MEMAKNAI ARTI KEMERDEKAAN VERSI ORANG KAMPUNG SAYA
MEMAKNAI ARTI KEMERDEKAAN VERSI ORANG KAMPUNG SAYA
Hari kemerdekaan Indonesia kini datang lagi, kali ini diperingati yang ke 73. Hari merdeka ini selalu diperingati seantero Nusantara, mulai dari kota - kota besar sampai kepelosok - pelosok desa, dari pinggir pantai sampai ke kaki gunung. Mulai pejabat negara sampai rakyat jelata, bersuka ria gegap gempita menyambut hari kemerdekaan ini.
Semarak kemerdekaan itu ditandai dengan berkibarnya bendera merah putih yang berjejer dari pasar ke pasar, dari kampung ke kampung dan dari rumah - kerumah, ini membuktikan bahwa kita adalah bangsa yang merdeka bangsa yang bisa berdiri diatas kaki sendiri.
Mengulangi sejarah 73 tahun lalu, dimana bendera merah putih pertama kali dikibarkan dan ikrar keramat proklamasi dibacakan, itulah hari yang paling bersejarah bagi bangsa Indonesia, hari merdeka nusa dan bangsa, hari lahirnya bangsa Indonesia, yang kini terus kita peringati.
Seperti tahun - tahun yang lalu, tahun ini memperingati hari kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan tahun - tahun yang lalu. Upacara bendera, karnaval dan berbagai kegiatan dilakukan oleh warga dalam rangka ikut memeriahkan hari kemerdekaan bangsanya.
Saya sempat menanyakan apa makna kemerdekaan bagi orang kampung saya yang jauh nun dikaki gunung sana.
"Kita sudah merdeka 73 tahun, apa yang teungku rasakan...?? Tanya saya pada salah seorang tokoh kampong, sebut saja namanya ApaLah. "Biasa saja". Jawabnya gampang.
"Lalu apa itu merdeka menurut teungku dan orang kampung disini". Tanya saya lagi.
"Menurut orang kampung sini merdeka itu adalah bila tanam padi tumbuh dan tidak diserang hama, bila tanam pisang tumbuh lalu berbuah dan tidak dimakan monyet, bila tanam ubi tumbuh lalu tidak dimakan babi, dan bila tanam mentimun tidak dicuri oleh sang kancil. Bila tiba waktu makan mereka bisa makan dan bila waktunya tidur mereka bisa tidur, itulah merdeka". Jawab ApaLah datar.
Ternyata pemahaman merdeka bagi orang kampung cukup sederhana. Mereka tidak tau kalau negara diusianya yang ke 73 sudah berutang ribuan trilyun rupiah, mereka tidak perduli pertumbuhan ekonomi negara melambat, mereka tidak mau tau tingkat kesejahteraan rakyat di negeri ini rendah dibandingkan negara lain, dan mereka tidak peduli negara ini kaya tapi rakyatnya miskin.
Seperti juga tahun - tahun yang lalu, dihari kemerdekaan ini ApaLah turun gunung, ke kota kecamatan untuk menyaksikan berbagai perlombaan dalam rangka memriahkan hari kemerdekaan.
"Tidak ada yang beda dgn tahun yang lalu", begitu kata hati ApaLah. Ya. Itu, lomba panjat pinang, tarik tambang, lari goni dll. "Tidak adakah yang beda", tanya ApaLah pada dirinya sendiri.
ApaLah menyaksikan lomba panjat pinang, dalam hatinya berkata kenapa bangsa ini masih bodoh. Setelah pohon pinang dilumuri oli lalu ramai2 memanjatinya. Tidak adakah permainan lain yang lebih cerdas..?? .
Yang heran ApaLah, kenapa dlm setiap acara panjat pinang selalu yang manjat itu rakyat jelata, anak2 orang miskin. Kenapa tidak, sekali - kali yang panjat itu Pak Camat, Pak Bupati, Pak Gubernur, dan Anggota Dewan. Kenapa tidak sekali - kali Pak Presiden lomba panjat pinang dengan para meneterinya, bukankah itu akan menjadi tontonan yang cukup semarak..?? ApaLah terus saja berdialog dengan hatinya.
Dia akan usul melalui musrembangcam tahun depan, bila lomba panjat pinang kemerdekaan diadakan antar camat dan pak lurah (keuchik), jadi rakyatnya menonton pemimpinnya panjat pinang. Ini sangat menarik dan ada modifikasi peserta sehingga tontonan panjat pinanng tidak monoton lagi.
ApaLah tersentak dari lamunannya, ketika Isterinya mengajak minum cendol ke seberang lapangan. Ternyata tradisi minum cendol di ibu kota kecamatan, setiap hari kemerdekaan, tetap dipertahankan oleh keluarga ApaLah. Hal ini merupakan kenikmatan tersendiri dalam rangka menikmati hari kemerdekaan sekaligus mengisi hari2 kemerdekaan bagi ApaLah dan warga kampungnya.
"Inilah Kemedekaan", begitu kata hati ApaLah Kampung saya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar