ANTARA TGL SATU DAN DUA MEI

Covid 19 tak menghalangi para buruh melakukan perayaan 1 Mai, May day dirayakan sebagai hari buruh "ban sigom donya" (seluruh dunia). Seperti biasa hari buruh ini selalu dihiasi oleh berita aksi demo para buruh menuntut perbaikan nasib pekerja, menuntuk penghasilan yg lebih baik dll. Dan, itu terjadi setiap tahun.

Kemudian 2 Mai diperingati sebagai hari pendidikan Nasional "ban sigom nanggroe". Seperti biasa, hari pendidikan nasioanal yg disingkat (Hardiknas) sepi dari demo. Tidak ada pelaku pendidikan, pengiat pendidikan ataupun pemerhati pendidikan melakukan aksi demo menuntut perbaikaan mutu pendidikan dan nasib kehidupan para guru. Apakah ini pertanda bahwa dunia pendidikan kita tdk ada masalah atau bermasalah tapi tidak perlu dipermasalahkan.

Berkata seorang guru kepada ApaLah kampung saya saat ditanya "kenapa guru tdk demo dlm merayakan hari pendidikan, tdk seperti hari buruh.. ??". Guru itu menjawab bahwa "guru tdk elok dan tidak etis melakukan demo krn guru adalah orang yg ditiru dan digugu. Guru hrs memberikan contoh yg baik, walau kadang gaji kami sering dipotong dan tunjangan kami sering dipermainkan dan kami sering diatur oleh peraturan yg macam2.".

Menurut ApaLah, guru memang makhluk aneh, sebagai ujung tombak dlm dunia pendidikan, guru siap menerima takdir apapun yg menimpa dirinya tanpa ada perlawanan. Saya bertanya pada ApaLah "kenapa guru seperti itu..??". Krn jiwa militan dan jiwa perjuangan dlm diri guru sdh diracuni oleh stigma bahwa " guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa". Guru tdk tau bahkan tdk diberi tau bahwa organisasi dunia seperti ILO, memasukakan profesi guru juga sebagai buruh.

Bireuen, 2 Mai 2020.