Siang jadi Malam, Malam jadi Siang
Perhatikan oleh kita, remaja berkumpul sebaya, bahkan orang tua membiarkan mereka melewati nalam hingga menjelang adzan subuh berkumandang. Entah budaya begadang muncul darimana dan sejak kapan orang tua membiarkan dan melepaskan anak-anaknya tanpa aturan . Salahkah orang tua? Sadarkah bahwa orang tua membiarkan , maka anak akan sulit membagi waktu siang dan malam. Orang tua menganggap biasa begadang di kalangan remaja yang baru berkembang.
Sadarkah kita apa arti berkembang? Artinya remaja berubah-ubah. Ikatan emosional diajarkan di dalam keluarga. Ikatan yang tidak kencang menyakitkan, tetapibikatan yang erat menyatukan kekompakan anggota keluarga. Siapa manajernya. Ya Bapaknya dan ibunya. Jikactidak ada Bapak ya,ibunya.Jika anak yatim piatu orang tuanya adalah orang-orang dewasa di sekitarnya. Inilah fungsi kekerabatan dan agama dalam membentuknkarakter geberasi.
Pentingkah membagi waktu siang dan malam dengan pembentukan karakter? Tentu saja penting,agama saja mengajarkan pembagian siang dan malam. Waktu salat , bekerja dan ibadah. Repot memang jika budaya setempat berpengaruh terhadap pembentukan karakter. Padahal dalam dunia kerja dan industri bekerja itub70 prosen siang. Meskipun akhirnya beberapa terjadwal pekerjaan malam hari atau seef malam. Dapat menyesuaikan diri dengan dunia kerja remaja mesti terbentuk karakter yang baik.
Dapatkah kita merenungkan, apa kira-kira yang terjadi jika remaja menjadikan begadang sebagaibkebiasaan? Raga tidak sehat, daya konsentrasi menurun, produktifitas kerja buruk karena tubuh mengikuti kebiasaan, sehingga tubuh yang sedang masa pertumbuhan dan perkembangan akan menetap sebagai suatu kenyamanan. Begadang dan nongkrong bukan hanya berlaku di kota besar. Bahkan di perkampungan atau pondok pesantren tradisional mendorongvremaja atau sabtri begadang. Penulis membahas begadang yang bukan aktifitas agama seperti ngobrol dengan teman menjadi kenikmatan tersendiri. Demikian juga dengan keterbatasan pondok dengan kapasitas santri dengan ruangan yang tidak memadai akan menyebabkan santri terbawa lingkungan tidak dapat tidur, terdorong untuk mengobrol dengan temannya. Jika kejadian terjadi pada santri situasi ini dapat dimaklumi, keterbatasan yang sulit diatasi. Jumlah peminat santri untuk belajar agama, masalah ekonomi, sehingga daya tampung ruangan tidak memadai dan tidak nyaman. Sehingga terjadi siangbjadi malam demikian pula sebaliknya.
Remaja yang tinggal dengan orang tua disarankan orang tua mampubmembuat ikatan yang baik dengan anak supaya anak menghargai rumah,orang tua, hak dan kewajiban. Karena kewajiban dan hak adalah mendidik anak menghargaibwaktu. Apa yang terjadi jika anaknpulang pagi hari setelah nongkrong dengan temannya, akankah anda sebagai orang tua akan diam? Suatu ketika jika anak bekerja di sebuah kedinasan mengeluh karena sulitnya tidur malam hari, serta ketergantungan dengan teman di kampungnya. Kebiasaan tertib di sebuah kedinasan menimbulkan konflik pekerjaan. Hubungan pengaturan waktu siang dan malam berpengaruh terhadap karakter kerja dan disiplin kerja. Silahkan orang tua memilih membiarkan atau membantu remaja membiasakan disiplin waktu??
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar