Dwi Hindarti Lasmisari, S. Pd

Seorang guru IPA di SMPN 3 BAnyuwangi. Belajar menulis untuk menambah wawasan kepenulisan. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tersenyumlah mamah

Tersenyumlah mamah

Jejaka kecil yg selalu aktif membuat kami kewalahan Mas Fadhil nama yang kami torehkan. Naik genting atap rumah kami dengan lincah sudah terbiasa. Jangan ditanya banyaknya goresan dan luka kecil akibat lasaknya dia. ujung celana panjangnya selalu menyisakan gemuk akibat kakinya selalu menginjak ban sepeda.

Kami nikmati hari hati bersamanya. Yaa kata psikolog jejaka kami ADHD. Namun kami tetap bangga padanya. Saat usia 10 tahun sikap yg aktif berubah menjadi pribadi yang santun. Tak lupa senyumnya sangat menggetarkan jiwa. Banyak sekali kawan yg dimilikinya. Mulai dari teman pabrik ayahnya, tetangga yg dewasa ataupun anak kecil. Woow gitu looch..

Disepertiga malam selalu bangunkan kami dengan cara uniknya. Dopandangi wajajh kami, hingga akhirnya kami terbangun.

"Ada apa mas?", Ayah tergerak bangun.

"Sudah waktunya tahajud yah?", Kelopak matanya terlihat mengerjap tak lupa senyum selalu tersungging di bibirnya.

Kamipun segera tunaikan tahajud.

Begitu pula jika akan berangkat sekolah..

"Yah, ini sudah boleh Dhuha?". Dia kerjakan dahulu sebelum berangkat.

Atas Qodarullah diujung waktu kelas 6 SD psikosomatis menyapanya. Disaat tergolek sakit, sebagai ibunya disetiap selesai salat wajib kuahak dia berdoa. Duduklah dia didepanku, kupeluk tubuhnya yang menghangat. Air di netraku tak terasa membanjiri pipi. "Ya Allah berikan kesehatan buat Mas Fadhil", ditolrhnya diriku.

"Mama, jangan bersedih to maa, senyum ya nama", disunggingkannya senyum manis yg dia miliki untukku.

Pagi itu Jum'at, 28 November 2014 kami ucapkan janji bersama di IGD rumah sakit swasta. Jika sehat mas Fadhil boleh ngapain saja. Kami tautkan kelingking masing masing. Aku disisi kiri dan ayahnya sisi kanan.

"I love you Mama, I love you ayah", senyumnya tak lupa tersungging dibibir yang mungil.

"Love you too mas Fadhil", ucap kami bersama sambil tangan sebrlahku mengusap rambut ikalnya. Tak lupa kami cium pipinya.

Dengan lafadz La Ilaha illallah .. dia hembuskan nafas terakhirnya....

Tak ada firasat apapun. Kami yakin pagi itu saat digendong ayah, dia akan sehat kembali.

Berangkatlah duluan anakku.. tunggulah kami di pintu Syurga.

Inshaaallah surga menantikanmu. Guru kecilku.

By DHL.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sohibku yang hebat....tetaplah menjadi yang terbaik. .....semangat dan terus berkarya...ya

16 Sep
Balas

Terimakasih sohibku jugaaa.. kangen jalan jalan lagi di kota tua

16 Sep

Hanya perlu cermat dikit, Bund...Baca ulang dan pastikan bebas saltik dan ejaan....Eits, mantaabbbb!!

16 Sep
Balas

Yesss.. siap pak.. mohon koreksi terus yaaa

16 Sep

Duh ..terbawa suasana...tersenyumlah bunda cantik

16 Sep
Balas

Selalu dan selalu harus semangat

16 Sep

Jadi meweek...baper Bu Dwii. Manthuul.

16 Sep
Balas

Terimakasih Bu Oktin

16 Sep

mantap bu

16 Sep
Balas

Terimakasih bapak

16 Sep

Bagus cerianya menyentuh batin seorang ibu dan bapak manapun, bunda semoga tole berpulang dalam keadaan husnul khotimah .Aamiin

16 Sep
Balas

Aamiin.. terimakasih ibu

16 Sep

Hebat Bu Dwi...Ajari Aku

16 Sep
Balas

Mohon ma'af bapak ibu.. sepertinya banyak yg saltik yaaa

16 Sep
Balas

Siiiip...

16 Sep
Balas

Terimakasih bunda

16 Sep

Tulisan dengan rasa luar biasa kekuatannya....mantap Bunda. Hanya perlu spt yg disampaikan P Mashudi......Semoga putranya husnul hotimah, dan tersenyum pula Bunda di samping Alloh ta alaa

16 Sep
Balas

Inggih terimakasih bunda.. jempolnya terlalu besar .. jadi banyak typo nggih. Terimakasih atas sarannya. Tulisan selanjutnya mohon mampir lagi ya bunda

16 Sep

Benar...akibat dari gejolak batin saat menuangkan kisah, jadinya saltik. Sengaja saya lewati dan tidak berani membaca karena air mata meleleh setelah melihat foto si kecil. Teringat jelas masa-masa itu, perjuangan seorang ibu dan ayah demi kesembuhan buah hatinya...tapi itulah yang terbaik menurut Allah.Semoga husnul khotimah...aamiin

17 Sep
Balas

Aamiin aamiin yaa Robbal alamiin

17 Sep

Tiap kali mendengar kisah ananda Fadhil entah lewat cerita langsung ataupun tulisan tersebut selalu menitikkan air mata.Karenanya saya memahami kenapa banyak typonya....goresan tulisannya saya yakin dibarengi pula dengan air mata mamanya hingga memecah konsentrasi editing di finishing ya. Salut tuk orang tua ananda Fadhil atas upaya terbaiknya semasa dalam pelukan keseharian putra ke 2.... Al-Fathehah khususon ananda Fadhil

16 Sep
Balas

Terimakasih banyak atas support yg telah di berikan ya Buu...Yuks kita berliterasi yuuk

16 Sep

Ibu menulis dengan perasaan hingga bergetar rasanya jemari tangan mengetuk keyboard jika nyata adanya semoga husnul khotimah... Aamiin.

16 Sep
Balas

Aamiin.. terimakasih bapak..

16 Sep



search

New Post