Drs. Zainuddin, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

SECUIL CERITA TENTANG UJIAN NASIONAL (UN)

Penulis sedikit kaget saat salah seorang calon wakil preiden menyampaikan program, bila terpilih akan menghapus ujian nasional (UN). Kenapa penulis kaget, karena sudah puluhan tahun disuarakan oleh pegiat pendidikan agar UN harus dihapus, tapi tak pernah terhapus - hapus, bahkan thn 2019 inipun masih diikuti oleh jutaan siswa di seluruh negeri.

Lebih kurang 15 tahun yang lalu, penulis bersama dengan teman2 yang memiliki satu visi, membentuk tim yang kami beri nama "TIPUAN". Tim ini dibentuk oleh organisasi guru yaitu KOBAR-GB ( koalisi barisan guru bersatu) Aceh.

TIPUAN (Tim Indenpenden Pemantau Ujian Nasional) ini dibentuk bertujuan pertama, untuk memantau pelaksanaan ujian nasioanal, yang pelaksanaannya saat itu penuh dengan kecurangan. Kedua, menuntuk penghapusan pelaksanaa UN sebagai penentu kelulusan. Dengan pertimbangan bahwa UN belum siap silaksanakan dikarenakan kualitas guru maupun sarana dan pra sarana pendukung lainnya blm memadai. Tapi apa hendak dikata, tuntutan Kobar -Gb saat itu tidak digubris sedikitpun bahkan dianggap "anjing menggonggong khafilah berlalu".

Maka kecurangan pelaksanaan UN semakin menjadi - jadi saat itu, kecurangan dilakukan dengan sangat fulgar dan sistematis. Kecurangan dilakukan dari guru sampai pejabat dinas bahkan didukung oleh pejabat daerah. Pernah terjadi saat ujian, anak - anak menunggu jawaban dari gurunya, yg memang sdh disiapkan tim penjawab soal UN di sekolah. Hal itu dilakukan atas perintah kepala dinas, dan tim pemantau bentukan pemerintah yg bertugas saat itu, bersikap "kura2 dlm perahu" alias pura2 tidak tau.

TIPUAN bertugas memantau, mengawasi serta menginvestigasi bila ditemukan ada dugaan sebuah sekolah melakukan kecurangan. sekaligus membuat laporan kecurangan itu sampai ke Peesiden. Hal ini tidak gampang dilakukan oleh tim, sebab saat itu hampir semua elemen masyarakat mendukung kecurangan terjadi diarena ujian. Siapa saja yg tidak mendukung, kecurangan maka dianggap tidak waras. Maka penulis sebagai bagian dari tim tipuan itu, pernah diusir oleh kepsek yg di back up oleh aparat agar tdk masuk kearena ujian, bahkan penulis bersama teman2 yg lain disebut orang gila saat itu.

Mengapa saat itu UN sangat sakral di mata guru, kepsek, disdik bahkan kepala daerah. Sebab UN dijadikan alat ukur untuk mengetahui kemajuan sebuah sekolah atau daerah di bidang pendidikan. Bila nilai UN suatu sekolah atau suatu daerah anjlok maka dipastikan sekolah tersebut atau daerah tersebut dianggap goblok dan gagal, bila itu terjadi maka mereka akan dihujat rame2 oleh masyarakat maupun media.

Tak ayal lagi, semua pelaksana UN pada ketakutan. Guru takut sama Kepsek, bila nilai mata pelajaran UN yg mereka asuh dibawah standar. Kepsek takut sama kepala dinas bila nilai UN tidak mencapai target yg telah ditetapkan, maka dia akan dicopot dari jabatan kepala sekolah. Kepala dinas takut sama bupati, bila banyak siswa/siswinya tidak lulus. Bupati takut sama pemerintah pusat, bila UNnya gagal, maka dana pendidikan dari pusat akan dipotong. Begitulah secuil cerita kelam ujian nasional yg pernah dilakoni oleh anak bangsa di negeri ini.

Sadar atau tidak, kita akui atau tidak, kita pernah mendidik generasi anak bangsa dengan kepura - puraan, kebohongan dan kecuranga. Kita akui atau tidak, kita pernah memcemari dunia pendidikan dengan kemunafikan. Sehingga

generasi yg kita didik dengan pola tersebut, kini mereka sudah besar dan sudah selesai kuliah, bahkan ada yang sudah memasuki dunia kerja. Bisakah kita bayangkan apa yang terjadi dengan mereka saat ini, dari hasil pendidikan seperti itu.. ? .

Penulis tidak bisa memastikan adakah rasa bersalah, para bapak - bapak atau ibu - ibu, yang pernah menjadi tim "sukses" UN di daerahnya yg telah ikut merusak dunia pendidikan negeri ini..??. Pernahkah kita bayangkan, bila kedagelan ini tidak dilakukan oleh "bapak2" saat itu, maka wajah dunia pendidikan indonesia saat ini, tidak "rusak" seperti sekarang ini. Kalaulah bapak2 dan ibu2 yg telah bebuat "dosa" pada dunia pendidikan, mau meminta maaf kepada rakyat indonesia, krn mereka telah mendidik anak2 dengan kebohongan

Penulis belum menemukan alasan konkrit yang mendasari cawapres tersebut akan menghapus ujian nasional bila terpilih nanti. Karena sudah rahasia umum, UN adalah salah satu proyek " kenduri" nasioanal yang sangat menggiurkan sehingga sulit untuk dihapus. Atau ini adalah sebuah slogan kampaye saja untuk melirik para pemilih. Wallahua'lam...

Bila rencana penghapusan UN itu didasari atas kenyataan bahwa sudah lewat satu dasawarsa pelaksanaan UN di negeri ini, namun pendidikan kita tidak maju-maju. Bahkan peringkat kualitas pendidikan indonesia masih berada dibawah bila dibandingkan negara -negara asia lainnya.

Menurut penulis, UN sudah saatnya dihapus apapun alasannya, karena sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman. UN adalah tipe pembelajara hafalan agar bisa menjawab soal ujian. Padahal, di era melinial ini pembelajara menghafal tiori atau rumus2 sdh ketinggalan zaman. Pembelajaran sekarang sudah berorientasi bagaimana membangun daya pikir peserta didik, agar memiliki daya kriris, kreatif, inovatif mampu membangun komunikasi, dan bisa berkolaborasi (net working). Bila ini dasar pemikirannya utk menghapus UN, maka sudah seharusnya semua pihak haris mendukung.

Bireuen, 18.03.2013.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap, tulisannya. Mewakili kenyataan yg ada di lapangan . Bagaiman karakter anak unt jujur bisa terwujud, bila kita sbg guru saja memfasilitasi Peserta Didik unt berbuat curang. Jd tdk heran bila korupsi belum bisa hilang. Sebuah keprihatinan yg perlu pendapat perhatian serius. Tetap tanamkan karakter yg mulia pd Peserta Didik, mereka generasi penerus, harus lebih baik akhlaknya. Semoga Alloh mengampuni semua kekhilafan kita. Aamiin

19 Mar
Balas

Itulah delematika pendidikan kita. Satu sisi kita menanamkan karakter pada anak didik, disisi lain kita tdk memberikan uswaah (contoh teladan) yg baik pada mereka. Kini mari kita bangkitkan kesadaran agar melakukan yg terbaik utk dunia pendidikan kita.

19 Mar

Mantap abangku,sukses selalu,sudah saatnya kita berbenah

19 Mar
Balas

Mari kita buat gerakan berbenah...

19 Mar

Mantap betul, mantul!!

19 Mar
Balas



search

New Post