. Namun, kecerian dan kebahagian masih merona diwajah kita masing - masing setelah kita melalui dua even sakral yaitu puasa ramadhan dan Idhul Fitri. Krn dengan even yg sakral tersebut maka kita berharap menjadi hamba - hamba pilihan oleh Allah, untuk melengkapi bekal perjalanan pulang alias mudik kekampung asal, kampung peninggalan nenek moyang kita, Adam dan Hawa, yg semenjak lahir sampai sekarang tidak pernah kita kunjungi.

Nenek moyang kita, Adam dan Hawa, sangat berkeinginan agar anak cucu dan cicitnya kelak bisa mudik kekampung asalnya dengan nyaman, tenang, lancar dan mengesankan,tidak ada yang kesasar sehingga tidak sampai ketujuan. Kampung asal kita itu jauh dan jauh sekali, butuh waktu lama bukan setahun dua tahun, ratusan tahun bahkan ribuan tahun, dari itu butuh bekal yang banyak untuk mudik ke kampung asal.

Banyak jalan yg terbentang dihadapan kita untuk menuju kesana, kalau salah memilih jalan maka kita tdk akan sampai ke kampung yg kita harapkan, kita akan tiba dikampung yang sangat mengerikan, kampung itu namanya " Narun Jahannam", siapapun kita , kalau sdh masuk kekampung itu, pasti tdk akan bisa menemukan lain utk pulang (Khalidinafiha abada) disana. Dan, siapapun kita, baik yg berpuasa maupun yg tdk ber-Idul Fitri tdk akan mau kesasar kesana.

"Ternyata, hanya ada satu jalan yg bisa sampai menuju ke kampung asal begitu" begitu kata nenek. Nama jalannya adalah "shirathal mustaqim", mohon dicatat agar tidak lupa. Jalan ini tidak tercatat dilembaran google, dan tak tersimpan dimesin secanggih apapun yg ada didunia ini sehingga tdk bisa diakses melalui GPS.

Bila kita pandai memilih jalan maka Insya Allah kita pasti sampai di kampung asal. Kampung yang namanya "Jannatul firdausi" kampung yang sangat indah dengan segala isinya, diperuntukkan kepada kita semua yang ingin pulang. Kampung yang nenek tinggalkan dulu itu, tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga serta tak pernah terbersit dihati dan terbayangkan oleh dipikiran.

Mudik lebaran adalah sebuah tradisi di negeri ini, serasa sdh menjadi "ritual wajib" utk terus dilakukan. Sudah jauh2 hari dipersiapakan oleh setiap orang agar bisa pulang kampung, walau ritual ini bisa menghabiskan waktu, tenaga dan biaya yang banyak, namun si pemudik tidak menjadi persoalan, yang penting bisa sampai / dapat mengunjugi kampung kelahiran.

Andai saja kita semua mau dan tau bahwa mudik yang sesungguhnya adalah mudik ke kampung asal bukan ke kampung kelahiran, krn kampung kelahiran nantinya akan hancur dan hilang tanpa bekas. Dari itu mari kita mempersiapkan diri menghabiskan waktu, tenaga dan biaya utk mengumpulkan bekal mudik ke kampung asal, seperti yang kita lakukan utk mudik kekampung kelahiran. penulis nyakin kampung yang kita impi - impikan itu pasti biaa kesampaian. Kita mampu mempersiapkan ritual mudik kekampung kelahiran setiap tahun, seharusnya kita juga mampu mempersiapkan mudik kekampung asal.

Pertanyaannya, sudahkah kita mempersiapkannya, baik itu kenderaan, makan, minum, penunjuk jalan dan lain - lain, yang membuat mudik kita menjadi lancar. Sehingga, jalan yg kita pilih nantinya benar - benar jalan yang benar, jalan yg sesuai dengan tuntunan nenek kita. Dan, kitapun sampai ke kampung "Jannatul Firdaus", kampung asal yang selalu kita rindukan.

Untuk itu jalan shirathal mustaqim yang kita tapaki dan kita pelajari selama ramadhan, dapat kita jadikan road map dengan baik, dalam menjalani hari2 yang akan datang. Di bln ramadhan banyak kita dapatkan pelajaran dan diberi tau apa yg hrs kita lakukan, dan rambu2 apa saja yg hrs diingat, sehingga kita tdk salah memilih jalan dlm rangka mudik ke kampung asal.

Ingat, gerbang Idul Fitri sdh kita lewati bukan berarti semua rutinitas ramdhan selesai. Mari kita jadikan pelajaran ramadhan yg sdh kita lewati menjadi penuntun dalan rangka mengumpulkan pundi - pundi amal di hari - hari selanjutnya, dlm rangka persiapan bekal mudik. Siapa tau ritual mudik ke kampung kelahiran kedepan tdk bisa lagi kita lakukan, tapi kedepan yg kita lakukan adalah mudik ke kampung asal.....

Bireuen, 08 Juni 2019.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap Saya mudik ke rumah orang tua istri saja

08 Jun
Balas

Harus , klo tdk diminta balek anaknya

08 Jun



search

New Post