Guru Manusia Penakut, Benarkah...???
Takut adalah kata yang sangat sering kita ucapakan dan sering kita dengarkan, sampai anak kecilpun kata takut sudah sangat familiar di telinga mereka. Kadang apa yang kita takutkan tak pernah kita tau ujudnya, kita takut sama hantu tapi dengan hantu kita tak pernah berjumpa atau berpapasan dengan hantu tersebut. Bahkan setiap orang tua selalu menakuti anaknya, agar anak mau melakukan sesuatu, atau tidak melakukan sesuatu, maka kata takut itu sering dipakai sebagai senjata pamungkas.
Ternyata bagi setiap orang rasa takut itu berbeda-beda. Pejabat takut akan kehilangan jabatannya. Orang kaya takut akan kehilangan kekayaannya lalu jatuh miskin. Saudagar takut dengan rugi dalam dagangannya. Orang sehat takut akan kesehatannya kemudian jatuh sakit. Kepala sekolah takut hilang kursi kepalanya, lalu menjadi guru biasa. Guru takut dipindah tugaskan kesekolah lain yang membuatnya tidak nyaman. Guru sertifikasi takut kehilangan dana tunjangan itu sehingga takut kekuranga uang. Pokoknya macam-macamlah rasa takut itu dialami oleh setiap orang.
Kalau dilihat secara teori, takut itu secara sederhana dapat diartikan, sesuatu tanggapan emosi terhadap ancaman, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Beberapa ahli psikologi juga telah menyebutkan bahwa takut adalah salah satu dari emosi dasar, selain kebahagian, kesedihan, dan kemarahan. Perlu dicatat bahwa ketakutan selalu terkait dengan peristiwa pada masa datang, seperti memburuknya suatu kondisi, atau terus terjadinya suatu keadaan yang tidak dapat diterima.
Ternyata rasa takut yang ada dalam diri manusia merupakan fitrah, yang memang harus dimiliki manusia, demikian juga hal dengan rasa senang, gembira, dan bahagia. Manusia itu penakut, juga di sebut oleh Allah dalam firmanNya, yang artinya : “ Dan Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buaha. Dan samapaikanlah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”. ( Al-Baqarah, 155).
“Manusia itu cendrung takut akan sesuatu yang tidak diketahuinya.” Begitu kata Sayyidina Ali, r.a. Ketika manusia sedang dalam posisi kecukupan harta, hal yang paling ditakuti adalah jatuh miskin. Kenapa..?? Karena sudah tertanam dalam benaknya bahwa miskin itu adalah hal yang sangat menakutkan. Kesedihan, kesulitan, kehinaan, kekurangan, dan banyak lagi. Karena ketakutan itulah, manusia melakukan berbagai cara untuk tidak jatuh miskin.
Ternyata rasa takut itu merasuk juga di dunia pendidikan terutama dikalangan guru. Guru adalah orang yang paling penakut bila berhadapan dengan birokrasi. Sehingga ada anek dot, kalau tidak jadi orang pengecut maka tidak akan jadi guru. “Apa iya seperti itu,” tanya temanku di suatu sore sambil kami menikmati kopi gayo disebuah warung kopi favorit kami.
Lazim kita lihat bahwa guru paling takut pada atasanya, guru paling takut pada kepala sekolahnya apalagi kepada kepala dinasnya. Guru paling tidak berani membantah ataupun mengkrtik kebijakan sekolah yang merugikan mereka. Guru tidak berani bertanya kebijakan keuangan sekolah. Kenapa..?? Jawabannya sederhana yaitu, takut. Temanku hampir tak percaya. Benarkah..?? Tanyanya lagi. Benar jawabku ... seolah-olah dia tidak percaya.
Kenapa guru tidak berani mengkritik kebijakan sekolahnya, kenapa guru itu banyak diam bila ada kebijakan yang merugikan mereka...?? Kenapa guru jadi pengecut...??. Cukup kah jawabannya hanya takut..?? Yang perlu kita telisik adalah kenapa mereka menjadi penakut...??
Ternyata mereka takut pada diri mereka sendiri, ada guru yang kepingin menjadi wakil kepala sekolah, maka mereka harus menjadi manusia penurut terhadap apa yang disampaikan atasannya. Ada para wakil kepala sekolah yang kepingin menjadi kepala sekolah, maka mereka menjadi manusia penurut dengan harapan atasannya yang sekarang mau mempromosikan mereka menjadi kepala sekolah. Bila saja mereka itu suka membantah maka dipastikan harapan dan keinginan mereka akan sirna.
Ternyata takut itu bukaan hanya pada hantu dan jin, guru takut juga pada keinginan dan harapan yang tidak akan bisa diraih. Banyak guru takut menyuarakan kebenaran, hanya gara-gara takut dianggap guru vokal, guru vokal biasanya tidak memiliki karier bahkan guru vokal itu dipindah tugasakan kesana dan kemana-mana. Bukankah, diamnya orang-orang baik maka akan melahirkan seribu keburukan yang akan mencelakakan orang-orang baik tersebut..?.
Guru sering disebut sebagai ujung tombak agen perubahan, lalu bagaimana perubahan itu akan terjadi bila guru masih diselimuti jiwanya dengan rasa takut. Guru sering menyampaikan pesan pada siswa –siswa “ Jangan pernah takut membela yang benar, berani karena benar, takut karena salah.” Lalu apa yang terjadi pada guru itu sendiri...??.
Ternyata benarlah apa yang dikatakan oleh Sayyidina Ali, r,a sebagaimana penulis kutip diatas, bahwa manusia itu cendrung takut atas sesuatu yang tidak pasti dalam hidupnya. Kenapa itu terjadi, karena manusia terlalu takut dengan dunianya sehingga pagi mereka berfikir dunia, sore dunia, dan sampai malampun mereka berfikir dunia. Kapan mereka hilang rasa takut dalam jiwanya..?? ketika Allah mengambil semua dunianya, sehingga bayangan ketakutannya muncul ketika mereka sudah terjun ke lembah yang tidak diketahuinya.
.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar