"RUMAH KITA"
Saya teringat dengan sebuah lagu era 80an, yang dinyanyikan oleh group band terkenal saat itu, godbless, dengan judul rumah kita. Lagu itu saya putar kembali lewat handphone saya sambil menikmati secangkir kopi.
"Rumah Kita" yang digambarkan oleh Ahmad Albar dlm lagunya, sangat sederhana. Rumah yang berdinding bambu, tanpa hiasan dan tanpa lukisan. Rumah yang pagarnya berupa alang - alang, tanpa anyelir dan tanpa melati, namun semua itu milik kita. Begitulah gambaran betapa sederhananya rumah milik godbless.
Lagu itu banyak yang suka saat itu, sempat merajai tangga lagu di blantika musik nasional. Dimana - mana banyak yang melantunkannya baik didalam mobil, saat acara pesta dan tempat - tempat keramaian lainnya. Pokoknya, saat itu lagu ini sempat menghipnotis pikiran dan khayalan orang saat itu temtang rumah.
Sebenarnya kita memiliki rumah yang lebih "dahsyat" seperti apa yang telah digambarkan oleh Ahmad Albar. Rumah yang diceritakan oleh Allah dalam Al - Qur'an yaitu rumah keabadian yaitu Surga. Allah melukiskan "rumah " itu tidak sederhana, sebagaimana yang telah digambarkan oleh oleh godbless. "Rumah" itu rumah super mewah yang tdk ada bandingannya didunia ini. Lebih dari itu, dirumah itu diisi oleh bidadari - bidari cantik yang kecantikannya, tdk ada bandingannya juga di bumi ini. Anehnya, hanya sedikit orang yang terhipnotis dengan rumah ini.
Rumah adalah warisan yang paling diminati oleh setiap orang, dari sekian barang warisan lainnya, apalagi rumah tersebut memiliki nilai sejarah dan kesan yang mendalam yang tak mungkin dilupakan begitu saja. Maka akan sangat menyesal bila warisan rumah itu jatuh ketangan orang lain, rasanya kita tdk rela dan tdk bisa terima
Siapa yang tidak senang, bila orang tua kita atau nenek kita menyiapkan harta warisan yang cukup berharga untuk kita. Bahkan harta warisan itu memang kita incar - incar, klo bisa warisan itu memang harus jatuh ketangan kita. Bagaimana perasaan anda bila warisan yang diidam - idamkan, benar2 jatuh ke tangan anda.
Namun, ada juga orang menginginkan warisan rumah itu, namun dia biasa - biasa saja (tdk ngotot). Dapat alhamdulillah, ngak dapat juga ngak apa2. Dilain pihak ada yang ngotot, bahkan menyesal bila warisan rumah tidak menjadi miliknya. Maka tidak jarang hanya krn warisan, banyak terjadi pertengkaran dan permusuhan diantara sesama keluarga
Bukankah kita tahu, kakek/nenek buyut kita, Nabi Adam aalaihissalam bersama Siti Hawa diciptakan oleh Allah sebagai manusia pertama..?? Lalu Allah menempatkan keduanya di surga. Dengan demikian, bukankah surga itu adalah " rumah kita" rumah asal kakek dan nenek buyut kita.. ??? Adam dan Hawa tinggal disana, sampai mereka diturunkan ke bumi atas kesalahan yang mereka lakukan.
Adam dan Hawa diturunkan kedunia memang sudah dipersiapkan oleh Allah, krn dunia dengan segala isinya diperuntukkan untuk anak cucunya. Adam alaihissalam adalah khalifah pertama yang memimpin bumi ini. Maka jangan heran, misi yang dibawa oleh Adam alaihissalam adalah membawa kembali anak cucunya ke rumah asal yaitu surga.
Kalau ditanya siapa mau kembali ke rumah asal "surga" yang sdh disiap untuk kita..??. Pasti semua menjawab mau. Dari itu, mari kita siapkan segala sesesuatu untuk dapat kembali ke kampung halaman (kampung asal) kita yang sudah sangat lama kita tinggalkan. Kita ikut marantau dan terdampar (dibumi) ini, karena kita ikut kakek/nenek buyut kita. Namun, sesungguhnya bumi ini bukan milik kita.
Semua kita, pada saatnya harus "mudik" kembali ke kampung asal, dimana rumah warisan itu didirikan. Kita semua akan sampai ke kampung asal itu, tapi belum tentu semua kita sampai ke rumah warisan (surga) "rumah kita". Kenapa kita tdk sampai kerumah itu, karena alamat yang pernah diberikan oleh kakek/nenek itu tidak kita simpan dengan baik. Alamat itu tidak kita hafal sebab kita terlalu mengandalkan teknologi "GPS". Ternyata GPS itu memberikan alamat salah, karena kakek/nenek kita tidak pernah mawasiatkan kepada kita, agar menggunakan GPS bila hendak "mudik" ke kampung asal.
Jalan menuju kerumah asal banyak sekali kita jumpai persimpangan, disetiap persimpangan selalu berdiri "tetangga" kakek/nenek kita dulu, mereka itu namanya "Iblis dan Syetan". Mereka inilah yang menyesatkan anak cucu Adam, agar kita tersesat dijalan saat "mudik" ke kampung asal menuju ke rumah kita. Iblis dan Syetan ini yang juga dulu tinggal di surga, namun karena "kebandelannya" pada Allah maka mereka tidak diizinkan Allah kembalibke rumah asalnya mereka.
Banyak diantara kita yang tidak tahan godaan syetan ini, mereka diberikan "alamat palsu" oleh iblis dan syetan. Banyak orang2 diantara kita percaya pada alamat itu, lalu mereka tersesat. Mereka tidak sampai kerumah nenek buyut, tapi mereka sampai ketempat yang sangat mengerikan yaitu kampung "neraka".
Para pembaca yang baik hatinya. Mari kita teguhkan hati pada jalan yang telah kakek/nenek buyut kita berikan. Karena hanya jalan inilah yang bisa mengantarkan kita untuk sampai "kerumah kita", rumah warisan yang akan kita tempati untuk selamanya. Ingat kakek/nenek buyut sedang menunggu kita disana. Itulah rumah kita, rumah warisan yang kita idam - idamkan.
Bireuen.
14, 01, 2018
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luar biasa tulisan panglima Bireuen ini... Sebuah tulisan yang bertenaga dan sarat renungan
Semua itu, atas bimbingan Mas Pemred, Eko Prasrtyo..
lanjut ke rumah hakiki
Membaca, meresapi dan akhirnya merenung ... tulisan yang hebat Pak. Salam sehat penuh barakah.