Drs. Zainuddin, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

"LHO.. PENGAWAS SEKOLAH KOK BEGINI..!! "

Sebelum dilantik menjadi pengawas sekolah, Pak Peng Awas (namanya mirip orang cina) membayangkan pengawas itu hebat. Krn menurut "teori" dlm regulasi kepengawasan yg dia baca2, pengawas itu diatas guru dan kepala sekolah. Jadi guru dan kepala sekolah hrs hormat dan "takut" sama pengawas. Begitu dalam benaknya.

Maka Pak Peng Awas menghayal, bila dia jadi pengawas nanti maka dia akan melaksanakan tugas sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan tupoksi. Membuat program kepengawasan dengan baik, lengkap dgn instrumennya, serta melaksanakan program tersebut dengan penuh konsisten. Sebagai pejabat tertinggi dilingkungan jabatan fungsional, maka dia akan menganut sistem garis lurus. tidak mau neko - neko dgn siapapun, kepala sekolah dan guru yang tidak bisa dibina maka dia akan "dibinasakan".

Pak Peng Awas, tidak mau disebut sebagai pengawas tdk profesioanal, dimana datang kesekolah hanya menakut - nakuti kepala sekolah dan guru, dengan menuntut berbagai kewajiban kelengkapan administrasi yang harus diselesaikan. Tapi Pak Peng Awas akan membimbing kepala sekolah dan guru, sampai mereka paham dan tidak bimbang. Kepala sekolah dan guru yg membuat masalah disekolah, maka mereka hrs diberi sangsi yg sedahsyat - dahsyatnya. Begitu fiksi yang dibangun dalam imajinasi Pak Peng Awas.

Ternyata hayalan, Pak Peng Awas, menjadi kenyataan. Tiba2 dia mandapatkan surat undangan pelantikan untuk menjadi pengawas sekolah. Datang dengan memakai baju jas hitam berdasi warna merah, lengkap dengan peci yang dibordir motif Aceh, senyum cengar - cengir kiri dan kanan kepada siapa saja yg melihatnya.

Gagah benar kelihatan penampilan Pak Peng Awas hari itu, bagaikaan pejabat eselon. Orang tak menyangka Pak Peng Awas akan dilantik menjadi pengawas sekolah, krn klo dilihat dari penampilan beliau cocok jadi kepala dinas. Namun apa hendak dikata nasib berkata lain, beliau tetap dilantik sebagai pengawas sekolah. Ternyata antara penampilan dan posisi dlm jabatan tidak saling terkait.

Dalam arahan kepala dinas pendidikan disaat pelantikan, beliau mengatakan bahwa ".... keberadaan pengawas sekolah dilapangan merupakan perpanjangan tangan kepala dinas disekolah. Jadi, apabila ada kepala sekolah yang tidak respek kepada kerja kepengawasan disekolah, laporkan kesaya. Dan, karir kepala sekolah dan guru sangat ditentukan oleh rekomendasi pengawas".. Begitu kata kepala dinas saat itu. Maka spontan saja, Pak Peng Awas tepuk tangan. Dia menganggap, pernyataan kepala dinas sudah sesuai dengan hayalannya selama ini.

Setelah itu, Pak Peng Awas mulailah bekerja dengan melakukan tugas kepengawasan kesekolah - sekolah binaan, dengan semangat empat lima. Sesekali dia berkoordinasi dengan kepala dinas, menyampaikan hal2 yang menyangkut tugasnya dilapangan. Sesekali dia berdiskusi dengan sesama teman2 pengawas.

Beliau pernah menjelaskan "....dengan instrumen ini dan ini, kita dapat melihat dimana titik kelemahan kepala sekolah dan guru, sehingga kita mudah dalam memperbaiki dan membimbing mereka". Teman2nya yg sdh duluan jadi pengawas cuma diam saja, sambil manggut - manggut.

Tidak banyak menuntut, tidak minta TPK walau pegawai lain dapat tepeka. Tidak minta uang perjalan dinas, walau pegawai lain selalu dapat espeje bila berjalan dinas. Dlm rangka berbakti kepada negara, Pak Peng Awas, menganut motto Jhon F Kennedy presiden Amirika Serikat, " Jangan tanyakan apa yang dapat negara berikan kepadamu, tapi tanyakanlah apa yg dapat kamu berikan kepada negara".

Dengan motor bututnya dia jalani tugasnya dengan sangat enjoy. Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Ternyata apa yg dikeluhkan oleh Pak Peng Awas dlm menjalankan tugas kepengawasan, tak mendapat respon yg memadai dari atasannya. Apa yg dikatakan Pak Kadis saat pelantikan dulu hanya lip service, sekedar utk menyenangkan hati pengawas tapi tak terbukti dlm implimentasinya.

