Dua Sisi Yang Berbeda
Apakah kita pernah melihat dua sisi yang berbeda dalam diri kita sendiri? Sisi buruk kita, disamping sisi baik kita. Atau kita hanya pandai menilai sisi orang lain. Semut diseberang lautan terlihat, gajah didepan mata tidak nampak. Kita sering sekali bukan lagi kadang-kadang melihat sisi buruk dan baik orang lain. Tepatnya melihat sisi buruk orang lain. Mudah dan cepat sekali kita melihat kekurangan orang lain. Entah itu di rumah dengan pasangan kita, dengan anak- anak kita. Tetangga kita, rekan kerja bahkan dengan saudara kita sendiri.
Orang tua dan anak, dengan perkembangan kejiwaan orang tua terkadang kita selalu memposisikan diri dihormati oleh anak. Orang tua mesti menampakkan sikap-sikap baik sebagai contoh bagi anak. Demikian juga orang dewasa yang selalu dituntut memperlihatkan sikap-sikap positif. Sisi negatif orang tua terkadang tidak ditampakkan. Bahkan sebagian orang dewasa atau orang tua berani menampakkan sikap negatif dihadapan anak- anak mereka. Mungkin saja orang tua melarang sesuatu kepada anak, tetapi orang tua melakukan. Semoga kita meminta ampun kepada Allah dengan beristighfar.
Demikian pula untuk hubungan rekan kerja. Tempat bekerja adalah rumah ke dua bagi semua orang. Apalagi sebuah profesi yang bertahun-tahun ditekuni seseorang. Pergi bekerja pagi hari ketika matahari terbit, pulang kerumah menjelang matahari tenggelam. Kita bergaul berinteraksi dengan teman sejawat hampir 9 jam. Setengah hari produktif kita habiskan di tempat bekerja. Jika Kita menikah dengan pasangan kita sudah 15 tahun, maka kita sudah 15 tahun menjadi pegawai. Pasangan kita sudah mengetahui sisi buruk kita. Demikian juga dengan teman sejawat. Mereka mampu melihat sisi buruk kita, tapi kita tidak berusaha melihatnya.
Pernahkah kita melihat dengan teliti bahwa kita memiliki sifat- sifat buruk. Jahat, berbohong, bahkan bisa saja hati kita barpenyakit iri dengki, sakit hati bahkan dendam. Hati kita tidak sehat, kita tidak mampu memeriksanya, hanya orang lain yang terkadang mampu melihat. Ketika kita bahagia sekalipun kita pamerkan kepada orang lain. Bahkan ketika kita ceritakan tentang kebahagiaan kita, keberuntungan kita, tetapi orang lain tidak merasakan bahagia dari cerita kita. Bahkan kita terkesan pamer dan sombong. Kita ceritakan seolah kita orang yang beruntung dan disegani. Kita tidak sadar itulah sebenarnya kekurangan kita.
Dua sisi yang berbeda, terkadang kita jadi orang yang baik, tapi jika kita mau sadari, kita bisa menjadi orang yang jahat kepada orang lain. Anda mungkin akan bilang "ah ..saya tidak pernah mendzolimi orang lain". Banyak manusia tidak menyadarinya. Lisan kita, perbuatan kita sering tanpa sadar kita jadi orang yang sombong dan merasa benar. Kesombongan kitalah yang membuat kita tidak mampu bercermin. Kita sudah merasa sudah berbuat banyak. Kita merasa sempurna tidak mungkin salah. Kita tidak pernah mencoba mengevaluasi diri kita. Apalagi Allah SWT menguji kita dari keturunan sempurna, posisi hebat di masyarakat. Kita tidak pernah tahu berapa banyak, siapa saja orang yang pernah kita dzolimi. Karena hidup kita terlihat sempurna dan mudah. Allah selalu memberikan kemudahan kepada kita, sehingga kita lupa kesalahan kita.
Semua kisah nabi menunjukan kisah ketaatan dan ketauladanan. Mungkin kisah kita tidak seberapa dengan perjuangan para Nabi istiqomah ketaatannya kepada Allah dengan kisah-kisah pembelajaran. Para nabi tidak memiliki dua sisi. Para nabi adalah tauladan supaya kita tetap taat dengan istiqomah bersikap. Nafsu kita sebagai manusia biasa terkadang tidak mampu meredam sikap negatif yang muncul dalam diri kita. Sebagai contoh kita diperlakukan tidak dihargai orang lain, kita terkadang tidak manpu mereaksi dengan sisi kebaikan. Terkadang emosi manusia membuat seseorang memunculkan sikap negatif dengan amarah bukan dengan mengalah. Manusia tidak akan mampu sempurna seperti tauladan kita Nabii Muhammad SAW. Tapi kita mampu berusaha menjadi orang yang beradab. Orang yang berusaha selalu bercermin dengan kalimat "Ampuni hamba ya Allah". Suatu saat ketika kita sering berucap istighfar kita akan melihat sisi mana yang menguasai hati. Hati bersih atau kotor. Jangan kita tinggalkan kalimat minta ampun kepada Allah. kerendahan hati kepada yang Maha Kuasa yang akan mampu menjadi obat sisi negatif, hati yang kotor. Jadikan istighfar teman kita setiap saat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar