Drs. Zainuddin, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengajar Sebulan DI Bayar Seminggu

Mengajar Sebulan DI Bayar Seminggu

Mengajar itu mengasyikkan dan indah, bila dilakukan oleh orang-orang yang suka dan hobby mengajar . Yaah...ada juga hobby mengajar..??. tentu ada.., bahkan ada pameo “I hate tobe a teacher but I love teaching”. Nah..banyangkan bila mengajar itu dilakukan dengan sepenuh hati dengan rasa suka yang amat sangat, maka itu akan memberi efek yang luar biasa. Namun bila kegiatan mengajar itu dilakukan oleh orang yang tidak suka mengajar, maka itu akan menjadi pekerjaan yang menyiksa dan melelahkan.

Seorang guru memberikan arahan, intruksi dan evaluasi kepada anak-anaknya dalam proses pembelajaran. Inilah yang merupakan gambaran dari pengertian mengajar. Secara sederhana, mengajar bertujuan untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dan melatih pola pikir anak didik.

Mengajar adalah identik dengan guru, maka pekerjaan yang disebut guru sudah dilakukan sejak zaman manusia ada dengan kata lain mengajar itu sudah dilakukan sejak zaman bahela dengan cara dan tujuan yang disesuaikan dengan zamannya. Mereka menganggab mengajar adalah tugas mulia, mereka melakukannya dengan sepenuh hati tanpa menharapkan imbalan apapun..

Profesi guru bukanlah pekerjaan biasa yang dapat dilakukan oleh siapa saja, profesi ini hanya bisa dilakukan orang-orang yang punya talenta dan dilatih untuk itu.. Pekerjaan ini membutuhkan ilmu apa yang disebut pedeagogy karena berhadapan dengan anak manusia yang bergerak yang penuh dinamika. Jadi beda dengan profesi atau pekerjaan yang lain, apalagi pekerjaan yang berhadapan dengan kertas dan komputer

Nah...zaman terus berganti dan berubah, ternyata pekerjaan mengajar yang diemban oleh guru sudah menjadi profesi yang menghasilkan uang. Maka paradigma mengajarpun bergeser dari tugas mulai menjadi ajang cari uang. Akibatnya apa, pekerjaan mengajar itu tidak lagi dilakukan dengan hati tapi dilakukan dengan banyangan materi. Sehingga nilai (core) hasil yang ingin dicapaipun bergeser sesuai dengan tuntutan zaman.

Booming sertifikasi yang diluncurkan oleh pemerintah, membuat pekerjaan mengajar/guru menjadi incaran banyak orang. Sehingga pekerjaan mengajar menjadi kegiatan hitung-hitungan untung ruginya, sudah sangat langka kita jumpai pekerjaan mengajar dilakukan dengan ikhlas. Bahkan gara-gara program sertifikasi, guru disekolah menjadi berkasta-kasta. Coba saja lihat, disekolah ada sebutan guru biasa dan guru sertifikasi.

Satu sisi program sertifikasi sangat menguntungkan para guru, program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kualitas guru, tapi juga mampu menaikkan citra guru di mata masyarakat sekaligus menaikan status sosial ditengah masyarakat. Mereka tidak lagi malu-malu dan sungkan menyebut dirinya sebagai guru, karena masyarakat sudah menganggap pekerjaan guru adalah profesi yang menjanjikan. Sehingga banyak dari orang tua mencari jodoh anak gadisnya seorang guru, ini tok gara-gara sertifikasi.

Nah...gara-gara sertifikasi guru tidak lagi mengajar dengan hati, mereka mengajar demi materi. Pemerintah mematok tugas mengajar bagi guru 24 jam tatap muka per minggu, akibatnya para guru berlomba-lomba mengejar memenuhi jam mengajar demi uang. Bila jam mengajarnya tidak cukup disekolahnya maka mereka rela mencari jam mengajar disekolah lain yang jaraknya berpuluh-puluh kilometer dari rumahnya, bahkan ada yang meninggal dijalan kecelakaan gara-gara mengejar jam mengajar.

Ternyata pemerintah memberikan sertifikasi kepada guru tidak gratis begitu saja, ada syarat tertentu yang harus dipenuhi salah satunya adalah harus memenuhi 24 jam tatap muka per minggu, bila jam tatap muka tidak sanggup memenuhinya maka, guru tersebut dipastikan tidak mendapatkan tunjangan seritifikasi.

Sebenarnya ada sedikit kontradiksi dalam pemenuhan jam tatap muka tersebut bagi bagi guru yang jumlahnya 24 JP itu. Bila jumlah jam ini dihitung dengan seksama maka ada rasa ketidak adilan. Sebenarnya sih jumlah jam guru mengajar...?? Bila seminggu 24 jam tatap muka, maka sebulan ada 4 (empat) minggu. Bila dikali 24 x 4 maka hasinya 96 jam tatap muka. Berarti sebulan guru mengajar 96 Jam tatap muka tapi pemerintah hanya membayar gaji guru hanya 24 JP, sisanya yang 72 jam tatap muka adalah gotong royong atau bahasa halusnya adalah pengabdian. Rumus matematika apa yang dipakai pemerintah, mengajar sebulan di bayar seminggu...??

Mengajar bila tidak dilakukan dengan hati dan selalu dilakukan dengan ukuran materi, maka mengajar itu akan kehilangan ruhnya. Guru yang memang tugasnya mengajar tidak akan bermakna apa-apa selain hanya menjani rutinitas biasa tanpa ada kesan yang berarti. Apalagi bila dikaitkan dengan tugas mulia maka bila guru mengejar materi dalam mengajar, kemulian tidak akan di dapat di dunia maupun diakhirat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Iya buk Raihana... Begitulah hitungan jam mengajar di dunia pendidikan kita. Pada satu sisi sangat merugikan kita, disisi lain kita butuh pekerjaan...

13 Jan
Balas

Ya Allah...,Pak...benar sekali.Dulu pertama saya mengajar honor di swasta, pertama kali menerima gaji saya juga menghitungnya seperti itu. 24 jam x 4 minggu ,ternyata tidak begitu. Alhamdulillah...,kita harus selalu bersyukur. Ada Ridho Allah menyertai kita.Aamiin Yaa Robbal 'alaamiin.Mantabbb....Pak.

13 Jan
Balas



search

New Post