Pak Peng Awas, pernah merekomendasikan seorang kepala sekolah agar diturunkan jabatannya menjadi guru biasa. Krn kepala sekolah ini tdk cakap, sok kuasa dan tak bisa berkerja sama dengan guru, gaya kepemimpinannya otoriter. Ternyata Pak Kepsek ini diback up oleh bupati, sehingga Pak Kepsek ini ditempatkan kesekolah yg lebih besar, padahal kemampuannya "nol besar".

Pak Pang Awas, mulai kena batunya, guru malas mengajar, perangakat pelajaran copy paste dari orang lain, sering tdk hadir kesekolah, tapi SKPnya baik, PKGnya baik dan dapat sertifikasi. Pak Peng Awas protes ke kepsek, kenapa ini bs terjadi, Pak Kepsek menjawab, ibu itu adiknya ketua DPR. "saya tdk berani, klo macam2 sayapun dicopot dari jabatan kepala sekolah". Begitulah kata kepsek, yg membuat Pak Peng Awas geleng2 kepala.

Pak Peng Awas, pernah meminta laporan akhir tahun lengkap dengan laporan keuangannya pada seorang kepsek. Tujuan Pak Peng Awas utk mengetahui program apa saja yg terlaksana dan tidak terlaksana. Gara2 ini dia ditegur oleh kepala dinas, meminta beliau tdk terlalu keras dalam melaksanakan pembinaan. Akhirnya laporan itupun tak pernah diserahkan oleh Kepsek.

Ternyata kepsek tersebut adalah saudaranya seorang pengusaha besar di kota Pak Peng Awas. Beliau pasrah, setelah ditelusuri ternyata banyak kepala sekolah memiliki backing masing2. Karir kepala sekolah ternyata bukan ditangan pengawas, tapi karir kepala sekolah ada di tangan siapa yg menjadikan mereka kepala sekolah.

Mulailah Pak Peng Awas kecewa, datang ke sekolah binaan hanya sekedar menjalankan tugas. Pak Peng Awas "geram" melihat inatrumen2 yang selalu dibawa kemana saja dlm melaksanakan tugas. Dalam hatinya berkata "utk apa instrumen ini semua, toh hasil yg diperoleh tdk menjadi pertimbangan pihak pengambil kebijakan dlm penempatan karir kepsek dan guru".

Maka sejak itulah Pak Peng Awas tak pernah membuat lagi laporan kepengawasan, yang selalu diminta pihak dinas diakhir tahun. Sempat Pak Kadis memanggil beliau menyangkut laporan yg tak pernah dibuat itu. Pak Peng Awas punya alasan yg sangat rasionak kenapa laporan itu tak dibuatnya.

"untuk apa laporan saya Pak", Begitu pertanyaan Pak Peng Awas kepada Pak Kadis, saat ditanya laporannya.

"Bapak tak pernah baca laporan yg pengawas buat" Pak Peng Awas menantang Pak Kadis.

"Coba lihat apa tekomendasi para pengawas, lalu apa yg bapak lakukan, ternyata rekomendasi kami kalah kuat dengan rekomendasi orang2 diluar sana, lalu utk apa pengawas,..??, bapak bilang sama bupati, bubarkan saja pengawas ini". Kata Pak Peng Awas dengan geramnya, sambil keluar dari ruangan Pak Kadis. Dalam hati Pak Peng Awas, lho, pengaqas kok begini, tidak sesuai yg dia impikan dulu dan dengan teori yg dia baca dibuku - buku tentang kepengawasan.

Bireuen, 11.02.2019.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul Pak, berapa banyak praktek tidak sama dengan teori. Mengapa yah. Sukses selalu dan barakallah

11 Feb
Balas

Begitulah buk....

11 Feb

Wow, keren ! Begitu liku-liku pengawas sekolah, kalau tidak menyenangkan tentu menegangkan bikin stress.Enjoy saja.

11 Feb
Balas

Ya , begitulah..... Yg heran , banyak juga antrean tuk menjadi pak pengawas,, banyak yang nanya ke pak kadis.... Kapan ada buka tes calon pengawas.

11 Feb
Balas

Krn kerja seperti itu...

11 Feb

Saya dukung pak Peng Awas jadi gubernur sekalian..emang sekarang zamannya begitu ya pantesin kualitas pendidikan semakin menurut karena orientasi pemangku pendidikannya juga udah salah. Hidup Peng Awas !

11 Feb
Balas

Peng Awas, adalah contoh pengawas yg berani berkata apa adanya..

11 Feb

Saya dukung pak Peng Awas jadi gubernur sekalian..emang sekarang zamannya begitu ya pantesan kualitas pendidikan semakin menurun karena orientasi pemangku pendidikannya juga udah salah. Hidup Peng Awas !

11 Feb
Balas



search

New Post